Mohon tunggu...
dadi kristian
dadi kristian Mohon Tunggu... Akuntan - Akuntan dan Petani, menyukai ekonomi

hanya seorang penanam tomat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Terima Kasih Pak LHI, Anda Telah Menghancurkan PKS!

8 Mei 2013   10:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:55 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak seperti Nasdem, PKS adalah partai yang benar-benar dibangun dari bawah, dari nol. Tanpa dana melimpah, tanpa tokoh terkenal, PKS (dulu PK) dibangun terutama dengan mengandalkan militansi dan keikhlasan para kadernya. Kader PKS yang rata-rata anak muda muslim perkotaan kelas menengah kebawah dan aktivis kampus perkotaan bahu membahu, mengeluarkan dana dari kantong sendiri, menyisihkan penghasilan bulanan untuk menjalankan roda partai.

PKS berhasil menjadi salah satu partai yang besar, menjadi bagian dari kekuasaan, mengemban amanah diberbagai bidang kehidupan bermasyarakat. Amanah yang semakin besar tersebut tidak diimbangi dengan mekanisme pengendalian internal yang baik. Sampai datanglah fitnah itu. Yang saya maksud bukan KPK, tapi Fitnah kekuasaan. Jauh sebelum itu Tiba tiba datang LHI entah darimana LHI ini. Karena proses pemilihan presiden PKS hanya diketahui oleh kader super atau petinggi partai. Para Kader hanya diberi tahu bahwa “LHI adalah kader terbaik partai sehingga pantas menjadi Presiden Partai”. Dan sebagai kader yang baik, harus menerima terpilihnya LHI tersebut dengan Iklas sambil berseru “kami dengar, dan kami taat’.

Tapi Pak Presiden kita itu ternyata punya seorang sahabat, sahabat yang dikenalnya waktu kuliah di arab sana. Persahabatan tersebut berlanjut sampai ke Indonesia bahkan mungkin dibawa-bawa ke partai. Meskipun banyak kader PKS yang tidak kenal siapa Amad Fatonah ini dan memang Ahmad fatonah ini bukan kader PKS, tapi yang jelas banyak yang mengenal Ahmad fatonah sebagai sahabat dan ajudan pak LHI.

LHI besahabat dengan ahmad fatonah, yang konon mempunyai 5 istri. Mungkin Pak LHI lupa, bahwa batas maksimal istri bagi seorang muslkim adalah 4, terbukti Pak LHI tidak mengingatkan sahabatnya ini. Mungkin pak LHI juga lupa dengan sabda Rasulullah SAW “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)”

Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)

Jelas sekali Pak LHI lupa dengan nasihat kanjeng Nabi diatas, buktinya Ahmad fatonah yang dikenal “doyan perempuan”, bisa tetap bersahabat erat dengan pak LHI, dan pak LHI tidak mengingatkan. Ahmad Fatonah selain dikenal sebagai playboy cap kadal juga dikenal sebagai makelar proyek dan makelar politik, yang kekayaannya dibangun dari hasil tipu menipu.

Nasi telah menjadi bubur, PKS semakin terpuruk, entah bagaimana cara menyelamatkannya. Padahal sepanjang yang saya tahu, dari sekian banyak partai, PKS lah yang mempunyai system pengkaderan terbaik, metode dan tujuan perjuangan yang jelas, doktrin yang lengkap, dll. semuanya hancur begitu saja karena persahabatan LHI dan Ahmad Fatonah. Kasihan kader-kader PKS yang telah berjuang untuk membesarkan partai selama bertahun-tahun. Hancur begitu saja oleh seorang AF.

Pemilu mendatang, mungkin saya akan golput, mungkin juga akan tetap memilih. Jika tetap memilih kemungkinan saya akan tetap memilih PKS, alasannya sederhana karena partai lain lebih buruk. Jadi saya memilih yang terbaik dari yang terburuk. Kecuali kalau ada partai lain yang benar2 lebih baik. Sebenarnya saya mempertimbangkan Gerindra, tapi partai ini terlalu mengandalkan sosok Prabowo Subianto, entah jadi apa partai gerindra kalau tanpa prabowo. Saya kurang menyukai partai yang mengandalkan figuritas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun