Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bumi Bulat, Pelat Kapal Semakin Datar

15 Juli 2019   15:53 Diperbarui: 15 Juli 2019   15:55 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal Penangkap Ikan Cucut Nusantara saat berlabuh di Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu (Foto Setiyo)

Debur ombak yang tak henti menghantam pasir Pantai Tanjung Pasir, Tangerang, Banten menjadi titik awal perjalanan panjang Kapal Penangkap Ikan Cucut Nusantara menuju Tual, Maluku pada Minggu (15/7/2019). Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir melepas kapal dengan teknologi pelat datar itu agar menjadi media pembelajaran bagi mahasiswa Politeknik Perikanan Negeri Tual.

Saya berkesempatan mengikuti rombongan Menristekdikti yang mencoba kehandalan kapal pelat datar menerjang ombak menuju Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu. Kesegaran es kelapa muda sudah siap menghapus dahaga setelah 45 menit perjalanan. Di pulau tersebut, Menristekdikti melakukan prosesi gunting pita menandai pelepasan Kapal Penangkap Ikan Cucut Nusantara.

Kapal ini bukan kapal biasa karena menggunakan baja sebagai material utama. Disebut kapal pelat datar karena dikonstruksi dengan pelat-pelat baja datar dan tidak melewati proses pelengkungan pelat. Hasilnya, kapal bisa diproduksi lebih cepat dan ekonomis. Material baja juga memungkinkan nelayan-nelayan kecil bisa melaut lebih jauh. Ah, saya jadi ingat pada perdebatan tentang bumi bulat dan bumi datar.

Menristekdikti saat melihat miniatur kapal pelat datar di Pantai Tanjung Pasir, Tangerang (foto Setiyo)
Menristekdikti saat melihat miniatur kapal pelat datar di Pantai Tanjung Pasir, Tangerang (foto Setiyo)
Kapal pelat datar ini diproduksi oleh PT Juragan Kapal Indonesia. Awalnya, kapal dikembangkan oleh CEO PT. Juragan Kapal Indonesia Adi Lingson saat menjadi mahasiswa Universitas Indonesia (UI) bersama Dosen Teknik Perkapalan UI Hadi Tresno Wibowo. Pengembangan produk kapal ini mendapat dukungan Kemenristekdikti melalui Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi dengan memberikan pendampingan dan pendanaan kepada PT. Juragan Kapal Indonesia.

Menurut Menristekdikti, kapal pelat datar memiliki berbagai keunggulan. Diantaranya memiliki kualitas dan biaya produksi jauh lebih efisien serta daya tahan yang lebih lama sekitar 15-20 tahun dibandingkan kapal berbahan fiber yang usia produknya sekitar 10 tahun. Bahan pelat baja juga bisa didaur ulang, sementara fiber tidak bisa didaur ulang. Selain itu, kapal berbahan pelat baja juga lebih mudah perawatannya. Dari sisi harga, kapal pelat datar dengan ukuran 30 Gross Tonnage (GT) antara Rp 500-600 juta, sementara kapal fiber harganya mencapai Rp 1,2 Miliar.

Menristekdikti berharap kapal ini bisa mendapatkan sertifikasi pada bulan September 2019, sehingga pada 2020 dapat diproduksi massal. Sertifikasi ini sangat penting agar karena ada risiko keamanan dan risiko kecelakaan yang harus dihindari.

Menristekdikti saat di atas Kapal Penangkap Ikan Cucut Nusantara (Foto Setiyo)
Menristekdikti saat di atas Kapal Penangkap Ikan Cucut Nusantara (Foto Setiyo)
Dosen Teknik Perkapalan UI sekaligus penemu kapal ini, Hadi Tresno Wibowo mengatakan kapal pelat datar berbeda dengan kapal biasanya. Bentuk bagian bawah kapal mirip seperti bentuk sayap pesawat terbang sehingga kapal akan melaju dengan seimbang. Dynamic stability-nya akan bekerja saat kapal miring ke satu sisi, maka arus sisi lainnya akan lebih kuat sehingga otomatis akan balik.

Hadi mengisahkan bahwa kehandalan desain nyeleneh ini, sudah terbukti saat pengiriman tiga kapal dari Pulai Untung Jawa ke Teluk Bintuni, Papua Barat atas permintaan salah satu perusahaan perminyakan. Kapal tetap stabil walaupun dihantam ombak besar hingga 4 meter. Saat terkena ombak dari samping kapal tidak guling tetapi geser. Kapten kapal yang mengemudikannya mengakui kestabilan kapal tersebut dan memberi jempol empat. Mereka sempat dicegat angkatan laut diperiksa, nakhoda kapal bilang ini kapal uji coba. Angkatan laut bilang ini bukan uji coba tapi uji nyali.

Hadi memulai penelitian kapal pelat datar sejak 2010. Tapi saat menjadi mahasiswa, Hadi mulai berpikir bagaimana membuat kapal yang gampang. Sebagai lulusan perkapalan, ia tidak bisa membuat kapal karena harus ke galangan sementara pelat harus dilengkung dan sebagainya. Dengan pelat datar, pembutan kapal menjadi lebih mudah.

Spesifikasi Kapal Penangkap Ikan Cucut Nusantara berdimensi panjang 15.5 meter dan lebar 4 meter dengan tonase 29 GT. Kapasitas tangki bahan bakar 16.4 ton dan memiliki tangki air tawar 7.5 ton. Kapasitas memiliki ruang penyimpanan ikan sebesar 20 m3 dan ruang air blast Freezer 8 m3. Jumlah kru yang bisa diangkut sebanyak 10-13 orang, serta ruang kapal dilengkapi dengan 1 kamar mandi dan dapur. Perlengkapan navigasi dan telekomunikasi yaitu kompas, GPS, echo sounder, VHF radio, dan SSB radio masing-masing 1 unit.

Selamat berlayar Kapal Cucut Nusantara. Di pantai Tual, mahasiswa sudah menantimu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun