Mohon tunggu...
Ian Julian
Ian Julian Mohon Tunggu... Lainnya - Oye

masih senang dengan buku karena selalu ada sensasi setiap membalik lembaran kertasnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anak adalah Pribadi yang Sangat Unik

28 Juni 2017   17:03 Diperbarui: 29 Juni 2017   13:03 2067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. ParentsToday

Setiap orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Mulai dari pendidikan, pekerjaan, bahkan sampai dengan urusan jodoh. Namun apakah semua keinginan orang tua untuk membuat anak-anak mereka menjadi yang terbaik sudah sesuai dengan keinginan anak?

Pada dasarnya setiap anak adalah pribadi yang unik, mereka mempunyai keunikan masing-masing. Setiap anak mempunyai keunggulan baik dalam pengetahuan, keterampilan, maupun perilaku. Alex yang berhasil meraih juara olimpiade matematika dikatakan pandai. Maya yang mahir menari juga termasuk anak yang pandai. Budi yang berhati baik, mau berbagi, dan mempunyai simpati yang lebih pada sesama juga dikatakan pandai. Ketiga anak tersebut semuanya bisa dikatakan pandai, hanya saja kepandaian mereka berada dalam bidang yang berbeda. Sekali lagi, setiap anak bisa saja unggul dalam pengetahuan, keterampilan, dan perilaku.

Namun, kebanyakan yang menjadi perhatian orang tua di Indonesia adalah kepandaian di bidang pengetahuan. Ada beberapa orang tua yang sudah mengenalkan berbagai macam pengetahuan kepada anak sejak usia dini, ketika anak masuk jenjang pendidikan PAUD atau TK, misalnya pengetahuan membaca, berhitung, les bahasa asing, dan sebagainya. Semua itu memang baik untuk perkembangan anak, namun jangan lupakan juga kemampuan anak untuk menerima semua pengetahuan itu. 

Setiap anak mempunyai kapasitas yang berbeda. Satu anak bisa saja berhasil, namun anak yang lain belum tentu bisa mengikuti. Jika orang tua sadar anaknya tidak bisa mengikuti, ada baiknya untuk mengurangi porsi pemberian pengetahuan itu. Jangan sampai anak dipaksakan karena akan berdampak buruk bagi perkembangan anak ke depannya. Jangan lupakan bahwa tujuan PAUD atau TK adalah untuk membuat anak bergembira, belajar bersosialisasi dengan teman, belajar mengenal lingkungan, belajar menghormati guru dan orang tua. 

Bisa dikatakan bahwa jejang pendidikan PAUD atau TK adalah mengedepankan kepandaian dalam bidang perilaku dan bisa juga untuk mengetahui minat dan bakat anak sejak usia dini.

Ketika anak mulai beranjak dewasa, mereka mulai menunjukan kelebihannnya dan disadari atau tidak orang tua juga mulai banyak menuntut kepada anaknya. Ketika nilai pelajaran seni lebih bagus daripada nilai matematika, maka orang tua akan berusaha untuk membuat nilai matematika anak menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika nilai matematika lebih baik daripada nilai seni, jarang ada orang tua yang menuntut anak supaya les khusus untuk pelajaran seni. 

Ada lagi seorang anak yang nilai seni maupun matematika kurang, tapi banyak teman-temannya yang senang dan nyaman jika bergaul dengannya. Hal ini karena si anak adalah pribadi yang menarik, baik, dan suka membantu teman-temannya. Namun di mata orang tuanya, si anak tetap saja dianggap anak yang kurang pandai gara-gara nilai pelajarannya tidak bagus. Padahal kebaikan hati adalah salah satu kelebihan yang luar biasa. Sangat disayangkan tentunya jika kelebihan-kelebihan anak tidak dapat dimaksimalkan hanya karena tuntutan orang tua.

Terkadang orang tua punya standar kesuksesan sendiri untuk anaknya. Mereka beranggapan jika anak sesuai dengan pilihan orang tua sudah tentu kehidupannya akan berhasil dan sukses. Misalnya saja orang tua ingin anaknya menjadi seorang PNS, sebuah pekerjaan yang keren dan membanggakan di masyarakat, setiap bulan mendapatkan gaji tetap, mendapatkan jaminan uang pensiun. Namun kenyaman menjadi seoarang PNS belum tentu dirasakan oleh anak. 

Bisa saja anak tidak senang jika menjadi PNS. Menurut si anak, ia merasa tidak bisa berkembang jika menjadi PNS, ia ingin pekerjaan yang lebih menantang, ia ingin menghadapi banyak resiko, karena dengan begitu ia akan mendapatkan sebuah kepuasan jika mampu menghadapi dan menyelesaikan setiap tantangan dan resiko tersebut. Ia ingin merasakan sari pati kehidupan, karena dengan demikian ia merasa mampu berkembang dan menguji batas kemampuan dirinya. Hal ini mungkin oleh sebagian orang dianggap aneh, tapi sekali lagi yang perlu diingat bahwa setiap anak adalah pribadi yang unik.

Jika idealisme orang tua dan anak sudah berbeda, lalu siapa yang harus mengalah? Jika orang tua yang mengalah, mereka masih bisa terus mengawasi anak mereka dengan memberikan perhatian, dukungan, doa agar anak bisa sukses dengan pilihannya. Jika anak yang harus mengalah, ini bisa saja dianggap sebagai bentuk tanda bakti kepada orang tua yang sudah membesarkannya. Meskipun bisa saja dari luar, dari pandangan orang tua maupun masyarakat si anak bisa sukses, tapi siapa tahu hati si anak terasa beku. Tidak ada daya semangat saat bekerja. Ia hanya bekerja sebagai bentuk kewajiban.

Semua pilihan pasti ada tantangan dan resikonya, tinggal bagaimana kita menghadapi dan menyelesaikan setiap tantangan dan resiko yang sudah dipilih. Mengutip nasihat dari orang tua kepada anaknya di salah satu anime Jepang, "Aku tahu kamu tidak seperti anak yang lain. Kamu tidak bisa menguasai ilmu ninjutsu maupun genjutsu. Kamu hanya bisa menguasai ilmu taijutsu. Maka jangan berkecil hati, ayah tetap bangga padamu. Berusahalah untuk mengembangkan ilmu taijutsumu. Maka aku yakin suatu saat kamu akan menjadi master taijutsu yang hebat."       

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun