Mohon tunggu...
Si Penjelajah Dunia
Si Penjelajah Dunia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Regional Manager

Saya alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, pada tahun 2008 sampai 2012 bekerja di atas kapal pesiar Holland America Line-Dianthus International. Saat ini saya telah selesai memperoleh gelar Magister Humaniora di STF Driyarkara. Selamat menikmati kisah-kisah di berbagai kota yang sempat saya kunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mana yang Lebih Keren: Kekinian atau Masa Lalu?

2 Februari 2017   11:35 Diperbarui: 2 Februari 2017   19:45 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu kali di atas kapal pesiar Ms. Prinsendam, saya berbincang dengan salah satu penumpang. Matanya menerawang ke ujung cakrawala Laut Artic, sambil tersenyum dia berkata, “Arthur, ketika usia kamu semakin senja seperti saya, yang kamu lakukan hanya menikmati apa yang ada di sekelilingmu dan menyimpannya rapat dalam ingatan”. Kata yang terucap saat itu dalam dan memaksa saya untuk melihat kembali tujuan awal ketika memutuskan untuk melakukan perjalanan ini.

Ketika kita berhadapan dengan dunia yang berubah-ubah dan berpegang dengan konsep ‘kekinian itu keren’, kita lupa bahwa di situ ada sejarah yang membentuk ‘kekinian’ sampai kita menyebutnya ‘keren’. Saya melihat saat ini banyak sekali orang mengejar ‘kekinian’ agar selalu up to date dan tidak dituduh sebagai orang jadul.

Orang-orang ‘kekinian’ ini seperti buih ombak besar di tepian pantai, yang terlihat begitu buas menyerbu tepi pantai tetapi lambat laun mereka hilang diganti oleh gelombang yang lain.

22-5892b6d9149773ce06dbc82a.jpg
22-5892b6d9149773ce06dbc82a.jpg
Tahun 2008, tanaman gelombang cinta itu sangat terkenal. Semua orang berlomba-lomba mengoleksi tanaman ini bahkan rela membayar ratusan juta untuk satu tanaman. Akan tetapi tahun 2009, pesona gelombang cinta pudar ditelan gelombang lain. Tahun 2015, gelombang batu akik menyerbu bibir pantai. Media massa dan semua orang bicara mengenai batu akik, bahkan beberapa orang rela memburu batu akik sampai ke pedalaman hutan. Singkat cerita, nasibnya seperti gelombang cinta.

Orang-orang yang menganggap dirinya ‘kekinian’ kadang merasa bahwa mereka punya kelas yang berbeda dengan orang-orang lain. Tidak heran masing-masing dari mereka saling bersaing dan merasa hebat dengan pencapaian yang diperoleh. Padahal, mereka itu seperti berada dalam gelombang besar yang saling berpacu menuju pantai. Semakin cepat berlari, semakin cepat waktunya tiba dan mereka kemudian melebur bersama sejarah.

Lautan yang membentang jauh di tepian pantai itulah sejarah. Masa lalu yang mengayun pelan dan jauh dari bibir pantai atau jauh dari ‘kekinian’. Meski jadul, mereka terlihat lebih abadi dan dikagumi dari masa ke masa. Lukisan The Mona Lisa di Museum Louvre contohnya, dikagumi dari masa ke masa dan jutaan orang berbondong-bondong datang mengagumi senyumannya. Entah kita berkunjung tahun 2001 atau tahun 2017, The Mona Lisa tetap objek yang sama dan yang abadi.

Lukisan jadul inilah dan berbagai kejadulan di dalamnya yang membuat Museum Louvre menjadi dikenal banyak orang sebagai museum terbesar di dunia.

img-0093-5892b6ece422bd2e06e65001.jpg
img-0093-5892b6ece422bd2e06e65001.jpg
Akan tetapi kalau kita bicara mengenai ‘kekinian’, apakah kita sadar bahwa sebenarnya ketika kita menyebut ‘sekarang’ berarti saat itu kita sudah di masa lalu. Contohnya ketika seseorang bercerita pengalamannya, tiba-tiba orang-orang ‘kekinian’ berkomentar, “Pengalaman kamu itu jadul, pengalaman aku lebih up to date karena baru kemarin”. Bukankah pengalaman ‘baru kemarin’ itu pengalaman masa lalu meski hanya berbeda beberapa detik, menit, jam, bulan, tahun, abad, dan seterusnya?

Pada bagian ini, saya tidak menawarkan kiat-kiat khusus ketika melakukan perjalanan tetapi saya ingin membagi pengalaman bagaimana berhadapan dengan masa lalu.

Setelah kita melakukan perjalanan ke luar negeri atau berkunjung ke tempat-tempat istimewa, ada waktu tertentu kita merasa bahwa pengalaman itu seakan lari menjauh. Kita berusaha merekam sebanyak mungkin waktu-waktu itu sebelum ia hilang entah lewat kamera, video, dan lain-lain. Akhirnya yang kita ingat adalah sebuah foto dengan latar belakang tulisan “Waikiki Beach” atau sebuah foto dengan gunung-gunung salju dibelakangnya karena kita sibuk untuk mengirimkannya entah ke group WA atau ke Facebook.

Padahal makna sebuah perjalanan adalah kita menyelami yang ada di sekitar kita bukan berlomba-lomba mencapai tepian pantai setelah itu terlupakan begitu saja. Kita memang memanen banyak like dan komentar di wall facebook kita, akan tetapi…jejenggg..”emmm…sebenarnya Waikiki Beach itu apa yah”.

p1290218-5892b6fc937e618c048b456a.jpg
p1290218-5892b6fc937e618c048b456a.jpg
Apa yang membuat Kota Prague (Praha) di Republik Ceko begitu menarik? Menurut saya, Praha menarik bukan karena ‘kekinian’ atau orang-orang berbondong-bondong datang menikmati ‘kekinian’ di Kota Praha. Akan tetapi kota ini menarik karena kota ini dikenal dengan berbagai peninggalan era Bohemian. Di kota inilah para pangeran dan raja-raja jadul dari Ceko, Jerman dan Romawi pernah menetap dan meninggalkan berbagai bangunan jadul yang tetap abadi dan kokoh berdiri sampai saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun