Mohon tunggu...
ANNA JULIANTO
ANNA JULIANTO Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa

orang biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Agar Program Keluarga Harapan (PKH) Berhasil

12 Februari 2019   10:56 Diperbarui: 13 Februari 2019   10:21 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Niat baik pemerintah sebagai pelaksana amanah pasal 34 UUD 1945 dengan mengadakan Program Keluarga Harapan (PKH) patut diapresiasi karena sanggup menurunkan persentase kemiskinan di Indonesia, selain itu  ada banyak kisah penerima PKH yang berhasil meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Pertama, kisah ibu Mulyani seorang pedagang nasi kare  di pasar Gawok, kecamatan Gatak, kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah sedangkan suaminya seorang tukang batu yang pekerjaannya tidak tetap kadang ada pekerjaan kadang menganggur.  Pasar Gawok adalah pasar tradisional yang sangat terkenal di Surakarta dan sekitarnya dengan jam buka menurut pasaran (penanggalan jawa  per 5 hari), yaitu Legi dan Pon banyak pembeli dari berbagai daerah yang datang terutama jika hari pasaran bertepatan dengan hari libur. Untuk melayani pembeli yang banyak ibu Mulyani dibantu oleh 2 hingga 4  orang ibu rumah tangga yang merupakan saudara dan tetangga. Jadi meski keluarga miskin ibu Mulyani bisa membuka lapangan pekerjaan kepada orang lain. Keluarga Ibu Mulyani sudah lama memperoleh berbagai fasilitas dari PKH sehingga dia bisa menyekolahkan anaknya hingga SMK demikian pula ketika dia menderita sakit asma dan harus di rawat di rumah sakit mendapat fasilitas gratis pengobatan.

Kisah kedua adalah salah satu keluarga miskin di kota Solo, keluarga ini juga mendapat fasilitas dari PKH, suaminya penjahit pakaian dan istrinya penjual nasi timlo di car free day jalan Slamet Riyadi Solo setiap hari Minggu. Pasangan suami isteri ini tinggal diatas tanah negara dan sanggup menyekolahkan anak dan kesehatannya juga terjamin. PKH sangat dibutuhkan bagi warga miskin karena bisa membuat warga miskin sanggup menyekolahkan anak dan juga sanggup menjamin kesehatan keluarga.  Dengan pendidikan dan kesehatan dijamin maka penghasilan keluarga bisa digunakan untuk kegiatan produktif lainnya seperti berdagang. 

Dari kedua kisah tersebut bisa diambil pelajaran bahwa ketika fasilitas bantuan dari pemerintah dimanfaatkan secara baik oleh penerimanya maka akan meningkatkan kesejahteraan keluarga penerima. Untuk menuju keberhasilan tersebut maka perlu iklim usaha yang baik, karena ciri khas pedagang kaki lima  ( pedagang kecil ) adalah mendatangi konsumen, jadi akan selalu ada pedagang di setiap keramaian dan untuk itu pemerintah berusaha membuat dan menambah tempat keramaian dengan memperbaiki pasar tradisional, membuat car free day dan car free night, membuat obyek wisata baru atau mempercantik obyek wisata yang ada, mendorong proyek-proyek pemerintah mendukung pariwisata seperti pemanfaatan dam atau waduk untuk obyek wisata, memperlancar perjalanan wisatawan dengan membangun jalan tol bahkan kalau bisa pengusaha jalan tol diwajibkan membuat Corporate Social Responsibility (CSR) berupa Rest Area yang dikhususkan untuk pedagang penerima PKH yang merupakan warga disekitar jalan tol tersebut dengan sewa gratis meski mungkin jualannya tiap akhir pekan ( weekend ) saja agar tidak terlalu mempengaruhi pedagang yang menyewa lapak  dengan harga mahal.

Pemberdayaan penerima PKH tidak harus dengan cara berdagang saja tapi juga didasarkan kemampuan dan passion para penerima sebab tidak semua penerima sama, misal tidak semua penerima yang mampu memasak dengan masakan yang enak, tidak semua mampu berdagang dengan baik dan sabar, tidak semua barang dagangan mampu mendatangkan keuntungan yang cepat.

Jadi penerima PKH tidak harus diarahkan jadi pedagang tapi diarahkan sesuai kemampuan dan passion-nya sebab banyak peluang bisnis rumahan yang bisa mendatangkan penghasilan tambahan untuk keluarga seperti penjahit. Di kota Solo dan sekitarnya lowongan penjahit sangat besar sekali yang berdampak pabrik-pabrik tekstil melonggarkan syarat penerimaaan pegawainya sehingga  membuka lowongan kerja tanpa menenggunakan syarat pengalaman kerja jadi jika sudah diterima maka pabrik sendiri yang akan melatih. Bahkan untuk industri tekstil rumahan justru lowongan kerja dibuka untuk semua usia (termasuk manula) tanpa memandang ijazah,  yang penting bisa menjahit.Fenomena yang lain adalah industri tekstil besar juga memberikan order kepada penjahit rumahan sehingga pekerjaan bisa dikerjakan dirumah. Hal ini sangat membantu keluarga muda yang punya anak kecil tidak perlu meninggalkannya  karena jam kerja yang fleksibel dan tetap bisa mengurus rumah tangga.

Karena kemiskinan itu sangat sulit dihilangkan dan hanya bisa dikurangi dan lebih diperhatikan agar tidak sampai terjadi kelaparan ataupun kematian karena tidak mendapat kesehatan dan kehidupan yang layak, maka program PKH harus tetap dijalankan hingga akhir masa.    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun