Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pecak Belut Bu Niti di Pemalang yang "Puedes Nyamleng"

18 Agustus 2017   21:53 Diperbarui: 19 Agustus 2017   16:41 2928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pecak belut dan lalapan di RM Pecak Welut Bu Niti Petarukan, Pemalang. Foto Setiyo Bardono

Saat menginjak kota Pemalang, Jawa Tengah yang terbayang adalah mencicipi kuliner seperti Sate Loso, Nasi Grombyang, atau Lontong Dekem. Namun senin malam itu (15/8/2017), saya "terjerumus" menikmati pecak lele yang puedes nyamleng.

Saya yang nunut rombongan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, sejak awal pasrah dengan pemilihan menu makan malam. Mungkin karena esok pagi, kami akan menghadiri acara panen perdana padi varietas unggul toleran salin "Inpari Unsoed 79 Agritan" di Desa Nyamplungsari, makanya pemilihan menu menyerempet ranah persawahan.

"Masakan belut sangat terkenal di Kecamatan Petarukan ini," kata Pak Noor Farid pemulia tanaman dari Unsoed saat mobil rombongan merapat di RM "Pecak Welut" Bu Niti di desa TegalMlati, Kecamatan Petarukan, Pemalang. Konon Rumah Makan ini terkenal paling enak dalam mengolah perbelutan seantero Petarukan.

Di Rumah Makan "Pecak Welut" Bu Niti, belut disajikan dalam menu pecak, goreng, dan bakar. Kami sepakat memilih Pecak Belut. Namun dalam pemilihan minuman tidak sepaham, ada yang memesan teh poci, air jeruk panas, dan teh manis.

Sambil menunggu pecak belut datang, kami ngemil kacang rebus. Saya mencicipi pisang goreng yang sepertinya tidak digoreng. Saya menduga pisang kepok tersebut dibakar atau dipanggang, soalnya teksturnya mempur namun kering tak berminyak.

Tak lama kemudian, jreng... jreng... air kobokan datang diikuti tiga cobek sambal petai. Menunggu menu istimewa memang harus sabar.

Kami pun meneruskan perbincangan tentang padi Unsoed 79 yang siap panen di Desa Nyamplungsari. Padi hasil persilangan antara Cisadane dan Atomita-2 tersebut sangat istimewa karena mampu tumbuh di lahan salin atau sawah dengan kadar garam tinggi.

Varietas padi "Inpari Unsoed 79 Agritan" dikembangkan oleh Suprayogi dan Noor Farid, pemulia tanaman dari Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto. Varietas ini secara khusus disiapkan untuk bisa ditanam di lahan sawah daerah pesisir yang pada musim kemarau tidak bisa ditanami padi karena peningkatan salinitas (kadar garam) pada saluran irigasinya.

Konsentrasi saya pecah antara membayangkan pecak belut dengan obrolan menarik tentang padi yang bisa berproduksi hingga 8 ton/hektar. Padi yang bisa tumbuh di lahan salin pasti bukan jenis varietas yang sembarangan.

Tak heran jika padi ini sudah dilepas dengan SK Menteri Pertanian RI No. 1251/KPTS/SR.120/12/2014, tanggal 5 Desember 2014. Varietas "Inpari Unsoed 79 Agritan" telah lolos melalui serangkaian uji daya hasil dan toleransinya terhadap kadar garam tinggi sampai 12 dSiemen/meter skala laboratorium dan uji daya hasil di delapan lokasi lahan salin di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

Varietas ini juga mendapat bantuan insentif dari Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti melalui Program Hilirisasi Inovasi Teknologi Perguruan Tinggi untuk dikembangkan di empat Kabupaten seluas total 400 hektar di Cilacap, Kebumen, Tegal, dan Pemalang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun