Mohon tunggu...
Thomas Sembiring
Thomas Sembiring Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger KereAktif

ASMI Santa Maria, Univ.Sanata Dharma, Diaspora KARO, Putera Aceh Tenggara, International Movement of Young Catholics (IMYC) for Social Justice, INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mensyukuri Proses Hidup

23 Januari 2016   01:20 Diperbarui: 23 Januari 2016   02:01 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sarinah tampak temaram meski tak lagi suram saat Jl. Thamrin dilintasi. Ini malam perjalanan dengan ojek online cukup mencerahkan. Penat seharian karena aktivitas yang banyak diam sembari menajamkan telinga dan mencari informan, sedikit terobati.

Sepanjang jalan si driver bercerita tentang penumpang yang agak berkurang dalam 2 hari belakangan. Biasanya dalam sehari, sekitar 10 penumpang bisa didapatkan, tuturnya. Artinya kesempatan mendapatkan bonus dari raihan 10 penumpang satu hari bagi si driver, bisa diperoleh.  Jadi pengamatannya yang tajam soal trend penurunan penumpang selama 2 hari mengindikasikan si driver itu cukup cermat dan biasa mendapat banyak penumpang.

Dari obrolan itu, ketika ditanya tentang pekerjaan saya di salah satu warung steak ternama, saya tertawa. Mungkin karena saya memakai lokasi warung steak yang bersebelahan dengan lokasi kerja di aplikasinya, dikira saya pelayan disana.

Ketika saya jelaskan kalau saya kerja sebagai kuli tinta di salah satu media pertambangan, si driver malah menimpali dengan pujian. Hebat, ujarnya.

Menurutnya dengan pekerjaan saya, pastinya yang ditemui adalah orang-orang besar. Saya tak menampik sebab faktanya memang bisa dikatakan demikian. Direksi perusahaan dan para pejabat kementerian bukan orang istimewa bagi kebanyakan kuli tinta seperti saya. Tidak istimewa juga. Hanya saya coba menekankan bahwa menemui orang-orang besar tak serta merta membuat kartu debit di kantong isinya ikut besar.

Kalau sama besarnya isi kantong dengan orang-orang besar yang ditemui, betapa soal-soal keinginan tidak akan membuat gusar. Pun begitu saya menyampaikan ditengah situasi ekonomi yang sedang lesu, saya bersyukur tidak harus jadi pengangguran. Tidak pula jadi “teroris” yang menyebarkan ketakutan pada keluarga karena butuh subsidi silang akibat digerogoti problem pengeluaran.

Seperti halnya si driver yang rupanya bekerja dari pagi hingga malam mendapatkan penumpang, begitu pula pekerjaan saya. Tak ada bedanya. Semua sama-sama membutuhkan proses panjang dan kesadaran kerja yang besar. Bukan soal apakah yang ditemui selalu orang besar. Sebab pada sisi lain, saya sendiri kerap memandang para driver  adalah orang-orang besar. Sebab mereka adalah orang yang mau melakukan lompatan dalam melihat sesuatu dan lalu melakukan perubahan. Tidak takut dengan perubahan, sebaliknya terlibat dan menyongsong perubahan itu sendiri.

Saya lantas bertanya apakah mereka para driver juga berpeluang masuk dalam manajemen perusahaannya. Menurut penuturannya hal itu dimungkinkan bergantung dari penilaian penumpang lewat review pelayanan yang biasanya tersedia di aplikasi, seusai layanan dituntaskan. Kalau dapat bintang lima, hal itu dimungkinkan saja, sebutnya dengan tenang.

Menarik, batinku. Dari pembicaraan dan nada bicaranya yang optimistik saya jadi ketularan. Saya mengingat beberapa perubahan di kantor yang awalnya cukup menekan, tetapi toh pada akhirnya pantas disyukuri. Sebab dengan tekanan ada ruang untuk melakukan refleksi dan evaluasi. Ada ruang kreasi yang bekerja untuk menyesuaikan diri dengan perubahan keadaan.

Saya membandingkannya dengan batubara, komoditas yang selalu jadi ulasan harian sebagai kuli tinta di tempat saya bekerja. Batubara itu sendiri sebelumnya akhirnya menjadi sebuah komoditas yang berarti, muncul dari proses panjang. Dari tanaman mati yang lalu berproses jutaan tahun lalu mengendap dan mengalami proses coalification dibawah pengaruh fisika, kimia, maupun geologi. Dengan tekanan tertentu pada lapisan perut bumi dalam periode panjang itu, batubara terbentuk dan kini hampir 60% mempengaruhi kebutuhan listrik nasional kita.

Pun demikian benang merah obrolan dengan si driver. Ada titik dimana kerja keras dan cerdas memang penting namun di sisi lain kesadaran akan proses yang tak jarang menekan juga tak kalah penting. Hanya dengan demikian perubahan kemudian lahir menjadi sebuah ruang yang berada, kelihatan serta bisa dirasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun