Mohon tunggu...
Afan Merah
Afan Merah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesesuaian dan Penempatan

10 Agustus 2017   11:07 Diperbarui: 10 Agustus 2017   11:19 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kedewasaan katanya lekat sekali dengan kemampuan seseorang dalam menempatkan dirinya di suatu komunitas. Mendudukkan diri dalam situasi sosial dengan karakteristik individu yang beragam itu tidak mudah. Mungkin itu sebabnya banyak orang mengatakan"dewasa itu pilihan tapi tua adalah pasti". Kalau beranjak dari perkataan ini, berarti kedewasaan juga lekat sekali dengan pilihan hidup seseorang. Pilihan menjadi seperti kebanyakan orang atau berjalan di atas prinsip atau tujuan hidup versinya sendiri. Intinya sih, ada goal setting yang mau dicapai.

Kita juga pasti pernah mendengar atau mengamati perilaku seseorang. Kemudian seseorang yang kita amati berubah seiring berjalannya waktu. 

"Eh, doi sekarang berubah ya. Lebih mawas diri gitu"

"Ya ampun... gue nggak nyangka ya dia tuh bijak banget"

"Seriously?! Sejak kapan dia berubah jadi sensi dan pemarah gitu"

"Beneran? Kok kayaknya dia kalem banget sekarang"

Dan sekian penilaian yang mungkin lebih beragam redaksinya ketika seseorang terkaget-kaget atas perubahan sikap dan perilaku atas orang yang dihadapinya. Dan ini wajar sekali.

Benar, waktu memang mampu merubah seseorang. Perjalanan dan pengalaman membuatnya berpikir untuk menyempurnakan sisi adaptifnya. Setiap orang sejujurnya adalah hasil duplikasi terhadap apa yang dia lihat, amati, yang kemudian di praktikkan menjadi keseharian. Maka betul ada istilah lakukanlah apa yang membuat dirimu berkembang, bukan membuat dirimu menjadi apa yang ingin orang lain lihat. 

Tidak sedikit orang melupakan dirinya dalam hal mendudukkan diri didalam sebuah komunitas dengan sisi match-nya (pas-red).Terkadang ia lupa untuk merubah dirinya dalam menyesuaikan ketika telah terbiasa dengan kultur komunitas barunya. Sehingga ketika ia kembali ke komunitas lamanya ia lambat untuk merubah diri sesuai platform komunitasnya. Keterlambatan ini akan membuatnya menjadi seolah 'orang baru yang terlahir kembali'. Maka kita perlu mengerti dan memahami bahwa prinsip tidak boleh berubah tapi sikapnya harus tetap sama sesuai platformkomunitas lamanya atau kebutuhan sosial di komunitas lamanya. Karena jika di campur adukkan, kita akan terlihat orang asing dan seperti memulai hubungan dari awal lagi. Gampangnya pedekate lagi lah. Nah,dalam keadaan terlihat orang asing seperti ini biasanya muncul kasus yang namanya pembenaran diri. Bentuknya klise banget, biasanya pakai istilah jadilah diri sendiri atau dalam bahasa inggrisnya be your self. Ini namanya menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya dimana egoisme dan merasa benar sendiri jadi pijakannya bukan pada sebabnya.

Jangan pernah merubah diri hanya untuk mendapatkan tempat di hati orang-orang yang mendiami suatu komunitas baru ataupun lama. Tetapi, sesuaikanlah porsinya secara pas dengan kebutuhan sosialnya. Setiap komunitas memiliki platform-nya masing-masing dalam interaksi apalagi orientasinya. Menjadi alamiah dalam bersikap maupun bertindak adalah wujud atau hasil pengalaman dan perjalanan kita yang sesungguhnya. Dan ternyata itu adalah kunci menempatkan diri. Jika tampil sebagai individu yang utuh hanya untuk menyenangkan hati orang lain, itu artinya kita telah benar-benar kehilangan identitas diri yang substansial. Dan artinya lagi, kita belum mengenal diri kita siapa dan perlu mengenal lebih jauh lagi. Dampaknya, sebagai individu akan mengalami kesulitan untuk berdamai dengan dirinya sendiri dalam menghadapi realitas zaman hari ini.

Sebagai individu kita tidak akan pernah menjatuhkan diri kita sepenuhnya pada sesuatu hal. Kita tidak akan menjatuhkan diri pada rasa suka dan benci pada porsi yang paripurna pada hal apapun, tidak terkecuali pada situasi atau kondisi melainkan parsial saja. Sepenuhnya membenci pun tidak, pasti ada sisi yang disukai. Sepenuhnya menyukai pun tidak, pasti ada sisi yang tidak disukai. Karena semua tentang keseimbangan, pada porsi pasnya. Mengetahui dimana kamu sedang mendiami suatu tempat atau komunitas itu keutamaan. Sehingga perilaku, sikap dan tindakan tidak serta merta di pukul rata sama. Karena kita mencari kesesuaian pada sisi adaptifnya komunitas.

Afan Merah

Jakarta, 10 Agustus 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun