Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Apakah Naturalisasi Sebuah Solusi?

27 Februari 2017   09:04 Diperbarui: 27 Februari 2017   09:47 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pernahkan anda menonton film berjudul "Million Dollar Arm"? Film ini merupakan film produksi tahun 2014 lalu diadaptasi dari kisah nyata seorang agen pencari bakat olahraga kenamaan yaitu JB Bernstein, JB dihadapi oleh keadaan yang memungkinkan menamatkan perjalanan karier selama ini dan bisnisnya dimana keseluruhan klien (olahragawan) yang dimilikinya telah pensiun. JB yang dilanda rasa frustasi tiba-tiba saja menemukan ide gila dengan membuat sebuah program pencarian bakat "Million Dollar Arm" untuk mendapatkan seorang pitcher (pelempar bola pada olahraga baseball) di negeri India.

Mengapa sampai bisa dikatakan ide gila? Baseball sebagai salah satu olahraga terkenal di Amerika selain Basketball, American Football, dll akan tetapi bukanlah olahraga favorit di India dimana masyarakat India lebih menggemari olahraga kriket. JB tak langsung menyerah dengan apa yang dihadapinya dan ia konsisten berusaha serta yakin menemukan apa yang ia cari. Singkatnya perjuangan JB tidak sia-sia, ia mampu membawa 2 pemuda India yaitu Rinku Singh dan Dinesh Patel berangkat ke Amerika dan mendapatkan kontrak profesional di sebuah klub Major League Baseball (MLB). Namun kisah JB Bernstein bukanlah inti dari artikel ini.

Menurut sumber World Bank yang Penulis dapat bahwa total populasi penduduk India pada tahun 2008 (waktu disaat JB mencari bakat muda lewat Million Dollar Arm) adalah sebanyak 1,175 milliar jiwa atau 5 kali dari jumlah penduduk Indonesia di tahun yang sama. Bisa anda bayangkan entah apa yang JB pikirkan saat itu? JB melihat jumlah populasi di India sesuatu yang potensial untuk mencari bakat terpendam, negeri yang sebelumnya dianaktirikan ternyata menyimpan bongkahan berlian mentah namun akan tinggi harganya apabila diolah dengan tepat dan benar. Apabila JB dapat berpikiran demikian, mengapa tidak di Indonesia?

Ada hal yang menarik perhatian Penulis Akhir-akhir ini dimana dunia persepakbolaan Nasional cukup ramai diberitakan mengenai itikad pemerintah melalui PSSI dalam upaya memberikan kewarganegaraan Indonesia (naturalisasi) bagi pesepakbola asing berbakat. Cara ini dinilai sebagai solusi instant dalam upaya meningkatkan kualitas tim nasional guna meraih prestasi. Tetapi apakah cara tersebut tepat dan benarkah timnas dapat segera meraih prestasi?

Berbicara naturalisasi tak hanya di Indonesia yang pernah melakukannya, sebelumnya trend naturalisasi diawali oleh beberapa negara Asia Tenggara seperti Singapura, Vietnam, dan Philipina. Walau naturalisasi memungkinkan adanya peningkatan kualitas SDM pada sebuah tim nasional namun trend naturalisasi tidak sertamerta menjamin keberhasilan prestasi secara signifikan, terbukti negara-negara tersebut hanya mampu berbicara banyak di ajang AFF saja tidak pada lingkup yang lebih luas di kawasan Asia maupun dunia.

Secara tidak langsung negeri ini seakan lupa akan potensi jumlah penduduk yang dimilikinya bahwasanya masih banyak bakat-bakat terpendam yang belum ditemukan di Indonesia. Apa negeri ini dirudung keputusasaan hingga mengesampingkan proses pencarian dan pelatihan guna mengembangkan bibit-bibit muda sepakbola?

Sepakbola modern sekarang ini tidak terpaku pada skill seseorang saja, klub-klub besar ternama dunia tak sekedar mencari seorang layaknya tokoh anime Kubo, Toshi, Kazuhiro, Kenzi (komik Shoot) maupun kapten Tsubasa yang multitalenta melainkan sosok yang cepat beradaptasi, mampu bekerjasama dengan tim, memiliki visi luas, sportifitas yang tinggi, dan paham strategi yang diterapkan. Tidak lupa kiranya hal-hal yang dimiliki oleh pemain ditunjang dengan pelatih dan fasilitas yang mumpuni serta atmosfer liga yang kompetitif.

Contohlah dalam sepakbola seorang Lionel Messi ataupun CR7 bisa saja membuat perbedaan dalam sebuah pertandingan namun ia pun tidak lepas dari peran rekan-rekannya dan sukses tidaknya racikan strategi yang diterapkan, pemain layaknya bidak catur dimana dua orang sedang beradu strategi dan siapa yang mampu memanfaatkan bidak dengan baik maka hasil optimal didapat. Pertanyaannya apakah kedua pemain tersebut hasil naturalisasi? Oleh karena itu sebaiknya janganlah kita terlalu mengobral atau mengiming-imingi "naturalisasi" karena tidak semua pemain bisa dibeli, janganlah "naturalisasi" dijadikan alasan lupa akan tanggungjawab meningkatkan kualitas SDM itu sendiri. Belajarlah dari apa yang JB Bernstein lakukan. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis peibadi. Terima kasih 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun