Pilkada DKI baru saja usai.Â
Dan hati saya patah, ketika saya tau sosok yg begitu mendambakan kemajuan Jakarta dan warganya harus kalah. Kalah bukan karena programnya utk warganya, tapi harus kalah karena issue agama yang tidak pernah terlintas akan kembali muncul 71 tahun setelah negara tercinta merdeka.
Rabu sore saya diskusi dengan ibu saya di depan televisi mengenai kekalahan pak Basuki. Terlarut emosi, saya meneteskan air mata.
Rasanya tak sanggup membayangkan bahwa saya, warga Jakarta, harus kehilangan gubernur saya yg tak pernah lelah siang malam berusaha membuat kota nya dan warganya bisa dibanggakan. Tanpa pernah sekali pun membedakan etnis dan agama warganya.
Tiba-tiba putri sulung saya mendekati saya dan bertanya "ma, pak Ahok kalah ya?". Lirih saya jawab "ya kak".
Jawaban saya disusul oleh pertanyaan darinya lagi "ko bisa kalah ma?. Bukannya pak Ahok itu orang baik?".
Saya terdiam.
Pertanyaan itu menohok saya.
Itulah pemikiran kanak-kanak yg begitu sederhana, yg hanya tau bahwa kalau seseorang melakukan hal-hal baik maka hal-hal baik dan menyenangkan juga yang akan orang itu dapatkan kemudian.
Sebaliknya, kalau ia berbuat tidak baik, maka hal-hal yg tidak baik lah yang ia dapatkan.
Ah, betapa menyenangkannya bila apa yg terjadi di dunia ini seperti apa yg ada di pikiran anak saya si 11 tahun....