Mohon tunggu...
santi diwyarthi
santi diwyarthi Mohon Tunggu... Dosen - Wanita adalah bunga, indahnya dunia, tiang penjaga damai dunia.....
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a wife, a mother, a worker....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Megibung dan Mundut, Menyatukan Kita dalam Semangat Kebersamaan

24 Maret 2017   03:20 Diperbarui: 25 Maret 2017   00:00 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru bijak pernah bertutur.... Sering konflik terjadi karena kurang harmonisnya koordinasi dan komunikasi di antara kita. Dan, salah satu hal yang bisa membantu mengatasi permasalahan ini adalah dengan makan bareng, menjalin hubungan indah di antara kita.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Leluhur kita sudah semenjak dahulu mengembangkan beragam bentuk, fungsi dan makna dalam rupa kearifan lokal (indigenous wisdom).

Mengapa kita sebaiknya duduk bersama menikmati hidangan ? Karena hal ini mengajarkan kita semua, duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, di mata Tuhan kita adalah sama. Dan hidangan yang ada bisa dibagi rata, dibagi sama. Terlepas dari ada yang suka atau tidak atas hidangan yang tersedia, namun apa yang ada, buah hasil kerja kita, dinikmati bersama pula. Hal ini hadir pada semua budaya di seantero nusantara, bahkan seluruh pelosok dunia. Salah satunya, pada budaya masyarakat Bali, yang dikenal dengan istilah Megibung.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Mengapa kita seharusnya menjaga dan memelihara serta mengembangkan pusaka leluhur kita? Karena hal ini memperlihatkan bahwa kita mencintai budaya sendiri, menghargai perjuangan leluhur dalam kehidupan, dan, kita belajar dari semangat perjuangan tersebut, untuk tidak gampang menyerah bila menghadapi problema atau situasi yang tidak menyenangkan. 

Dan, salah satunya, hadir dalam bentuk Mundut pada budaya masyarakat Bali. Suatu proses dimana kita menyungsung, menjunjung pretima, berbagai simbol dan benda pusaka yang disakralkan, untuk disucikan dan diupacarai pada setiap hari raya tertentu.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Salah satu contoh bentuk, fungsi dan makna mundut yang berkembang di saat Piodalan pada Anggarakasih Julungwangi, Selasa, 21 Maret 2017, di Banjar Kapit, Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Propinsi Bali. 

Sehari sebelum hari raya suci berlangsung, pretima dijunjung oleh anggota keluarga yang hadir di sanggah dadia, pura keluarga, dibawa berkeliling di dalam pura, searah jarum jam. Dan, sehari setelah hari raya suci berlangsung, kembali pretima dijunjung oleh anggota keluarga yang hadir di sanggah dadia.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dan, setelah rangkaian kegiatan selama seminggu menjelang hingga berakhirnya Piodalan Sanggah Dadia, seluruh anggota keluarga yang hadir, berkumpul bersama untuk Megibung, makan bersama, menikmati Prani, hidangan yang disajikan bagi Tuhan, Dewa, dan para leluhur keluarga, di hari Rabunya, Buda, sehari setelah Anggarakasih Julungwangi. 

Sebelum akhirnya keluarga kembali bubar, ke rumah masing-masing, di kota masing-masing, dengan beragam aktivitas masing-masing pula, untuk berkumpul kembali enam bulan kemudian, seminggu menjelang hari raya Piodalan.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Sudah tentu, banyaknya suku yang ada menentukan pula corak dan ragam bentuk budaya yang berkembang di tengah masyarakat. Di samping semua hal tersebut, dinamika perkembangan yang terjadi di tengah masyarakat yang menyungsung dan menjunjung budaya juga ikut menentukan arah dan bentuk, fungsi serta makna budaya yang berkembang, terkait ruang tempat, gerak dan waktu yang terjadi kemudian.

Namun, suatu bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai budaya leluhur, sebagai suatu bentuk menghargai diri sendiri, mampu memelihara dengan baik beragam peninggalan leluhur, dan mengembangkan peninggalan leluhur tersebut sehingga sesuai dengan semangat kekinian yang berlaku di tengah-tengah masyarakat pada bangsa tersebut....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun