Mohon tunggu...
Teddy Hambrata Azmir
Teddy Hambrata Azmir Mohon Tunggu... pegawai swasta -

Saat ini saya telah purna dini...bukan berarti pengabdian pupus, melainkan pengabdian selain dari dalam juga bisa dari luar lignkaran sebagai sebuah pilihan hidup...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sistem Maritim Udara dan Koordinasi Terpadu

22 Agustus 2017   22:20 Diperbarui: 22 Agustus 2017   22:48 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah jelas posisi Indonesia yang secara geografis berada pada posisi silang jalur perdagangan dan industri dunia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan program poros maritim yang begitu brilian dicanangkan oleh pemerintah Indonesia saat ini. Pemahaman maritim, dari dulu hingga sekarang hanya dipahami sebagai bidang kelautan, padahal sejak awal bad ke 20 Wright bersaudara telah membuat dunia maritim menjadi lebih efektif, efesien dan tepat waktu dengan keberadaan penerbangan dunia.

Dalam artikel ini, demi menghindari kerancuan terminologi tersebut di atas, maka saya menyampaikan terminologi baru dalam dunia kemaritiman Indonesia, yaitu "Air Maritime" sehingga terminologi yang dalam bahasa internasional ini nantinya dapat dipahami berbagai kalangan dengan lebih mudah tanpa mengurangi arti penting bahasa Indonesia dengan pengertian "Kemaritiman Udara".Sebagai negara yang besar secara kuantitas dan luas, namun Indonesia masih belum memiliki sistem terpadu yang dapat mengatur dunia "air maritime" kedirgantaraan nasional. 

Belum ada sistem terpadu yang dapat mengatur penerbangan Indonesia yang terkoordinasi dengan baik antara sipil dan militer, padahal militer dalam hal ini Kohanudnas adalah komponen utama sebagai efek deteren agar diplomasi Indonesia dapat lebih dipandang dengan baik di dunia internasional terutama mengenai persiapan pengambilalihan FIR Kepri yang saat ini dikuasai Singapura.Banyak kalangan berkeinginan agar FIR Kepri dapat segera kembali ke pangkuan ibu pertiwi, namun "kaki-kaki" diplomasi belum tertancap dengan kuat. Masih terdapat  egosentris antar instansi yang sangat kurang saling berkoordinasi. 

Dalam hal ini tentunya Kohanudnas dan Airnav Indonesia sebagai pemegang peran utama.Pesawat-pesawat asing yang sering dan beberapa kali masuk tanpa ijin melintas di angkasa Indonesia, pun ternyata ada kemungkinan karena dalam peta udara Air Defence Identification Zone Indonesia hanya berada di atas pulau Jawa dan Madura, sehingga wilayah lainnya bisa jadi dianggap sebagai jalur internasional yang bebas dapat dilewati oleh siapapun. Padahal dari Sabang hingga Merauke ruang udara Indonesia sangat luas dan berpotensi menghasilkan devisa negara yang besar pula.

Mari kita samakan sudut pandang, berikut adalah pemahaman tentang kedaulatan wilayah udara dalam suatu negara. Mengacu pada pasal 2 konvensi Chicago 1944, menyatakan di atas laut territorial sampai ketinggian tidak terbatas adalah kedaulatan suatu Negara. Dalam dunia penerbangan, terdapat dua macam wilayah penerbangan, yakni Flight Information Region (FIR) dan Upper Information Region (UIR). Wilayah udara ditentukan berdasarkan kedaulatan dan keamanan Negara, sedangkan wilayah penerbangan diadakan berdasarkan pertimbangan keselamatan penerbangan.

Apakah Indonesia telah memiliki perangkat lunak sebagai pengatur utama batas-batas wilayah udaranya? Sehingga menjadi pertanyaan besar sejauh mana fiksasi pasti wilayah udara Indonesia yang sah dan diakui oleh dunia. Perangkat lunak dan infrastruktur harus disiapkan untuk menyambut kembali kedaulatan Indonesia di udara dalam bentuk "Integrated Air Maritime System and Coordination". Sebuah sistem terpadu yang benar-benar terintegerasi antara militer dan sipil demi memperkuat sarana diplomasi menancapkan "kaki-kaki" kedaulatan dengan penuh daya.

"Integrated Air Maritime System and Coordination"  sebagai sistem koordinasi terpadu penguat diplomasi internasional indonesia harus didukung dengan pembangunan pangkalan-pangkalan aju TNI menjadi pangkalan utama. Tidak lagi berada di tengah-tengah kota, namun berada pada ujung batas negara menjadi lebih efektif dalam perkuatan.

"Integrated Air Maritime System and Coordination" nantinya dengan menempatkan pemuda-pemuda yang energik dengan kualifikasi yang memadai."Integrated Air Maritime System and Coordination"  adalah Indonesia punya gaya dalam propaganda perebutan kembali kedaulatan negara di udara Indonesia baik Flight Information Region (FIR) dan Upper Information Region (UIR) serta Air Defence Identification Zone yang mencakup seluruh wilayah nasional Indonesia dari Sabang hingga Merauke, dari Mianggas hingga Pulau Rote.

Jaya Selalu Tanah, Air dan Udara Indonesia

Salam Penerbangan

Teddy Hambrata Azmir

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun