Mohon tunggu...
Siswoyo Lasono
Siswoyo Lasono Mohon Tunggu... Guru - kembali disini

Passionate, idealist, individualist.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sesuatu yang Tertunda

18 November 2012   13:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:07 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Akhirnya satu demi satu huruf tersusun, seiring dengan senyum beku
Senyum beku, terlihat hidup dalam imajinasiku
Kutunda ungkapkan rasa lewat kata, namun taku kuasa

Awalnya berharap saat menulis isi hati ini tepat disamping mu, mungkin bertatap dengan matamu.
Setidaknya ini yang kurasa,
Sahabat sejati mengerti saat tidak ada kata yang terucap
Mengerti saat membisu dalam diam, saat tertidur menyapa meski lewat mimpi

Ingin menjadi terang dalam gelapmu, meski aku bukan cahaya
Ingin menjadi angina, yang menyapa lewat gelapnya malam hingga terlelap tidur dalam lelah
Ingin tersenyum meski kau tak pernah melihat
Ingin tertawa saat kau bahagia
Ingin terdiam bersamamu saat kegaduhan zaman, keramaian kota buat jenuh kita

Harapan
Keinginan
Kenyataan
Impian

Semua tentang sebuah rasa yang tertunda
Semua tentang sebuah kata miliki banyak makna
Saat terdiam menjadi sepi
Menyerupai aku dan kau
Mewujud satu
Tenggelam dalam hati

kita larut dalam satu rasa, hingga kita lupa harus menuliskannya
hingga kita terlupa harus memaknai nya dengan apa
semua rasa
sedih
bahagia
kecewa
salah
benar

hingga panca indera kita tak lagi mampu mendefinisikan rasa

suatu yang tertunda

tak lagi ada kata yang diucapkan
tak lagi ada makna yang belum dicerna
tak lagi ada kejujuran yang harus di persaksikan

hanya suatu yang sederhana yang tertunda

semua
hingga kita renta
mungkin suatu saat kita menua
suaramu tak lagi kudengar dengan jelas
wajah keriput mu tak lagi jelas kutangkap dengan mata berselaput ku
tak lagi jari jemari ku merasakan hangat tanganmu
karena kita sudah menua
kita terduduk diam…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun