Mohon tunggu...
Bimo Wibowo
Bimo Wibowo Mohon Tunggu... -

Bimo Satryo Wibowo Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

BERHIJAB KARENA TREND ATAU AGAMA?

12 Juli 2014   19:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:32 4582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hijab hakikatnya memiliki hubungan dengan pendidikan akhlak. Hijab menyiapkan kondisi psikologis untuk menghadapi pengaruh buruk yang menyeret kepada penyimpangan di luar diri, dan memberi pertahanan di dalam diri wanita untuk melawan perilaku-perilaku yang menyimpang (Sayid Muhammad Husein Fadhlullah, 2000).

Hijab adalah salah satu kewajiban bagi wanita muslim yang dimaksudkan agar para wanita muslim menutup aurat mereka dari ujung rambut hingga ujung kaki kecuali muka, telapak tangan, punggung kaki dan telapak kaki. Dibalik diwajibkannya mengenakan hijab, tentu ada alasan tersendiri mengapa Allah SWT memerintahkan bahkan mengharuskan kaum wanitantuk menutup aurat mereka. Diantaranya adalah untuk menutupi para kaum wanita dari debu dan kotoran yang beterbangan yang dapat membuat mereka kotor oleh hal tersebut. Selain itu, tentu saja agar tidak menimbulkan ataupun mendatangkan hal yang negatif yang berasal dari lawan jenis mereka yaitu kaum pria.

Globalisasi telah membawa pengaruh modernisasi yang sangat besar terhadap perubahan berbagai hal, mulai dari teknologi informasi dan telekomunikasi hingga hal terkecil dalam sektor kehidupan ini, termasuk fashion salah satunya.(Pelangi, 2013) Dalam hal ini berbagai macam bentuk busana muslim diperkenalkan dan dipamerkan, baik untuk pria maupun wanita. Hijab juga tidak luput dari pengaruh modernisasi tersebut.

Jika menelisik tentang fenomena hijabers, maka era globalisasi adalah landasan yang mempengaruhinya karena telah membuat fashion busana muslim turut berkembang. Berbagai macam model, tipe, dan jenis hijab telah tersedia bagi masyarakat dan dapat dengan mudah untuk diperoleh. Hal ini mendorong kaum muda untuk mengenakan hijab agar terlihat lebih stylish.

Dalam kaitannya dengan perilaku sosial para pengguna hijab, kita akan menemukan adanya fenomena komunitas “hijabers”. Dimana komunitas ini lebih cenderung kepada entertaining dan commercializing, ketimbang melakukan identifikasi dirinya sebagai wanita muslimah dengan hijab yang menutupinya. Hijabers sendiri sering dikaitkan dengan muslimah yang melakukan modifikasi hijab agar sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga tidak heran jika kita banyak menemukan wanita-wanita yang mengenakan hijab tetapi hanya pada saat-saat tertentu saja. Hal ini kemudian menarik perhatian untuk memperdalam tentang bagaimana sebenarnya pengaruh modernisasi hijab yang telah sedikit menggeser pengertian hijab sebagai suatu kebutuhan, bahkan kewajiban bagi wanita muslim dan mempengaruhi perilaku sosialnya. Hijab yang seharusnya merepresentasikan perilaku seorang muslimah, tetapi hijab justru hanya digunakan sebagai model aksesoris pelengkap yang menjadikan kehidupan mereka layaknya arena cat walk untuk memperlihatkan betapa modis dan stylish wanita-wanita ini dengan hijab yang mereka kenakan.

Di sisi lain, banyak kalangan muslim yang juga mengkritik fashion hijab tersebut. Menurut mereka hal itu tidak lagi sesuai dengan tuntunan agama yang seperti telah tertulis dalam Al Qur’an dan Hadits. Hijab yang seharusnya dapat menutupi aurat para wanita dengan tujuan untuk tidak mengundang perhatian orang, justru berbanding terbalik dengan apa yang diperkenalkan oleh para modernis hijab. Menurut mereka, dengan memberikan sentuhan apik pada hijab yang notabene mengundang perhatian orang banyak, bukan lagi menjadi esensi berhijab menurut agama. Hijab dipakai untuk melindungi para wanita agar tidak mengundang perhatian khalayak ramai terutama kaum lawan jenis mereka. Dengan mengundang perhatian khalayak ramai, maka hal tersebut bukan lagi disebut berhijab atau berbusana muslim. Padahal esensi dari berhijab adalah secara agamis mampu menutupi aurat dan perilakunya dari kemaksiatan serta menghindari dari timbulnya kemaksiatan.

Berbicara mengenai hijab dan perilaku pengguna hijab, tentu saja banyak pro dan kontra, serta fenomena-fenomena yang saling bertentangan. Contohnya saja banyak kaum wanita mengenakan hijab karena memang modelnya yang trendi, up to date, fashionable dan sebagainya. Sedangkan yang lain masih menganggap bahwa dirinya belum mau dan siap mengenakan hijab. Di satu sisidiungkapkan bahwa hijab yang saat ini beredar di masyarakat dengan bentuk, jenis, tipe, dan cara memakainya yang beragam, sudah tidak lagi sesuai dengan syari’at agama. Sementara di sisi lain dijelaskan bahwa mengenakan hijab tidak menjamin perilaku yang sesuai dengan hijab yang dikenakannya. Problematika inilah yang coba ditelisik dengan menggunakan teori pembentukan sikap (Azwar:1995). Faktor pembentuk sikap individu antara lain:Pengalaman pribadi;Kebudayaan;Orang lain yang dianggap penting (significant others);Media massa;Institusi/ Lembaga Pendidikan dan Agama; danFaktor Emosional.

Sebagai dasar peletak konsep moral, agama melalui institusi pendidikan dan institusi agama mampu membentuk sikap individu. Moral agama memberi pemahaman serta ajaran tentang baik buruk, benar salah, dan lain-lain. Konsep moral agama ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang mempengaruhi pembentukan perilaku individu. Dari konsep tersebut dapat dipahami bahwa moral agama termasuk kewajiban berhijab dapat mempengaruhi perilaku sosial individu, bahkan merupakan salah satu faktor pembentuknya.

Namun, hijab tidak bisa menjadi satu-satunya parameter seseorang bahwa dia akan benar-benar menutupi auratnya luar dan dalam. Maksudnya, hijab tidak bisa dijadikan parameter jaminan “hijabers” untuk tetap berperilaku sebagai muslimah yang sebenarmya. Maka, tidak jarang kita mendengar ungkapan “STMJ” (Sholat Terus, Maksiat Jalan). Fenomena ini telah membuktikan bahwa, hijab sesuai dengan aturan agama atau hijab yang mengikuti trend, tidak dapat menentukan seseorang akan berperilaku sesuai trend, sesuai agama, atau sesuai dengan kemauannya sendiri. Selayaknya seorang yang berhijab, maka seharusnya diikuti dengan akhlak atau sikap yang lebih baik dari refleksi perubahannya melalui berhijab. Namun saat iniberhijab bagi seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal tidak hanya dari kesadaran diri sendiri.

Tidak dapat dipungkiri juga bahwa meningkatnya pengguna hijab dewasa ini menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat muslim akan perintah agama. Namun disisi lain juga memunculkan perdebatan di kalangan masyarakat itu sendiri. Adanya modernisasi hijab sering dikaitkan dengan motivasi seorang muslimah dalam mengenakan hijab. Dan dengan adanya fenomena hijabers menambah panjang deretan perdebatan di kalangan masyarakat.

Esensi berhijab merupakan bentuk salah satu perintah dalam agama Islam bagi kaum hawa. Dalam pandangan masyarakat terhadap pengguna hijab, baik secara langsung maupun tidak langsung sudah dikonotasikan harus memiliki perilaku layaknya seorang muslimah sejati, yakni berperilaku yang baik dalam tutur kata dan tingkah laku.

Hal-hal tersebut memunculkan pertanyaan perihal apakah yang memotivasi para perempuan untuk menggunakan hijab, Apakah ada kaitannya dengan trend fashion hijab yang sedang marak diperbincangkan pada saat ini?

Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Tim UMY pada mahasiswi di Yogyakarta di beberapa universitas negeri dan swasta, yakni UII, UGM, UPN, dan UMY. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswi yang menimba ilmu di institusi umum atau tidak berlandaskan agama menunjukkan motivasi berhijab atas dasar agama lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang berhijab atas dorongan aturan institusi. Dalam kaitannya dengan perilaku sosial mahasiswi, berhijab tidak terlalu berpengaruh pada pola perilaku sehari-hari. Perilaku baik yang ditunjukkan dengan menjalankan sholat lima waktu secara disiplin, menjalankan puasa sunah, meluangkan waktu untuk membaca al-qur’an, mengikuti pengajian dan mengikuti organisasi keagamaan, dijalankan oleh mereka yang termotivasi berhijab karena agama. Meski demikian ada kecenderungan bahwa meski dilatar belakangi oleh agama, mahasiswi juga melakukan tindakan yang buruk seperti berpacaran, merokok, suka kehidupan malam (clubbing), bergosip dan minum minuman beralkohol. Setidaknya ada dua perilaku yang dilakukan oleh para pengguna hijab kategori ini.Demikian pula yang bagi pengguna hijab yang dilatar belakangi non-agama juga tetap melakukan tindakan baik, setidaknya dua perilaku.

Disini perilaku berpacaran dan bergosip menjadi dominasi yang dilakukan oleh mereka yang berhijab atas dasar agama maupun tidak. Terkait perihal mengapa berpacaran dan bergosip itu masih dilakukan oleh para pengguna hijab dan menjadi perilaku yang paling banyak dilakukan oleh para pengguna hijab, yakni mahasiswi di Yogyakarta pada umumnya yang menjadi sampel dalam penelitian karena hal tersebut masih menjadi perdebatan di masyarakat dan cenderung dianggap sebagai hal yang lumrah.

Dari sini diketahui bahwa mahasiswi di Yogyakarta tidak terpengaruh oleh perkembangan trend fashion hijab dalam menentukan pilihan untuk menutupi auratnya. Justru peran agama yang menjadi dasar bagi mahasiswi tersebut untuk mengenakan hijab. Motivasi yang melatar belakangi menutup aurat ini berkorelasi terhadapperilaku sosial mahasiswi.

Pada akhirnya kita harus mengetahui esensi awal dari berhijab dengan meluruskan niatan kita dalam menggunakan hijab karena berhijab merupakan perintah agama dantentu saja hal itu harus disertai dengan perilaku yang terpuji pula karena dengan berhijab maka terdapat kewajiban ataupun koridor nilai sosial yang akan melekat.

-Tim Peneliti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun