Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Pedagang Bisa Licik, Pelanggan Bisa Curang

28 Agustus 2015   14:04 Diperbarui: 28 Agustus 2015   14:13 4606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Acara tipu-menipu konsumen sudah bukan zamannya lagi, sebaliknya acara mencurangi pedagang juga bukan lagi zamannya. Permainan berat timbangan, curangnya tukar uang (Money Changers), di Bali hingga hari ini masih ada satu dua pegawai jasa penukar uang yang nakal, mengurangi jumlah yang ditukar dengan trik yang susah dideteksi. Tipuan begini sudah seharusnya hilang dari bumi Indonesia. Hari ini kita butuh yang dinamakan saling bisa dipercaya, kita butuh saling bisa dipegang kata-katanya, kita butuh yang jujur. Jika mau berhasil dengan baik harus memenuhi tiga syarat ini, 1 Jujur. yang ke 2 Jujur, yang 3. Ulangi ingat syarat yang 1 dan 2.

Licik dan curang nampaknya bedanya hanya tipis sekali, di areal San Francisco jika kita ke salah satu Super Market Asia khususnya dibagian food court kita bisa beli makanan yang sudah ditetapkan harganya dan lalu kita boleh ambil sepintar-pintarnya sehingga membuat sebuah kotak yang telah disediakan itu penuh dan yang terpenting kotak itu bisa tertutup. Pembeli dimanjakan dengan mengambil sendiri dan dibatasi dengan ukuran kotak itu dan yang “sungkanan” atau yang lagi program “diet” tentu dia akan ambil pas ukuran bagiannya saja; namun jikalau ketemu yang tidak sungkan tentu dia tidak mau rugi dia akan ambil sebanyak-banyaknya. Pedagang boleh licik tetapi pelanggan ada triknya juga; sehingga palanggan menyusun makanan rapi-rapi, ditimpah, dipadatkan, dan diisi penuh. Isinya cukup untuk makan siang dan malam ditambah sisa untuk besok pagi.

Baru-baru ini di sebuah majalah ada artikel memuat bahwa sebuah perusahaan Pizza merek tertentu yang biasanya memberikan salad kepada pelanggannya untuk sekali ambil dengan mangkok yang sudah disediakan ternyata telah membatalkan saladnya. Masalahnya pihak perusahaan melihat adanya kecurangan dari pelangggan yang berusaha mengambil isi salad sebanyak-banyaknya. Saya masih ingat dulu waktu di Surabaya juga pernah bersama seorang teman ke tempat itu, teman saya pintar sekali mengisi mangkok yang kecil dengan isi salad yang sebanyak-banyaknya. Caranya pelan-pelan mangkok itu dipagari dengan sayur selada air yang memang tersedia, lalu pelan-pelan dan susun rapi salad tersebut dalam mangkok yang tersedia dan disusun tinggi, lumayan juga dapatnya mestinya untuk satu bagian bisa menjadi tiga bagian.

Sebuah restoran Jepang juga yang bernuansa All You Can Eat, cukup banyak diminati oleh orang-orang muda. Mereka bisa mengambil Sushi sebanyak-banyaknya, lalu nasinya dibuang mereka hanya makan isinya saja. pokoknya pelanggan pintarlah. Namun dibeberapa restoran tertentu pedagangnya "terpaksa" memakai aturan mainnya, jikalau makanan kita tersisa dipiring, maka dikumpulkan dan ditimbang dan diminta tambahan bayarnya. Jadi antara pedagang dan pelanggan punya trik-trik tersendiri. Nah biasanya jika pedagang terlalu menyusahkan pelanggannya maka alhasil tempatnya menjadi sepi, serba susah dan serba salah. Makanya ada istilah tidak gampang mencari uang, harus kerja ngotot, ulet dan mati-matian.

Pedagang boleh saja licik namun pembeli tetap ada saja trik curangnya. Salah satu pusat perbelanjaan di USA menjual produk elektronik dan beberapa barang lainnya diberikan garansi hingga 90 hari. Jadi setiap pembelian kamera , Televisi atau sejenisnya diberikan jangka waktu kurang lebih tiga bulan, jikalau tidak puas boleh dikembalikan dan uangnya dikembalikan utuh. Saya masih ingat ada anak-anak sekolah yang membeli Televisi ukuran besar, waktu itu musim Piala Dunia, jadi mereka menonton bareng sepuas-puasnya lalu kembalikan lagi barangnya. Belum lagi kamera yang bagus dan mahal juga dibeli dan dipakai pada liburan, setelah kembali mereka kembalikan barangnya ke toko dan uangnya secara utuh diambil kembali. Pedagang sepertinya dikerjai oleh pembeli, namun karena tokonya besar mereka tidak merasa dikerjai, karena dari sekian banyak pelanggan yang ini agak bermasalah sedikit.

Bagi mereka yang tinggal di USA jikalau memang mau praktekkan kecurangan begitu ya bisa saja. Jika hendak Camping, beli aja Campnya, sudah digunakan satu week end, kembalikan lagi. Lagi musim panas, beli AC lalu musim dingin kembalikan lagi. Beli buku, baca seminggu habis, ya kembalikan lagi, yang celakanya beli baju lalu dipakai ke pesta dan dikembalikan lagi.  Saking pelanggan dimanjakan, barang yang kita beli hari ini misalnya seharga $100, jika ntar minggu depan harganya turun atau diskon menjadi $80, kita masih bisa ambil bon pembelian kita dan kita sesuaikan harga sekarang dan dapat kembaliannya $20. Pelanggan memanjakan dan bisa licik dengan trik ini, tetapi cobalah kita posisikan kita sebagai pedagang? Selain itu tatkala Hari Thanksgiving hampir semua toko mengadakan diskon beras-besaran, dan toko telah dibuka tengah malam, sedangkan yang baris antri sudha mjulai tunggu sejak sehari sebelumnya. Begitu toko di buka, para pembeli serbu borong dan ambil sebanyak-banyaknya, bayarnya dengan kartu kredit, dan ntar besok lusa jiklau tidak puas dikembalikan lagi barangnya.

Pedagang dan pelanggan punya trik masing-masing yang berbeda. Tatkala keadaan ekonomi makin sulit maka trik-trik licik dan kecurangan kadang dipraktekkan lebih gencar, namun hari ini dunia tidak membutuhkan kecurangan dan penipuan lagi, karena sudah terlalu banyak. Hari ini dunia membutuhkan kejujuran, dan itu dimiliki oleh setiap kita, asalkan kita mau menjaga hati kita agar tidak terpengaruh menjadi bengkok ke kanan atau ke kiri.

Kelicikan dan kecurangan sudah ketinggalan jaman karena semua itu berdasarkan mencari untung untuk kepentingan sendiri. “Kejujuran itu mahal harganya, sebuah kecurangan dapat menghancurkan seribu kejujuran anda, sebaliknya seribu kejujuran anda belum tentu dapat menghapus sebuah kecurangan anda”. Pikirkanlah itu. Jadilah pedagang yang Jujur, pelanggan yang baik. Pedagang dan Pelanggan harus saling bisa dipercaya, itu berarti pedagang menjual barang yang bermutu, dan pelanggan berani membayar harganya.

Kejujuran boleh juga merupakan mutiara yang mahal  , hanya mereka yang hidupnya dengan hati yang sensitif terhadap kebenaran saja yang berhak memiliki mutiara itu. 

---

Medio, Agustus 24

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun