Mohon tunggu...
santi diwyarthi
santi diwyarthi Mohon Tunggu... Dosen - Wanita adalah bunga, indahnya dunia, tiang penjaga damai dunia.....
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a wife, a mother, a worker....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Legong Lanang Nandira, Dari Jaya Pangus, Indra Maya, hingga Raja Bedahulu

20 Oktober 2018   03:21 Diperbarui: 20 Oktober 2018   20:49 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena seni menghaluskan budi, mengasah kesabaran, mengekspresikan jiwa, melatih kemampuan, dan menguji kerjasama dengan banyak pihak lain. Salah satunya  dengan  menari, kita bisa mengolah tubuh, melatih ketrampilan tampil di depan publik, melestarikan dan mengembangkan seni budaya leluhur, agar selaras dengan kehidupan di era kini", Ujar Anak Agung Gde Bagus Mendera Erawan.

Anak Agung Gede Mandira  bersama sama dengan Anak Agung Gede Oka Dalem yang merupakan tokoh seniman pendiri, penanggungjawab sekaligus pembina sanggar tari dan tabuh dari Puri Kaleran, Peliatan Ubud.  Spirit dan kreativitas dibidang seni ini kemudian dilanjutkan oleh anak dan cucu juga anggota keluarga lain, masyarakat sekitar, para tamu yang hadir, wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara.

Tarian Legong merupakan tari dasar bagi para penari untuk menguasai sekaligus gerakan dan ekspresi seorang penari. Dan kisah Jaya Pangus banyak dipergunakan dalam sendratari atau drama yang mencerminkan sekaligus kejayaan dan kehancuran kerajaan Jaya Pangus. Jaya Pangus memiliki istri, Dewi Danu, berputrakan Mayadenawa yang bertahta di kerajaan Bedahulu. Dewi Danu menjadi murka setelah mengetahui Jaya Pangus memiliki istri lain, Kang Ci Wi. Dewi Danu kemudian mengadu pada ayahnda, yang kemudian mengutuk Jaa Pangus, menjadi Barong Landung, dan akan menjaga setiap perempatan agung di Bali.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Fragmen tari Legong Lanang Nandira Jaya Pangus ini yang ditampilkan perdana pada tahun 2012, tanggal 12 bulan 12, yakni Desember.

Kreasi Berikutnya adalah Legong Lanang Nandira Indra Maya Danawa. Raja Maya Danawa merupakan Raja Dalem Balingkang kedua setelah Prabu Jaya Pangus, ayahnda nya. Kesaktian yang dimiliki Raja Maya Danawa membuat nya semakin tidak tertandingi dan kian sombong, menganggap dirinya sebagai dewa, dan hanya dia yang patut disembah. 

Sangkul Putih atau Arya Wang Bang Manik Angkeran memohon bantuan pada Bhatara yang kemudian mengutus Dewa Indra membasmi kejahatan Maya Danawa. Dewa Indra menciptakan Pura Tirta Empul untuk membersihkan sepuluh kotoran, yakni Dasa Mala. Darah Maya Danawa  mengalir menjadi sungai Petanu. 

Dan kematian Maya Danawa diperingati sebagai Hari Raya Galungan, kemenangan Dharma melawan Adharma. Legong Lanang Nandira Indra Maya Danawa merupakan kreasi Legong Lanang kedua, dan dipentaskan secara perdana pada tahun 2015.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dan untuk pementasan tari Legong Lanang Nandira Indra Maya, berkolaborasi indah bersama sang penata group karawitan, I Wayan Darya, dan pengiring gamelan, Sekaha Gong Genta Buana Sari, serta Juru Tandak, Bapak I Made Sidia.

Anak Agung Bagus Gde Mendera Erawan menjelaskan bahwa legong lanang yang ditarikan oleh para pria ini penting untuk mengingat sejarah tarian dan para penari. Jaman dahulu, legong lanang juga sudah ada dalam pementasan Nar dan Nir yang kini sudah tidak dipentaskan lagi. 

Disamping itu pula, secara sosial kemasyarakatan, budaya sudah seharusnya dipahami tidak hanya sebatas tampilan fisik semata, namun juga dari kedewasaan sikap mental para penari, para penabuh, para penonton, dalam mengapresiasi sebuah pertunjukan dan para penarinya.

8-5bca410aaeebe1052b777032.jpg
8-5bca410aaeebe1052b777032.jpg
Ada banyak nilai yang bisa dipahami dan dijelaskan fungsinya, tidak hanya sebatas yang tersirat maupun tersurat belaka. Sebagai penari, pelaku seni, penikmat seni dan ragam budaya, orang yang terlibat pada bidang seni, tokoh budaya, dituntut untuk memberikan penilaian yang bebas dari proses menghakimi semata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun