Mohon tunggu...
Ishak R. Boufakar
Ishak R. Boufakar Mohon Tunggu... Pegiat Literasi -PI -

Pegiat Literasi Paradigma Institute Makassar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kepler

23 Desember 2016   08:04 Diperbarui: 23 Desember 2016   08:39 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kisaran enam miliar tahun silam, kami sudah beranak-pinak di Kepler. Mengutuk siapa saja yang menolak cinta dan patuh pada tindak sadis—seperti inilah iman kami, manusia bersayap malaikat. 

Kepler yang kami tempati sekarang, merupakan sebuah planet dengan ukuran sepuluh persen lebih besar dari Bumi. Di Kepler, kami menggantung nasib pada rasi bintang tipe G—kepler 22b, yang lebih tua usianya dari matahari yang berusia empat koma enam miliar tahun. 

Kepler terletak sekitar lima ratus tahun cahaya dari konstelasi cygnus—suatu rasi bintang di belahan Utara. Selain itu, Keplar memiliki empat puluh delapan rasi bintang ptolemy dan juga satu dari delapan puluh delapan rasi bintang modern. Dengan rupa-rupa rasi ini, rasa takut tak bergelantungan di dalam diri kami.

Di Kepler kami mengimani Nakuwasa—sosok yang dipercaya sebagai Tuhan. Dua puluh tiga malaikat, dua puluh tujuh nabi, dan dua iblis. Maka, tak heran kerusakkan dan kejahatan nyaris tak bertempat tinggal di Kepler. Fanometan, sosok iblis sebagai penggoda di malam hari. Sedangkan Fanofutu, sosok iblis sebagai penggoda di siang hari. Tugasnya sederhana, yaitu mengusik cinta dan patuh pada tindak sadis. 

Tiap orang diberi sekali kesempatan tinggal di Kepler yang dikelilingi hamparan bunga-bunga berwarna putih dan kupu-kupu berwarna jingga. Kelak mereka patuh pada perang, maka tak segan-segan ditendang keluar dari Kepler. 

Selam enam miliar tahun, kami merasa damai di Kepler. Jauh sebelum manusia di Bumi, mengarahkan segala kemampuannya menjelajah ruang angkasa, memorak-porandakan planet kami. Lalu, memusnahkan peradaban kami.

Semua kerusakkan di awali dari hari itu. Tepat pagi masih perawan. Kami begitu sontak dibuat kaget dengan sebuah ledakkan yang mahadasyat, yang belum pernah kami dengar selama bermiliar-miliar tahun. 

“Mungkin ini sudah kiamat?”

“Ya, Nakuwasa. Kenapa secepat ini?” kami begitu percaya pada lisan Nakuwasa, seperti yang tertulis di dalam Tauzaiq—kitab suci kami. Bahwa kiamat pasti datang, entah kapan waktunya? 

Wajah-wajah tampak lesuh bergelantung. Kendati begitu ringkih, sebab sudah enam miliar tahun tak pernah ada orang mempunyai nyali mengusik kedamaian ataupun ketenangan di Kepler. Wajar saja, kami begitu keruan mendesah, memohon ampun pada Nakuwasa.

“Apakah ini pertanda Kiamat? Padahal cinta dan kemanusiaan masih basah di sini, bersama gerimis. Mungkin kematian telah datang memeluk kita bersama gelombang cinta, lalu menuju karib kita yang abadi?” ada yang menimpal serupa, sepertinya semerbak kantong darah mulai mengering. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun