Saya alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, pada tahun 2008 sampai 2012 bekerja di atas kapal pesiar Holland America Line-Dianthus International. Saat ini saya telah selesai memperoleh gelar Magister Humaniora di STF Driyarkara. Selamat menikmati kisah-kisah di berbagai kota yang sempat saya kunjungi.
Saya ini adalah penggemar fanatik opera, musical dan ‘seni aneh’ lainnya tapi sayangnya sampai saat ini impian saya belum terkabulkan untuk menyaksikan opera secara langsung. Selain harga tiketnya mahal, waktunya juga kurang pas. Saya bepergian jarang sekali membawa jas jadi ada kesan malu kalau datang menyaksikan opera menggunakan kaos oblong. Saya juga penggemar fanatik Les Miserables, Phantom of the Opera, Tristan and Isolde, Salome, Dido and Aeneas, Julius Caesar, Xerxes, Don Carlo, dan lain-lain. Selain itu juga saya menggemari contemporary musical theather seperti Wicked, A Tale of Two Cities, Story of My Life, Aladdin, dan lain-lain. Intinya semua yang berbau opera itu luar biasa. Apalagi kalau nadanya makin tinggi dan bikin pita suara hampir putus. Tante Yul dan Om Ijul bilang kesukaannya itu kemahalan. Saking mahalnya tiket opera, endingnya nonton di youtube.
img_0068
Bisa Anda bayangkan bagaimana saya begitu terpesona dengan Palais Garnier. Gila! gedung opera bergaya Itali ini keren banget akan tetapi bukan hanya arsitekturnya saja yang memukau tetapi ada banyak sejarah yang tersimpan di dalamnya. Palais Garnier dibangun dari tahun 1861 sampai 1875. Palais Garnier awalnya disebut Salle des Capucines karena lokasinya berada di Boulevard des Capucines. Akan tetapi kemudian dikenal sebagai Palais Garnier sebagai bentuk pengakuan untuk arsiteknya bernama Charles Garnier.