Mohon tunggu...
Muhamad Seftia
Muhamad Seftia Mohon Tunggu... -

penyair kolong langit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia yang Bermanfaat

13 Juni 2017   00:16 Diperbarui: 13 Juni 2017   00:22 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Penindasan Jangan Terus Dibiarkan
Oleh: Muhamad Seftia Permana (Vijay/Mr.Otewe Kolong Langit)

Manusia dilahirkan dengan perbedaan. Dari perbedaan fisik,  pemikiran, sikap dan lain sebagainya. Setiap individu pastilah berbeda, perbedaan itulah yang membuat pandangan seseorang terhadap suatu hal akan berbeda.
Salah satu yang membedakan pemikiran seseorang tergantung pada tempat dimana dia bergaul. Pergaulan yang akan mempengaruhi pandangan atau persepsi seseorang yang kemudian melaju kepada tahap pemikiran atau pengolahan pandangan yang ditangkap dan kemudian akan melahirkan sebuah keputusan dari hasil pemikiran tersebut. Seperti yang telah diungkapkan, salah satu faktor yang mempengaruhi sebuah keputusan yaitu hasil dari pergaulan. Baik itu keputusan yang berpengaruh besar kepada diri sendiri maupun lingkungan dari pergaulan itu sendiri atau lingkungan di luar pergaulan sendiri.

Manusia akan memberikan pandangan kepada suatu hal dengan sebuah nilai "baik" atau "buruk","benar" atau "salah" untuk hal yang dilihat dan dirasakannya.

Baik itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benda, perilaku atau suatu hal yang dianggap elok, patut, bagus, teratur dll. Selain itu juga Baik adalah sesuatu yang dianggap sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan Buruk adalah lawan dari pada Baik, Buruk diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu, rusak, jahat, tidak menyenangkan, tidak cantik, tidak elok, jelek dll. Selain itu buruk juga diartikan sebagai sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyrakat.

Dalam catatan akhir di buku Kumpulan Puisi "di Kamar Mandi" 62 Penyair Jawa Barat Terkini 2012, Afriza Malna seorang Penyair dan Penulis mengungkapkan dua macam komunitas. Pertama, Komunitas Patron, "Komunitas yang terwujud karena ada sosok yang dianggap kuat yang menopangnya. Cenderung bersifat paternalistik. Komunitas seperti ini cenderung membangun hubungan yang saling menulari, epigenistik, ketergantungan, memanipulasi diri sendiri ke peran yang menjadi tujuan" Kedua, yaitu Komunitas Organik, "Komunitas yang sifatnya lebih cair, setara, heterogen, memelihara rasa heran, bimbang, mencari sendiri setiap keingin tahuan, sharing, saling mempertanyakan ditempatkan di atas saling meniru, tidak takut gagal, tidak takut tidak menjadi siapa pun, tidak takut terluka, tidak takut bodoh, lebih berani melihat apa yang dilihat daripada mengkhayal, ngotot untuk menciptakan hujan di luar hujan. Gelisah untuk menciptakan puisi di luar bahasa. hanya bermodal tubuhnya sendiri yang langsung mengalami yang dialami"

Dari kedua golongan komunitas tersebut, kita dapat menyimpulkan mana yang baik dan mana yang buruk. Yang satu terlahir karena ketulusan, kemurnian, keaslian dari penjiwaan. Yang lainnya, terlahir karena sebuah keterpaksaan, ketergantungan, kebohongan demi mencapai suatu tujuan.
Saat ini, apakah kondisi di Negara kita sudah baik? Coba lihat siaran berita di Televisi yang dikuasai oleh orang-orang yang berkuasa karena uang itu!

Contohnya, kasus beberapa tahun silam, telah terjadi banyak perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku juga dengan norma-norma sosial yang hadir di masyarakat kita. Adalah perilaku menyimpang seorang Gubernur beserta keluarga dan kroninya yang katanya Orang terpandang dan keturunan Jawara di daerah yang masih tertinggal, Banten. Dari daerah yang cukup luas namun masih banyak jalan rusak, hutan belantara, daerah tertinggal dan masih banyak daerah terpencilnya, Institusi atau Lembaga penegak hukum baru menangkap beberapa orang untuk diadili, itu pun masih dari beberapa kasus saja yang baru terungkap dan terbukti. Lembaga penegak hukum menangkap yang katanya yang ditangkap itu adalah orang dan memiliki jabatan Gubernur beserta adiknya dengan tuduhan korupsi, gratifikasi dan tindak pidana pencucian uang. Seperti yang diketahui dari media yang sedang gencar mengiklankan tuannya itu bahwa Sang Gubernur dan Keluarga hidup dengan bergelimang harta dan keluarganya bergelimang tahta di balik daerah yang dipimpinnya masih dalam keadaan sekarat. Bergelimang harta, Korupsi dan daerah yang dipimpinnya masih dalam keadaan sekarat. Walaupun akhirnya hasil proses hukum hari ini atas kasus tersebut masih belum cukup untuk mengobati luka masyarakatnya.

Kasus tersebut baru salah satu contoh kasus yang diambil contoh yaitu kasus korupsi, belum kasus lain, belum di daerah lain, Kabupaten-kabupaten lain di Banten. Belum satu Pulau Jawa, apalagi seluruh Indonesia. Bisa kita bayangkan betapa buruknya Negara ini.

Perilaku Menyimpang tersebut tidak lantas terjadi dengan sendirinya dan begitu saja. Pasti ada pemicu atau penyebab. Seperti yang dikemukakan di awal, Pergaulan akan mempengaruhi sebuah pandangan yang kemudian naik ke tahap pemikiran dan menghasilkan sebuah keputusan. Pergaulan seseorang yang buruk dari kaum atau golongannya menjadi salah satu penyebab seseorang berperilaku menyimpang. Lalu timbul pertanyaan berikutnya, Apa yang menjadi penyebab pergaulan itu buruk?

Dalam buku Pesta Seni 1974, membahas tentang karya-karya seni hasil dari seniman-seniman Indonesia. Bagaimana Seni Kontemporer yang telah hadir sebagai warga baru di dunia seni bahkan menjadi sebuah perdebatan, pertentangan , sampai-sampai ada sebuah bahasa yang membedakan generasi seperti Angkatan Tua dan Angkatan Muda, karena Kontemporer telah berusaha mengebiri kesenian asli Indonesia dengan cara Menghilangkan nilai estetika serta ruh dari kesenian Indonesia itu sendiri. Kontemporer dinilai Seni yang Bebas dan tidak mengindahkan aturan-aturan yang telah menjadi ruh seni asli Indonesia.

Artinya, Jati diri Indonesia berusaha dirampas oleh nilai-nilai Negara Luar, kalau begitu apalah artinya sebuah kata Merdeka, apalah artinya sebuah Proklamasi, Apalah artinya Pancasila, Apalah artinya nyawa Para Pahlawan, Apalah artinya Nyawa para korban penjajahan, Apalah artinya sebuah Bendera Merah Putih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun