Mohon tunggu...
Saris D Pamungki
Saris D Pamungki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis Dan Merekam Lewat Visual

Beda Tapi Tak Sama dan sendiri nyali teruji, dua kata buat penyulut semangat diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Namaku Darko, Mas

2 September 2019   03:54 Diperbarui: 2 September 2019   04:21 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok tak berwujud (ghaib) mulai berani memperkenalkan diri di alam mimpi temanku (Rizal). Setelah kurang lebih tujuh bulan aku menempati bangunan tua berukuran 10 x 15 m ini nyaris tak menunjukkan keganjilan yang berarti. Sebelumnya, memang ada beberapa kejadian yang janggal, namun aku beserta Kang Aris (yang jaga Angkringan) menganggapnya hal yang biasa saja. Karena kami paham, dunia kita sudah berbeda.

"Tolong, di sini aku hanya mencari rejeki dan tidak ingin mengganggu keberadaanmu, kamu dan aku sudah lain dunia", ucapku lirih.

Letak Bangunan ini persis di pinggir Jalan Raya (Propinsi), selalu ramai lalu lalang kendaraan kecil maupun besar (Truk), agak menjorok ke dalam, karena tanahnya cukup luas sekitar 1200 meter persegi. Sudah lama tidak ditempati, lagi-lagi karena aura mistis, beberapa orang yang mengontrak di sini hampir tidak betah, karena selalu aja ada gangguan makhluk ghaib. Kata tetangga sebelah maupun orang yang tahu dengan sejarah tanah dan bangunan ini selalu bertanya :

"Kuat Nggeh Mas? Apa gak selalu diganggu?", pertanyaan itulah yang selalu muncul

Dan, demi kebaikan serta ketentraman bersama, Aku atau Kang Aris selalu menjawab begini :

"Alhamdulillah, tidak ada apa-apa, kami selalu nyenyak tidur dan nyaman untuk menempati rumah ini kok", jawab kami berdua

Lama kelamaan, orang di sekitar tidak pernah bertanya lagi. Justru, dengan adanya kami menempati rumah ini, mereka senang, yang awalnya sunyi, sepi, sekarang jadi terang dan ramai jika malam tiba.

Nah, Siapakah Rizal? Rizal adalah seorang pemuda penjual es batu (ice tube), dan tinggal bersebelahan dengan bangunan yang aku kontrak ini. Selain untuk buatku tinggal dan berteduh, pelataran depan rumah ini aku gunakan sebagai tempat dagang "Angkringan", sedikit buat nambah hasil dan menyambung hidup. Pasca Lebaran kemarin, Rizal harus pindah, karena sang pemilik rumah ingin memanfaatkan sendiri menempati kiosnya tersebut. Sembari mencari tempat kontrakan yang baru, hampir tiap malam dia tidur di rumah kontrakanku. Waktu itu Kang Aris mudik (tak jauh dari kontrakan, hanya 10 KM), menghabiskan momen hari Raya bersama keluarganya di Rumah.

Hari Ketiga Bulan Syawal 1439 H, Aku tidur sendiri di kontrakan. Kang Aris masih mudik. yang biasanya ramai, karena masih dalam nuansa lebaran, angkringan pun belum aku buka. Nunggu Kang Aris balik, baru Angkringan kubuka. Sayub-sayub terdengar adzan Isya, aku masih di kamar. suara binatang malam (jangkrik, tokek saling bersahutan). Nah, mitos atau apalah namanya, saat dengar tokek berbunyi tak wajar, itu juga sebagai tanda bahwa makhluk asral lewat, atau ada di sekitar kita (hadir), entah percaya atau tidak. Wajar bunyi tokek 8 atau 9 kali, tapi jika lebih dari itu...alamat disamperin makhluk asral.

Waktu menunjukkan pukul 1 dinihari lebih sedikit, aku tutup pintu rumah dan matikan lampu ruang tamu, dan kemudian kembali ke kamar (pintu kamar dalam keadaan terbuka). Kebiasaan tiap malam (begadang), untuk ngusir penat jika belum bisa tidur, nulis-nulis artikel. Beberapa paragrap telah tertulis, saat mau rampung, aku terkejut ada suara begitu keras, seperti meja yang diseret (di gudang). 

"Hmmmm... siapa tuh, gak boleh ganggu lho ya...", Ucapku spontan menanggapinya dengan agak deg-degan Hati.

Tak berselang lama, sekitar 10-15 menit ada yang mengetuk pintu. Kaget bukan kepalang, ternyata tamu beneran. Teman Kang Aris, namanya Mas Heru (dari Tulungagung) datang bersama temannya (naik motor) mampir ke kontrakan. "Alhamdulillah, ada kawan malam ini", gumamku pelan. Tanpa pikir panjang, aku persilakan beliau untuk masuk, kubuatkan kopi, mie rebus dan kami ngobrol sampe pagi. Begitu pagi menjelang, beliau ingin lanjutkan perjalanan ke Ngawi. Mas Heru ini juga seorang laku spiritual, aku pun memakluminya. Tujuan perjalanan ini untuk laku spiritual, bukan main ke rumah ini.

"Loh, mas bener nih gak istirahat dulu?", Tanyaku ke Mas Heru

"Udah mas, terimakasih, kami mau lanjut ke Alas Ketonggo, sekembalinya dari sana, insyaAllah kami mampir lagi, mari mas...", Pamitnya  padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun