Anak - anak yang kalian bunuh itu, dilahirkan dengan rasa syukur dari kedua orangtuanya.
Lalu mereka bersekolah. Kedua orangtuanya bersusah-susah menempatkan mereka di tempat sebaik-baiknya.
Tidak hanya tempat, tapi buku, tas, seragam, bahkan pensil warna yang mereka minta. Juga beraneka rupa makanan yang digemari.
Lalu beranjak dewasa, mereka mulai "jauh" dari orangtuanya.
Mereka mulai cari jati diri. Tidak jarang juga tidak sepaham dengan ibu bapak. Tapi, orangtuanya tetap sayang.
Butuh apa-apa Ibu bapak mereka carikan. Mau pergi kemana mereka usahakan.
Mau ikut les. Mau ikut ekskul. Mau naik gunung atau pergi ke laut.
Tenda. Sepatu. Dan lain-lain keperluan Ibu dan bapaknya selalu penuhi.
Lulus SMA, mereka ingin berkuliah. Ibu dan bapak juga sudah siap bekerja lebih keras lagi. Membayari uang semesteran. Juga berbagai kebutuhan sampingan yang muncul belakangan.
Seperti mengikuti kegiatan pelantikan kalian itu!
Diantara berbagai kampus, mereka memutuskan berkuliah di universitas mu itu. Universitas yang namanya menyandang Agama dan Bangsa besar!
Universitas Islam Indonesia.
Bodoh sekali sih kalian ini. Karena tidak melawan, memang mereka itu kalian anggap karung beras ? Dipukuli tidak terasa?
Bagaimana sih rasa bahagia menganiaya orang hingga tewas? Kepuasan apa sih yang kalian cari-cari? Tidak kah terbayang bagaimana jika itu adik kalian sungguhan?