Mohon tunggu...
Shelty Julia
Shelty Julia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mendengar Cerita Warga Papua Tentang Arti Kemerdekaan Bagi Mereka Itu...

17 Agustus 2017   22:19 Diperbarui: 18 Agustus 2017   18:14 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

...rasanya bulu kuduk saya langsung berdiri. Coba bayangkan, beberapa bulan yang lalu, di kesempatan saya berkunjung ke Papua, tepatnya Kabupaten Keerom, saya mendengar dengan telinga saya sendiri salah satu warga berkata,

"Mungkin bagi Bapak Ibu di Jawa, merdeka itu sudah lama, sejak 1945. Tapi bagi kami di sini, warga perbatasan, kami baru saja merdeka beberapa minggu yang lalu. Saat akhirnya desa kami punya listrik. Malam kami tidak lagi segelap dulu."

Wah, seketika saya merinding rasanya. Untuk pertama kalinya saya sadar bahwa kemerdekaan itu punya makna yang berbeda bagi setiap orang.

Kalimat itu diucapkan oleh salah seorang warga Kabupaten Keerom. Kabupaten yang terletak persis bersebelahan dengan negara Papua New Guinea. Saking dekatnya dengan negara tetangga, banyak warga desa yang justru lebih paham berbahasa Inggris (yang merupakan bahasa resmi PNG) karena interaksi mereka yang cukup sering dengan warga negara tersebut.

Kembali lagi ke pernyataan warga Keerom tersebut, jadi pada tahun 2016 kemarin, Kabupaten Keerom memang masuk ke dalam Desa yang menjadi prioritas dalam program pemerintah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Meskipun letaknya berada di perbatasan, teman-teman Keerom tetaplah warga Indonesia yang memiliki hak yang sama dengan kita semua yang di tanah Jawa. Kebetulan, saya ditugasi oleh kantor tempat saya bekerja (Kementerian ESDM) untuk memeriksa daerah-daerah tersebut. Dalam hati, saya sudah cukup yakin ini akan menjadi cerita baru bagi hidup saya.

Pertama kalinya ke tanah Papua, tidak terbayangkan akan seperti apa di sana nantinya. Terbang dari Jakarta menuju Jayapura kemudian menempuh perjalanan darat berjam-jam sampai akhirnya bisa tiba di lokasi. Lokasi yang katanya rawan serangan Malaria dengan tingkat keganasan yang cukup tinggi. Hal itu bisa dipahami karena memang dengan sistem MCK dan area rawa yang banyak, menjadi tempat empuk bagi nyamuk malaria untuk berhuni. Karena itu pulalah, saya sampai siap siaga dengan pakaian ekstra tertutup dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Setibanya di sana, apa yang terjadi? Ternyata warga setempat sangat merasa terbantu dengan adanya PLTS ini. Meskipun mereka masih sangat asing dengan alat-alat dalam pembangkit tersebut, tapi mereka mau mencoba untuk belajar dan berkomitmen supaya PLTS tersebut bisa terpelihara dengan baik. PLTS memang barang yang cukup baru bagi sebagian besar mereka. Saya saja masih perlu belajar banyak tentang sistem PLTS. Mereka bahkan terkadang tidak percaya bagaimana bisa sebuah papan (panel) disimpan di bawah sinar matahari, kemudian bisa menyalakan lampu-lampu rumah di malam hari. Tidak perlu minyak, tidak perlu bensin ataupun solar. Tapi ya memang begitulah energi terbarukan bekerja. Sederhananya, dengan memanfaatkan sumber daya gratis dan tak terbatas yang ada di alam, dalam kasus ini sinar matahari, kemudian mengubahnya menjadi energi listrik dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Mulai dari rumah tangga, beribadah, bahkan kalau dikelola dengan baik bisa menjadi sumber pemasukan baru bagi desa dengan menjadikannya kegiatan yang menghasilkan profit.

Pada saat di sana, di luar dugaan, mereka dengan sangat antusias ingin tahu apa yang kami lihat/cek dan bertanya-tanya jika ada bunyi-bunyi peringatan/alarm apa yang harus mereka lakukan. Mereka juga bercerita tentang rutinitas yang dilakukan sehari-hari untuk menjaga keberlangsungan PLTS tersebut.

Senang rasanya, jika apa yang kita bangun bersama dapat dipelihara dengan baik dan digunakan sampai bertahun-tahun bahkan belasan tahun kemudian. Kita tentu ingin di tahun ke-72 Indonesia merdeka ini, kita bekerja bersama agar tidak ada lagi yang merasa bahwa mereka belum merdeka meskipun mereka jelas-jelas Warga Negara Indonesia.

Karena listrik adalah hak bagi seluruh rakyat Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun