Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fasilitas Harus Dibarengi Mentalitas, Jika Tidak....

24 Maret 2019   09:09 Diperbarui: 24 Maret 2019   09:28 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


                                                                                                 

FASILITAS HARUS DIBARENGI MENTALISTAS, JIKA TIDAK..................

Fasilitas yang tidak dibarengi mentalitas akan menjadi Immoralritas. Belakangan ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya membangun infrastuktur-infrastruktur baik di kota maupun daerah, tujuannya sesuai dengan Pancasila, biar adil merata dan pulau-pulau yang ribuan itu dapat terhubung. 

Selain itu juga tujuannya supaya memberikan lebih banyak fasilitas yang baik kepada masyarakat agar masyarakat lebih leluasa beraktifitas dan kelancaran pergerakan ekonomi. Namun rupanya respon dari masyarakat itu tidak semuanya yang positif, ada yang memuji, bersyukur dan ada pula yang kebangetan. 

Bayangkan saja, fasilitas yang bagus dan mahal itu, belum saja diresmikan sudah dibuat kotor. Contohnya MRT yang rencana akan diresmikan presiden minggu ini 24 Maret 2019, namun dari foto-foto yang kami terima, masyarakat bukannya memelihara dan menjaga kebersihannya, tetapi cenderung mau membuat rusak dan membuat kotor. 

Bayangkan saja, pegangan tangan MRT dianggap ayunan, jadi terlihat ada perempuan dewasa gelantungan di sana dan masih sambal selfie. Sampah dibuang sembarangan, bukan pada tempatnya, langsung saja di buang ke lantai gerbong MRT. Kursinya yang masih baru, bukannya diduduk, tetapi di injak. Memang sangat heran sekali kenapa dijaman digital masih saja perlakuannya begitu.

Jikalau 30 tahun yang silam kita melihat ada masyarakat yang membuat rusak telepon umum rasanya masih bisa dimaklumi karena Teknologi memacu begitu cepat, lebih cepat dari peradaban manusianya. Tetapi setelah 30 tahun berlalu maka seharusnya sudah makin maju, pegangannya sudah smartphone, tetapi prilakunya masih pedalaman. 

Saya masih ingat dahulu, jembatan penyeberangan itu dikencingi dan dibuang kotoran, dan di atas sana sering kali menjadi sarang penyamun, padahal itu fasilitas umum yang untuk menolong lalu-lintas, namun orang tidak berani memakainya. Bila kondisi merusak ini tidak cepat- cepat dibenahi, maka jangan heran dalam tempo beberapa bulan saja semua fasilitas yang baru dibangun itu bakal hanya menjadi besi tua. Pemerintah harus bertindak cepat, untuk menyelamatkan semua infrastruktur ini. 

Masyarakat jangan berpikir asal sudah bayar tiket MRT lalu bisa sesuka hatinya. Memang hanya segelintir orang yang melakukan perbuatan yang bikin malu ini, tetapi pemandangan terhadap semuanya sudah negatif dan mengecewakan. Keadaan begini merusak image masyarakatnya sendiri, dalam hal ini masyarakat Jakarta. Ngomong kasarnya, jika masyarakat Jakarta tidak bisa memelihara MRTnya , dipindahkan saja ke daerah lain.

Lalu bagaimana mengatasi?

1. Setiap masyarakat mesti dididik agar berani menegur, atau memberi nasihat kepada mereka yang jelas- jelas melakukan tindakan yang bisa merusak dan mengotori. Jikalau ia takut atau keadaannya terancam, mungkin disetiap MRT disediakan petugas keamanan yang spesial menindak di tempat. Masyarakat bisa melapor via SMS atau telpon atau tekan bell, yang menandakan ada orang aneh di dalam MRT tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun