Mohon tunggu...
Siti Komariyah
Siti Komariyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pendamping sosial "part time social worker"

Perempuan biasa yang sedang belajar mengapresiasikan perasaan dengan bermain kata dan menyusunya menjadi beberapa kalimat berbentuk "tulisan"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Satu Alasan untuk Pulang "Ibu"

8 Agustus 2019   06:52 Diperbarui: 8 Agustus 2019   07:25 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa waktu lalu, saya sempat merasa kesal dengan diri sendiri. Bagaimana tidak ? ketika saya mempunyai banyak waktu luang tapi tidak dapat melakukan banyak, hanya rebahan dan menatap layar hp. Rasanya seperti menjadi manusia ter unfaedah yang hanya"gelimbang-gelimbung". 

Semenjak saya berhasil menyelesaikan study  di Ibu Kota ,Ibuku meminta saya untuk  pulang. Maka dari itu pulanglah saya ke tanah kelahiran. 

Pada awalnya saya menolak permintaan itu, secara impian saya ketika itu adalah dapat beraktifitas, tinggal dan menetap di ibu kota. Ya menetap di ibu kota. 

Meski sebagaian orang mengatakan bahwa kehidupan di ibu kota keras, apa-apa mahal,pergaulan bebas dan banyak hal lain yang mereka hujatkan tentang itu.

 Untuk saya, tinggal di kota? why not. Bagi saya di kota adalah surga. jika ada yang berkata, "hidup dikota keras". saya rasa hidup dimanapun juga sama semua, sama-sama berjuang keras untuk mencukupkan hidupannya. 

Jika ada yang berkata, di kota apa-apa "mahal "gaji sekian tidak cukup untuk ini dan itu. Bagi saya hidup didesa juga uang berapapun tidak akan cukup jika mengikuti gaya hidup.  

Lalu jika ada yang beraganggapan bahawa peragaulan dikota bebas. saya rasa disemua tempat juga sama, semua tergantung dari bagaimana pribadi tersbut mengendalikan dirinya sendiri, bahwa tidak semua anak desa polos, lugu dan baik.

 Begitupun sebaliknya tidak selalu anak yang tinggal dikota terjerumus dalam pergaulan bebas malah mereka nampak sebagai generasi yang cerdas, berwawasan lusa dan bercita-cita timggi untuk meraih impianya.

 Bagi saya ibu kota adalah surga. Dimana kegiatan dan perputaran ekonomi nampak cepat berputar, dan yang paling sangat menyenangkan adalah akses untuk mengembangkan diri tidak  sulit. Tergantung bagaimana kita mengarahkan diri untuk terus update dan memilih dengan siapa kita berteman.

 Jika kita ingin memiliki banyak ilmu dan pengalaman tentunya, kita akan bergaul dengan orang yang berilmu dimana kita akan sering berdiskusi bersama mereka sehingga menambah luas pengalaman yang kita miliki.

 Meski di kota seindah itu update keilmuan dan telah memiliki teman-teman yang klik di hati untuk berjuang bersama, tapi sekali lagi. ibu memintaku pulang. Maka, untuk tidak menjadi malin kundang jaman milenial maka saya, pulang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun