Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Karangan Bunga untuk Jakarta

27 April 2017   07:01 Diperbarui: 27 April 2017   16:00 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kedatangan berbondong-bondong kalangan masyarakat ke Balai Kota beserta karangan buang yang mencapai seribu buah menjadi fenomena unik tersendiri mengiringi akhir masa kepemimpinan Ahok-Djarot di DKI Jakarta. Apa yang terjadi memang sungguh luar biasa dan juga diluar kebiasaan pada umumnya, mobilisasi massa yang ingin berjumpa dengan Ahok serta kerumunan kiriman karangan bunga di hari yang sama terasa mencurigakan bahkan bagi Penulis yang sebatas orang awam.

Ahok-Djarot memang menjadikan Balai Kota lebih bersahabat dimana setiap harinya ada saja segelintir orang yang datang kesana, ada yang ingin mengadukan permasalahan mereka, ada yang ingin sekedar berjabat tangan dengannya, tak jarang pula yang ingin berselfie bersamanya, maupun bentuk motivasi pribadi lainnya. Sesuatu hal yang dipandang lumrah manakala kedatangan masyarakat memang diperkenankan, tetapi dengan mobilisasi massa sebegitu banyak dan karangan bunga yang tak murah harganya tentu membuahkan pertanyaan. Ada apa gerangan? Dalam artikel ini Penulis sekedar menganalisa munculnya fenomena unik ini dengan beberapa asumsi.

Tentu kecurigaan utama tertuju kepada apakah mobilisasi massa serta karangan bunga menandakan mereka-mereka yang gagal move on pasca kekalahan Ahok-Djarot dalam Pilgub DKI Jakarta? Walau tanpa disertai bukti konkrit, secara logika mungkin saja dapat terjadi. Ibarat kalimat "menang itu sesuatu hal yang biasa, namun mampu mengakui kekalahan tidak semua orang bisa" maka hal tersebut merupakan wujud kekecewaan maupun kesedihan mendalam dari mereka dan mereka berusaha mengobatinya dengan mendatangi dan mengirimkan karangan bunga ke Balai Kota. Sah-sah saja semua itu dilakukan.

Kemungkinan kedua, apakah mobilisasi massa serta karangan bunga ke Balai Kota merupakan inisiasi dari pihak-pihak dibalik layar? Fenomena unik tersebut memang tidak luput dari dugaan ini, keberadaan pihak dibalik layar yang mencoba mempermainkan momentum pasca Pilgub DKI Jakarta usai tidak sama sekali mustahil terjadi. Tetapi kembali hal ini membuahkan pertanyaan, atas dasar motivasi apa? 42,05% berbanding 57,95% hasil real quick count KPU menandakan tak secara keseluruhan kalangan menginginkan pemimpin baru Jakarta, walau fakta mengatakan Anies-Sandiaga unggul dan akan memimpin DKI Jakarta dalam jangka waktu 5 tahun kedepan maka proses rekonsiliasi yang sedang Anies-Sandiaga lakukan bukanlah perkara yang mudah.

Jelang dilantiknya secara resmi Anies-Sandiaga, proses transisi kepemimpinan dan rekonsiliasi antar pendukung merupakan prioritas penting untuk dilakukan. Tensi tinggi dan panas hajatan Pilgub DKI Jakarta tak sedikit menimbulkan luka di hati yang urung sembuh, jika proses peleburan antar kalangan yang saling bertolak belakang gagal terjadi niscaya kepemimpinan Anies-Sandiaga rentan terhadap aksi dari bentuk ketidakpuasan kinerja mereka. Boleh dikata ada aparat yang menjaga mereka, tetapi cap buruk masyarakat semisalkan menyatakan kinerja mereka buruk atau tidak lebih baik maka yang perlu dipikirkan adalah imbas luas kepada siapa saja yang mendukung mereka.

Kemungkinan ketiga, tentu dengan mudah menganggap berbondong-bondong orang dan kiriman karangan bunga ke Balai Kota sebagai hal biasa saja. Tak ada yang istimewa, tak ada yang patut dilebih-lebihkan, tak ada yang patut dicurigai, hanya bentuk simbolis apresiasi kalangan masyarakat umum atas apa yang Ahok-Djarot telah lakukan bagi Ibukota. Esensinya diibaratkan suatu kejadian dapat memicu kejadian berantai, meningkatnya kedatangan kalangan umum ke Balai Kota bisa saja menginisiasi bentuk hal serupa namun lebih massive. Hal tersebut pun berlaku kepada karangan bunga dikarenakan karangan bunga merupakan bentuk simbolis akan sesuatu peristiwa baik suka maupun duka, jika satu karangan bunga menghantarkan karangan bunga lain yang datang ke Balai Kota. Kenapa tidak, anggap saja limpahan rezeki bagi pengrajin bunga. Tak perlu dibuat repot.

Penulis kira fenomena unik ini janganlah terlalu dibesar-besarkan, sebagaimana ada hal penting yang musti dipikirkan guna membenahi Jakarta dan mencari solusi problematika yang dihadapinya. Sebagai pribadi pun kiranya masih banyak hal yang bermanfaat dapat kita lakukan, seperti membenahi diri dikarenakan kepemimpinan yang baik disokong oleh rakyatnya yang baik dan rakyat yang baik menghasilkan pemimpin yang amanah. Mari benahi Jakarta bersama-sama dengan damai dan sukacita. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun