Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

KBK Berkat, Kabar Baik bagi Penyandang Disabilitas

25 Juli 2017   23:43 Diperbarui: 4 Agustus 2017   09:21 1749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara peremian KBK Berkat (Dokpri)

Kabar baik bagi penyandang disabilitas (difabel) di kota Salatiga dan sekitarnya. Minggu 23 Juli 2018 sebuah 'balai pelatihan' khusus untuk kaum difabel diresmikan. Namanya, Pusat Pelatihan Kerja Komunitas Berkebutuhan Khusus "BERKAT," disingkat KBK BERKAT. Berlokasi di Jalan Raya Kopeng, Desa Sumogawe Kab.Semarang, berjarak hanya beberapa km dari Salatiga.

KBK ini terbuka untuk semua penyandang difabel. Meskipun yang mendirikannya adalah Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI Semarang),  KBK ini diperuntukkan bagi penyandang difabel tanpa pandang latar belakang, baik dari segi etnis, ras, agama maupun warna kulit. "Semua peyandang difabel, terlepas dari latar belakangnya, berhak mendapatkan keterampilan untuk hidup mandiri secara ekonomi," demikian kata pendeta Yeanny dalam kata sambutannya. Suasana inklusi dan nasionalis itu tergambarkan juga dari dekorasinya yang didominasi kombinasi warna merah putih.

Penyandang difabel membawakan pujian di acara pembukaan (Dokpri)
Penyandang difabel membawakan pujian di acara pembukaan (Dokpri)
Hadir antar lain, Camat Getasan (Drs.Hustono Hartono),  Dinas Sosial Prov.Jawa Tengah, Koramil Getasan, Kepala desa Sumogawe, dan Kadus Genteng, tokoh-tokoh agama daerah sekitar, para pelayan gereja dari berbagai denominasi dari Semarang,  Salatiga dan sekitarnya, juga komunitas difabel dan orang tua atau pendamping mereka. Terlihat juga hadir Prof.Mesach Krisetya dan ibu. Prof. Mesach adalah pensiunan dosen Fakultas Teologi UKSW Salatiga, Pendeta emiritus GKMI, yang juga pernah menjabat sebagai presiden Mennonite World Confrence (MWC). Hadirnya tamu undangan dari berbagai kalangan ini menggambarkan betapa antusias dan banyaknya harapan pada tugas mulia yang hendak diemban KBK Berkat.

Pemencetan serine dan penandatangan prasasti oleh Camat Getasan, bapak Drs.Hustono Hartono (Dokpri)
Pemencetan serine dan penandatangan prasasti oleh Camat Getasan, bapak Drs.Hustono Hartono (Dokpri)
Pendirin KBK Berkat merupakan visi dari GKMI Semarang yang ingin melayani Tuhan melalui pemberdayaan kaum difabel. Juga dimaksudkan untuk ikut berkontribusi membangun bangsa melalui pendidikan dan peningkatan kesejahteraan masyarakt marginal macam difabel. Pendeta Yeanny, yang akan memimpin KBK ini, dalam sambutannya memberikan renungan tentang kisah Bartimeus, seorang pengemis buta yang selalu duduk meminta-minta di pinggir jalan. Ketika mendengar Yesus akan lewat, diantara keributan dan kebisingan orang-orang yang mengiringi dan mengerumuni-Nya, Bartimeus berteriak memanggil Yesus meminta dikasihani. Para pengiring memarahinya dan memintanya tidak berisik, namun ia justru semakin keras memanggil Yesus.  Diluar perkiraan para pengikiut,  Yesus justru mendengar teriakan dan permohonan Bartimeus lalu meminta pengiring-Nya memanggil dia. Yesus kemudian menyembuhkan Bartimeus. Di sini nyata, bahwa Yesus tidak menyepelehkan difabel. Ia bahkan peduli, membela dan menolong mereka. Atas dasar keteladan Yesus inilah, KBK Berkat didirikan untuk menolong kaum difabel, sebagaimana Yesus juga melayani dan menolong mereka.

Kamar asrama dan fasilitas akomodasi (Dokpri)
Kamar asrama dan fasilitas akomodasi (Dokpri)
Dibangun di atas areal seluas 2600 M2 lokasinya cukup luas. Lahan ini merupakan sumbangan dari dermawan. Dana untuk membangun tiga gedung yang berdiri dengan fasilitas yang sudah ada sekitar Rp. 4,2 Milyar, yang sumbernya juga dari sumbangan dermawan, baik perorangan maupun kelembagaan. Selain sumbangan dalam dana juga para dermawan menyumbang bentuk material bangunan dan fasilitas. Menurut panitia, dukungan pemerintah sangat positif selama pengurusan pembangunan, bahkan sejak pengurusan sertifikat kepemilikan tanah. Masyarakat sekitar pun berkontribusi positif.

Tiga gedung yang sudah dibangun adalah gedung untuk balai kerja, untuk pamer hasil kerja, dan asrama (meski belum lengkap). Gedung lain yang masih dalam perencanaan akan dibangun adalah aula.

Suasana Pameran hasil kerja kaum difabel (Dokpri)
Suasana Pameran hasil kerja kaum difabel (Dokpri)
Visi, seperti disampaikan oleh ibu Yeanny adalah, "memandirikan kaum difabel secara ekonomi." Menurut saya, visi ini 'terlalu berani.' Sebagai  orang tua dari anak berkebutuhan khusus, saya paham tugas untuk memandirikan difabel secara finansial tidaklah mudah, kalau tidak mau dikatakan mustahil. Jangankan difabel, orang-orang 'normal' saja tidak mudah buka lapak bisnis, bukan? Namun, bekerja dengan mengandalkan iman dan doa, bu Yeanny dan tim kerjanya yakin akan sukses menjalankan KBK ini.

Direncanakan, KBK Berkat akan beroperasi per 1 September 2017. Ini lantaran, selain sejumlah fasilitas masih perlu dilengkapi, juga ibu Yeanny yang telah mengajukan pensiun dari jabatan kependetaan baru akan resmi dipensiunkan per 17 Agustus 2017.  Untuk awalnya nanti KBK Berkat fokus di empat mata latih, yaitu (1) pelatihan menjahit (selama 3 bulan), (2) pelatihan potong rambut (bekerjasama dengan Stefani Salon, (3) pelatihan membuat gitar dan okulele, dan (4) pelatihan pijat refleksi.

Sesuai dengan namanya, yaitu KBK BERKAT, semua fasilitas yang disediakan itu gratis. Baik akomodasi, konsumsi, maupun keterampilan-keterampilan yang dilatihkan, semuanya diberikan secara cuma-cuma. Artinya, para difabel dapat mengikuti pelatihan-pelatihan di KBK ini secara prodeo.  Ini karena visinya memang supaya 'menjadi berkat bagi kaum difabel.'   

Suasana Pameran hasil kerja kaum difabel (Dokpri)
Suasana Pameran hasil kerja kaum difabel (Dokpri)
Dalam sambutannya, pimpinan Sinode GKMI memberikan metafora tentang tanaman biji sesawi. Menurutnya, biji sesawi itu sangat kecil sehingga tidak kelihatan dan tidak masuk hitungan. Namun, dari biji yang kecil itu dapat tumbuh menjadi pohon yang besar dan lebat, lalu menjadi tempat bernaung dan bersarang bagi burung-burung. Demikianlah, kaum difabel kerap tidak diperhitungkan dan diabaikan. Namun, mereka dapat dilatih sehingga memiliki keterampilan lalu bisa menunjukkan kekuatan dan kelebihannya, sehingga tidak saja mandiri melainkan juga dapat menjadi berkat bagi orang lain. 

Beberapa contoh seperti Nick Vujicic, yang mesti tanpa tangan dan kaki namun menjadi motivator internasional. Ratna Ibrahim, yang meski lumpuh namun menjadi penulis dan sastrawati yang menginspirasi banyak orang. Atau, He Ah Lee penyandang Lobster Claw Syndrom (sindrom capit kepiting) yang berjari empat namun menjadi pemain piano  terkenal. Atau Habibie Afsya, yang sejak usia 8 bulan divonis dokter menyandang muscular dystrophy progressive, menyebabkan gangguan pada syaraf motorik sehingga lambat bertumbuh baik secara fisik maupun mental, namun akhirnya sukses di bisnis online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun