Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengungkap Alasan Mengapa Orangtua Kita Punya Banyak Keterampilan, sedangkan Kita Hanya Rebahan

15 Januari 2020   15:45 Diperbarui: 15 Januari 2020   16:13 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membetulkan atap rumah: prixdesttravaux.com

Sewaktu kelas 6 SD, saya ingat betul tamiya merupakan mainan yang sedang tren dan digemari oleh banyak teman-teman, termasuk saya. Minimal, satu orang punya satu tamiya, bahkan ada yang memiliki lebih dari satu sebagai koleksi. Yang tadinya tidak suka, karena ikut-ikutan, menjadi suka dan akhirnya bermain bersama.

Kala itu, hanya ada satu kendala utama yang kami temui, yaitu tidak ada satu orang pun yang memiliki lintasan tamiya. Padahal, sejatinya tamiya dimainkan dengan cara adu kecepatan satu sama lain pada lintasan. Ada sih toko mainan yang menyediakan lintasan tamiya, tapi lokasi toko tersebut cukup jauh di perkotaan. Kami yang kala itu masih kelas 6 SD, tentu masih kesulitan untuk mendapat izin dari orang tua masing-masing.

Karena lintasan tamiya terbilang mahal, diantara saya dan teman-teman yang lain pun tidak ada yang menyanggupi untuk membeli. Sampai akhirnya Bapak saya menawarkan bagaimana jika beliau membuat lintasan tamiya sendiri. Awalnya saya tidak percaya, sampai Bapak betul-betul membuat lintasan tamiya sendiri dengan papan dan kayu yang sudah dikumpulkan sebelumnya. Akhirnya, lintasan  betul-betul jadi dan bisa dimainkan bersama.

Itu hanya gambaran kecil, bagaimana Bapak selalu memiliki kemampuan untuk mengerjakan banyak hal. Mulai dari mengecek daya listrik di rumah, menambal atap rumah yang bocor, membetulkan pintu kamar mandi, membetulkan keran air, service motor sendiri, dan masih banyak lagi.

Sehingga, ketika ada kerusakan di rumah, tak jarang Bapak mengerjakan sendiri tanpa membutuhkan bantuan ahlinya (tukang bangunan), kecuali kerusakan terbilang parah. Dan beberapa kemampuan itu Bapak dapatkan ketika belajar di jurusan teknik bangunan sewaktu menempuh pendidikan di STM. Untuk urusan elektronik atau mesin motor, Bapak mengaku belajar kepada beberapa temannya.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan saya yang, minim kemampuan untuk membetulkan ini-itu secara mandiri dan kurang memahami fungsi dari banyak perkakas di rumah. Namun, di sisi lain juga saya menyadari, Bapak dan saya hidup di periode yang jauh berbeda, dengan segala kecanggihan teknologi dan kemudahan yang ada.

Setelah saya telusuri dan banyak berbincang dengan Bapak perihal kemampuan tersebut, Bapak menjelaskan, dahulu Bapak seringkali ikut membantu orang tuanya (Kakek-Nenek saya) ketika ingin membetulkan sesuatu di rumah, banyak belajar dari tetangga dan teman. Sehingga, kemampuan tersebut sudah terasah sedari remaja dulu.

Hal tersebut juga tidak terlepas dari kemampuan ekonomi keluarga kami yang dulu terbilang pas-pasan, jadi segala sesuatunya dituntut dikerjakan secara mandiri dan bersama-sama.

Kalau nggak bisa? Ya harus bisa dan minta diajari. Kalau nggak tahu sama sekali, ya cari tahu dari orang terdekat dan mampu mengerjakan sekaligus menyelesaikan sesuatu. Prinsip Bapak, sifat mandiri adalah sesuatu yang harus dimiliki.

Selain itu, dahulu tukang untuk membetulkan ini-itu terbilang sedikit, tidak seperti sekarang yang mudah dicari. Sekalipun tidak memiliki kenalan secara langsung, bisa bertanya atau meminta rekomendasi dari tetangga terdekat. Cari tahu sendiri tukang yang ahli dalam hal tertentu sesuai domisili melalui internet pun bisa.

Lain dulu, lain sekarang. Soal pekerjaan di rumah yang berhubungan dengan perkakas, saya mengakui kurang paham dan tidak menguasai. Kini, Jika ada kerusakan atau sesuatu yang harus dibetulkan, saya terbiasa memanggil tukang atau ahlinya. Dari mulai membetulkan atap yang bocor, keran air yang rusak, dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun