Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Pemakaian Batik yang Selalu Dihubungkan dengan "Pergi ke Kondangan" Itu Menyebalkan

2 Oktober 2019   18:30 Diperbarui: 2 Oktober 2019   18:32 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedari kecil, saya selalu dibiasakan mengenakan pakaian bercorak batik oleh Bapak. Sebagai seseorang yang mencintai budaya tempat kelahirannya, Bapak ingin anaknya sejak kecil dapat melestarikan salah satu budaya Indonesia tersebut. Tidak terbatas pada jenis kemeja yang bercorak batik, kaos pun tidak masalah.

Bapak yang senang dengan aneka batik, dan saya yang mulai nyaman mengenakannya menjadi satu kesatuan dan selalu berakhir pada pembelian kemeja batik setiap beliau pergi dinas ke beberapa wilayah yang memiliki corak khas asal daerahnya.

Pada masanya, hal tersebut akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang terus dilakukan. Setiap pulang dinas, Bapak pasti membelikan satu kemeja batik untuk saya.

Lambat laun, saya pun memiliki rasa suka dan kenyamanan tersendiri sewaktu mengenakan batik. Perlahan, ada rasa bangga ketika mengenakan segala sesuatu yang berkenaan dengan batik. Kebiasaan ini pun terbawa hingga memasuki masa kuliah, tak jarang saya mengenakan sesuatu yang bercorak batik--bisa kaos, gelang, atau pun kemeja.

Selama kuliah, ketika proses belajar mengajar saya terbiasa mengenakan kemeja dan motif batik. Saya sendiri merasa pede dan nyaman saja, apalagi batik itu kan milik Indonesia--menjadi salah satu ciri dan karakter budaya. Jadi, tentu saya merasa tidak ada yang salah dari pemikiran dan apa yang saya lakukan.

Sampai akhirnya, dalam suatu kesempatan dan hari yang sama, beberapa teman saya bertanya hal yang template---itu-itu saja dan sama persis, "rapi banget pake batik, ada kondangan di mana?"

Begitu yang mereka katakan, tidak sekali dua saya menerima pertanyaan yang sama, di hari yang sama, pada hari-hari berikutnya juga ketika saya mengenakan batik, apa yang disampaikan oleh teman-teman selalu sama. Antara "rapi banget" dan "mau kondangan di mana".

Ada, sih, satu pertanyaan lain yang berbeda---akhirnya tidak template---"mau rapat di desa mana Pak RT?". Intinya, sih, sama. Mempertanyakan kenapa saya mengenakan batik dan terbilang rapi, seolah akan pergi ke pesta atau suatu acara.

Yang lebih ekstrim lagi, teman saya sempat ada yang menyampaikan begini, "gue pernah baca, orang yang selalu pake kemeja itu bisa dikategorikam gila hormat. Nah, lo kan sering pake kemeja batik, nih. Jangan-jangan lo gila hormat?!"

Belum tahu pasti apakah teman saya berbicara demikian bersadarkan penelitian ilmiah atau tulisan yang dibaca hanya berlandaskan prasangka saja, yang jelas itu merupakan suatu tuduhan yang tidak memiliki dasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun