Mohon tunggu...
Abdul Basir
Abdul Basir Mohon Tunggu... profesional -

Mantan guru Biologi. Sedang aktif di dunia Startup. Penulis dan pencerita macam-macam.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Siapa Suruh Jadi Guru (Honorer)?

18 Mei 2017   20:09 Diperbarui: 19 Mei 2017   16:13 12674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama rekan guru berfoto sehabis upacara peringatan Hari Guru

Di depan saya ketika itu adalah seorang bu guru. Kami sedang menghabiskan waktu luang mengajar dengan bertukar cerita di kantin sekolah

Atau lebih tepatnya, saya sedang menjadi pendengar yang baik untuk dirinya berkeluh-kesah tentang kondisi pekerjaannya sebagai guru. Beliau mengeluh karena status pekerja honorernya yang telah sekian lama, dengan harapan diangkat PNS yang tidak kunjung datang.

"Memang sudah berapa lama, bu, jadi guru ?" tanya saya diantara percakapan

" Mau 15 tahun ini, Mr. Abas. Tapi, ya ga cuma di sekolah ini aja. Pernah di SMA anu juga" jawabnya

15 tahun, waktu yang cukup lama seorang guru berdedikasi ? Tapi, di tahun itu saya juga pernah bertemu seorang bapak guru yang telah mengajar 25 tahun sebagai honorer berpenghasilan rendah, berangkat kerja dari Tangerang, dengan seorang anak yang membutuhkan perawatan kesehatan khusus

" Selama 15 tahun itu, ibu bergaji segitu? "

" Waktu sekolah bayar sih mendingan, Mr. Abas. Sekarang-sekarang ini? Aduh. Harus banyak sabar "

Selama 4 tahun mengajar di sekolah negeri, saya memutuskan untuk tidak ambil pusing dengan segala per-PNS-an ini. Bisa juga dibilang saya tidak tertarik.

Konsep menunggu ketidakjelasan selama bertahun-tahun, dengan gaji secukupnya yang akan diberikan kepada mu, dengan peraturan yang dibuat untuk menunda-nunda dan memelihara harapan semu tidak masuk akal buat saya. Mendengarnya dari para pelaku pun tidak membuat saya tergugah

Coba deh, 15 tahun, berangkat pagi pulang sore, menikmati terik, berpayung hujan, mengajarkan subjek yang belum tentu para murid suka, dibebani pemeriksaan tugas dan ujian, lalu tetek bengek administrasi, lalu diakhir bulan memaksakan diri tersenyum menerima amplop gaji, sambil menyalakan ulang harapan untuk bulan depan dan bulan - bulan selanjutnya

Gaji mereka lebih rendah dari gaji buruh pabrik ?
Gaji mereka lebih rendah dari gaji buruh pabrik ?
Yang kadang membuat saya jengah dan memilih menghindar adalah ketika guru honorer, yang setelah bertahun-tahun menunggu, akhirnya mengeluh, mulai marah, mulai menyalahkan sistem, pemerintah dan orang - orang yang mempersulit kondisi mereka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun