Mohon tunggu...
Patriot Negara
Patriot Negara Mohon Tunggu... Lainnya - warga Indonesia

Warga dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Nasib Si Penista Kini...

21 April 2017   12:56 Diperbarui: 21 April 2017   22:00 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sejak kalah di Pilkada DKI nasib si penista makin tak pasti. Penista yang diyakini bisa menang jadi gubernur Jakarta kalah telak secara signifikan yang diperkirakan mencapai selisih 15% berdasarkan banyak hasil quick count membuatnya nyaris tak ada manfaatnya menggugat hasil pilkada dan KPUD juga tak akan berani bermain sedot-sedotan data dan memanipulasi hasil perhitungan suara real. Jika berani melakukan gugatan dan dimenangkan MK atau suara dimanipulasi di KPUD akan membuat ummat Islam marah dan mengamuk. Aksi ummat yg selama ini damai bisa jadi tak terkontrol dan bahkan bisa mengancam kedudukan presiden RI.

Ada banyak info tentang rencana menjadikannya Mendagri atau ketua KPK, yg sebenarnya kontradiktif kalau dilihat dari kepentingan penguasa yg cenderung akan mengamankan kekuasaannya. Hasil pilkada bukan hanya membuat langkah si penista terhenti, tapi bahkan mengirim sinyal jelas kepada siapapun ditataran kekuasaan, bahwa ahok sebenarnya tak punya kesaktian apa-apa, dia tak punya dukungan siapa-siapa di grass root, dan keunggulannya selama ini lebih banyak karena manipulasi media. Kecurangan massive menjelang pilkada pun tak mampu menolongnya apalagi kalau dibiarkan pilkada berlangsung bersih maka mungkin dia hanya akan dapatkan suara maksimal 20% yg berasal dari mayoritas etnis cina dan Kristen/Katholik/Hindu/Budha ekstrim fanatik.

Mengejutkan tuntutan jaksa yg hanya menuntutnya dengan hukuman percobaan. Jaksa penuntut diduga mendapatkan tekanan internal dan Jaksa agung berasal dari partai nasdem yg jelas afiliasinya. Jika pembacaan tuntutan dilakukan sebelum pencoblosan dan diberikan tuntutan maksimal 5 tahun maka mungkin malah si penista akan dapatkan simpati di pilkada dan jika tuntutan hukuman percobaan maka si penista akan menuai kemarahan dan akan lebih terpuruk dalam pilkada. Sebenarnya angka tuntutan itu adalah skenario jika si penista menang pilkada sehingga dengan tuntutan percobaan maka diharapkan dia tak masuk bui dan bisa menjabat. Tapi sayangnya hasil pilkada telah membuyarkan semua skenarionya.

Benarkah si penista bisa menyandera jokowi dengan berbagai kasus korupsi dan sumber dana pemilu 2014 ? Hal ini bisa saja terjadi, tapi harus diingat bahwa kepolisian, kejaksaan, dan KPK dalam kontrol jokowi. Semua laporan bisa saja diterima dan kemudian hanya ditelantarkan tak difollow up seperti banyak terjadi selama ini seperti kasus yg selama ini juga membelitnya yaitu kasus sumber waras dan tanah cengkareng. Melakukan blow up kasus-kasus yang mungkin melibatkan jokowi lewat media bisa saja dilakukan si penista, tapi mungkin hanya akan berakhir sama dengan buku jokowi undercover.

Menghadapi 2019, si penista hanya akan jadi kartu mati bagi siapapun yang menjadikannya capres atau cawapres. Runtut kekalahan dan stigma penista yg disandangnya tak akan dilupakan orang apalagi jika mendapatkan stigma penista yg tak pernah dihukum. Si penista bagai penyandang kusta yg akan membuat semua orang menjauh dari dia dan tak ada yang mau mendekatinya kecuali sama-sama penyandang kusta.

Si penista sebenarnya hanyalah bidak dan pion dengan sedikit kemampuan orasi dan menekan orang lain. Dia tak punya ide genuine dari dirinya dan semua rencana dan programnya hanya lanjutan dari program gubernur sebelumnya Fauzi Bowo yg bisa lebih berpikir strategis dan jangka panjang, mengingat Fauzi Bowo adalah doktor tata kota keluaran Jerman. Apa yang dilakukan hoax jg hanya jiplakan dari yg dilakukan Risma di Surabaya dan Ridwan Kamil di Bandung. Dari beberapa kali debat, terlihat kualitas ahok lemah dan perlu dukungan kuat dari tim strategisnya dibalik panggung yg selalu memberikan briefing setiap tiba masa jeda.

Kini bidak ini sudah babak belur, mungkin meninggalkan banyak utang, meninggalkan kekecewaan dibalik pendukungnya, dan sampah lembaran sejuta KTP yg tak jelas nasibnya. Yang harus diwaspadai adalah dalang dibalik bidak ini yang mungkin mencari bidak lain yg bisa dimainkan untuk mengamankan hasratnya akan uang dan kekuasaan. Si penista mungkin lagi meratapi nasibnya. Siapa suruh datang jakarta, siapa suruh datang jakarta, sandiri suka sandiri rasa..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun