Mohon tunggu...
Patriot Negara
Patriot Negara Mohon Tunggu... Lainnya - warga Indonesia

Warga dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Qurban

24 September 2015   01:04 Diperbarui: 24 September 2015   01:30 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ritual qurban adalah ritual tahunan ummat Islam sedunia dengan menyembelih hewan qurban berupa kambing, sapi, atau unta meniru qurban yang dilakukan oleh bapak 3 agama samawi yaitu Nabi Ibrahim Alaihi Salam.

Adalah Nabi Ibrahim Alaihissalam mendapatkan perintah untuk menyembelih putra sematawayangnya. Putra satu-satunya yg dimilikinya di usianya yang tak muda lagi. Jika putranya disembelih maka praktis tak ada lagi pelanjut keturunannya, tak ada lagi tempat bersandarnya. Ada seribu alasan menolak perintah yang diterimanya dalam mimpinya dan hanya ada satu alasan untuk melaksanakannya. Ini hanya mimpi, tak mungkin Tuhan yang maha pengasih memberikan perintah kejam ini, bagaimana nasib keturunannya nanti, dan seribu alasan lainnya. Tapi setiap kali divalidasi ternyata memang ini adalah instruksi nyata dari Tuhan yang menciptakannya.

Hanya satu alasan untuk menerima instruksi ini yaitu ketaatan tunduk patuh tanpa bimbang dan ragu demi melaksanakan perintah Tuhan.

Akhirnya ketika saat deadline pelaksanaan instruksi tiba pergilah ayah beranak Ini untuk melaksanakan perintah. Bisa dibayangkan kondisi emosional ayah dan anak ini. Sang ayah dengan rasa pasrah, ikhlas dan berserah diri mulai melangkah untuk menjadikan putranya sebagai qurban, sang anak di usia remajanya juga tanpa ragu, tetap tabah, tawakkal dan berserah diri demi ketaatannya kepada Tuhan.

Maka kita saksikan drama kemanusiaan yang luar biasa dari seorang ayah dan anak yang siap berkorban dengan mengorbankan belahan hatinya sendiri, putra semata wayangnya, putra penerus keturunannya, putra sandaran hari tuanya, yang masih dalam usia remaja demi melaksanakan perintah Tuhan.

Sang putra juga menunjukkan tingkat keimanan dan kepasrahan tertinggi, berucap mantap "jika memang itu perintah Tuhan maka laksanakanlah, niscaya engkau akan mendapatkan aku termasuk ke dalam golongan orang yang sabar”.

Di detik-detik disaat eksekusi hampir berlangsung, pedang penebas leher berkilat sudah diangkat kemudian Tuhan mengganti Ismail dengan seekor domba. Sejak itulah manusia merayakan hari raya Qurban untuk menjadi teladan keiklasan, kepasrahan, tawakkal, ayah beranak Nabi Ibrahim dan putranya Ismail.

Kata qurban juga diadopsi ke bahasa Indonesia dan ditulis sebagai korban. Berkorban dalam bahasa Indonesia adalah tindakan yang amat mulia dan heroik karena berarti rela melepaskan sesuatu, rela menderita karena suatu cita-cita dan tujuan tertentu.

Kata berkorban adalah kata aktif dimana subjek juga sekaligus menjadi objek sehingga kata berkorban tak membutuhkan lagi objek dan cukup subjek dan kata kerjanya.

Banyak tonggak penting dalam sejarah bangsa terjadi karena adanya orang-orang yang rela berkorban. Para pahlawan bangsa dan pejuang kemerdekaan hakikatnya adalah orang-orang yang rela berkorban bahkan sampai ke tingkat pengorbanan tertinggi yaitu mengorbankan nyawa mereka demi tujuan dan cita-cita bangsa untuk mencapai kemerdekaan.

Di era paska kemerdekaan bangsa ini juga memiliki putra-putra bangsa yang rela berkorban demi kemajuan bangsa ini, mulai dari pekerja yang berkorban dengan bekerja keras, sampai kepada prajurit yang rela menyerahkan nyawa demi tegaknya kedaulatan negeri ini.

Semangat pengorban Ibrahim dan Ismail adalah teladan nyata sosok manusia yang mencapai tingkat keikhlasan tertinggi.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun