Mohon tunggu...
Sigit Pamungkas
Sigit Pamungkas Mohon Tunggu... swasta -

Tergabung dalam buku Antologi puisi 1. akar hati semesta 2. menatap semesta cinta 3. pesanggrahan hati 4. menatap semesta asa 5. bianglala

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kepada: N

6 September 2017   09:17 Diperbarui: 6 September 2017   12:18 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto koleksi pribadi

"Kok bisa?"

Itu yang kamu katakan saat aku bilang betapa aku sangat rindu padamu, padahal kita baru saja selesai bertemu. Tentu saja bisa, N. Dan aku tak bisa menjelaskan kenapa rasa rindu yang sangat itu selalu menerorku. Karena ini soal hati. Perihal rasa. Yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata kenapa aku begitu sering merindukanmu. Dan tentu saja kangen yang terlalu bisa saja membuat seseorang tiba-tiba menjadi begitu sentimentil bahkan menangis. Apakah aku sering menangis ketika merindukan kamu sedang kamu tak ada dalam jangkauan, N?

Jujur, iya.

Tapi apakah kamu juga ingin tahu apa saja yang mudah membuatku menangis selain kamu, N? Harus aku akui untuk saat ini memang hanya kamu yang sering membuat aku mengeluarkan air mata. Air mata rindu tentu saja. Tapi ada beberapa hal selain kamu yang sering membuat aku menangis.

Pertama, ketika aku mengingat kepergian bapak. Hampir empat tahun lalu aku merasa menjadi orang paling muram di dunia saat bapak meninggalkan kami. Menangis? Ya. Saat itu aku menangis karena harus kehilangan sosok panutan di kehidupanku. Hingga tahun-tahun berlalu terkadang aku masih merasa luka atas kepergian itu. Dan jika mengingat sosok bapak, apalagi saat malam-malam sunyi aku bisa kembali menangis. Aku tahu, bapak kamu pun telah tiada. Apakah kamu juga sering menangis mengingat bapak kamu, N?

Kedua, saat aku melihat ibuku sakit. Apakah kamu juga menangis saat ibumu sakit, N? Iya. Aku menangis saat melihat ibuku tergolek lemah di tempat tidur. Bahkan terkadang aku sering meminta kepada Tuhan, jika memang bisa, aku bersedia menggantikan sakit ibuku karena aku tahu bahwa sebagai seorang anak tak akan mampu kita membalas segala yang telah ibu pertaruhkan demi kebahagiaan kita. Itu terkadang yang membuat aku mudah menangis

Yang ketiga, untuk saat ini tentu saja kamu, N. Saat rindu begitu membadai, saat jarak tak mampu kurengkuh, bahkan saat samar bayanganmu pun tak bisa kujelmakan aku menjadi begitu mudah menangis, dan bertanya apakah kau juga merasa rindu seperti aku merindukanmu? Aku terkadang tak yakin kau mempunyai kerinduan yang sama denganku. Tapi barangkali cinta memang kadang membuat otak seakan tak waras. Saat rindu begitu meraja segala yang ada seakan menjelma kau, N.

Maka ketika aku tak sanggup lagi menanggung derita rindu, seperti saat ini, aku hanya bisa mencurahkan rasa ini dalam tulisan-tulisan penuh aroma rindu. Ya, saat ini aku sangat merindukanmu, N. Dan benar saja, rindu yang terlalu ini tetiba membuat aku menangis.

jogja, 30 Agustus 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun