Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. VIRTUAL MEDICINE CALL TODAY: 021.29614252 - 021.5703646 ** www.drwido.com ** www.kesulitanmakan.com ** www.alergiku.com ** www.pickyeatersclinic.com ** www.klinikbayi.com ** www.dokteranakindonesia.com **

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyedihkan, ILC Mempertontonkan Perseteruan Sesama Ulama Karena Ulah Umat Lainnya

15 Oktober 2016   10:22 Diperbarui: 4 April 2017   16:18 3254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat menonton ILC (11/9/2016) cukup menyedihkan. Acara favorit yang disebarkan di seluruh penjuru nusantara itu mempertontonkan perseteruan sesama umat hanya untuk membela penista agamanya. Jumhur ulama atau MUI dicaci dihadap jutaan masyarakat oleh umatnya sendiri. Acara tersebut juga kehilangan fokus utamanya. Seharusnya membahas penistaan agama oleh umat lainnya serta permintaan maafnya. Tetapi digiring pada perbedaan memilih penafsiran ayat Suci Al Maidah 51 dalam memilih pemimpin muslim. Seharusnya perbedaan penafsiran ayat suci oleh umat muslim tersebut dilakukan dalam forum intern umat dan penistaan itu diajukan dalam proses hukum. Bukan mempertontonkan perseteruan umat muslim hanya kerana ulah umat lainnya. 

Tidak disadari bahwa perbedaan umat dalam menafsirkan ayat suci disalahgunakan oleh oknum umat muslim dan umat lainnya demi kepentingan harta, jabatan politik dan kekuasaan. Masalah ini timbul ketika seorang yang berpengaruh di Ibukota memberikan pemahamam ayat Al Maidah pada rakyatnya padahal itu bukan ayat sucinya dan bukan agamanya akhirnya yang berseteru Di ILC sesama umat sendiri. Umat jangan terperdaya bahwa masalah ini digiring sekedar masalah politik belaka. Masalah ini tampak murni masalah agama. Buktinya tidak ada satupun lawan politik yang menari di atas penderitaan penista. Tetapi justru yang bersuara keras adalah tokoh umat dan ulama yang tidak terpapar politik yang peduli umatnya. Justru calon DKI-1 lainnya sangat ksatria, terpelajar dan demokratis dengan tidak sekalipun memanfaatkan Ayat Al Maidah 51. 

Yang lebih menyedihkan setelah MUI menetapkan Ahok menghina agama dan menghina ulama, bermunculan viral di medsos yang mendiskriditkan MUI dengan membangkitkan berbagai artikel 1-5 tahun yang lalu. Tragisnya buzzer yang menghembuskan viral tersebut adalah umat non muslim. Hal inilah yang membuat umat muslim terkoyak emosinya lagi meski sempat teduh setelah memaafkan Ahok

Dalam acara tersebut ILC yang tayang tanggal 11/9/2016 itu tampaknya sudah kehilangan fokus sehingga lebih didominasi pertunjukkan perseteruan antar ulama. Sebenarnya acara tersebut fokus utamanya “Setelah Ahok minta Maaf”  digiring pada masalah lainnya. Substansi utama harus membahas benarkah Ahok menista agama Islam dan bagaimana langkah selanjutnya bangsa Indonesia ini dalam bernegara dan berbangsa setelah sang pemimpin itu minta maaf. Fokus utamanya acara itu sebenarnya adalah penista yang bukan agamanya dan bukan kompetensinya mengungkapkan ayat Suci Al Quran dengan cara yang menyakitkan umat. 

Sebenarnya forum itu tidak harus mempersalahkan lagi salah benarnya ucapan Ahok karena sudah minta maaf yang berarti sudah mengakui kesalahan dalam menista agama Islam. Hal ini diperkuat oleh keputusan MUI bahwa Ahok menista agama dan menista ulama. Sehingga seharusnya pembahasannya adalah umat muslim diharap kelapangan dada untuk memberi maaf. Kalau masih ada yang terkoyak emosinya belum bisa menerima penerimaan maaf Ahok maka bisa saja menempuh jalur hukum. Atau kalau pihak pendukung Ahok masih bersikeras bahwa Ahok tidak salah sebaiknya menunggu hasil proses hukum yang adil.

Dibelokkan dalam perbedaan penafsiran ayat.

Tetapi sayangnya secara tidak disadari fokus utama dari dugaan penistaaan agama diskusi bergeser menjadi perbedaan penafsiran ayat Al maidah 51 dalam memilih pemimpin. Dari sinilah mulai perseteruan sesama tokoh muslim dan ulama. Jumhur ulama atau MUI dicaci dihadap jutaan masyarakat oleh umatnya sendiri.Seorang Tokoh Islam muda mengungkapkan pendapatnya dengan teori terhebat dan dalil agama yang tinggi dilakukan secara emosional, suara keras dan melototkan matanya terhadap ulama sepuh lainnya. Sang ulama sepuh tersebut dengan bijak hanya tersenyum dan mengangguk angguk kepalanya. 

Bila dipilah pilah sesama muslim yang saling bersaudara ini dapat berbeda pendapat dalam menfsirkan ayat tersebut dalam berbagai kelompok sesuai dengan latar belakang pemahamannya keyakinan agama dan berdasarkan pertimbangan kepentingan pribadi, politik dan kelompoknya dalam menentukan pilihannya. Berbagai kelompok muslim tersebut di antaranya Kelompok Ahlussunah Wal Jama'ah, kelompok moderat, politikus dan fanatisme tokoh.  Dalam kasus dugaan penistaan agama kelompok Ahlussunah Wal jamaah pasti akan merasa tersinggung saat Ahok menista Agama Islam. Tetapi kelompok lainnya biasanya tidak merasa tersinggung saat agama Islam dinista. 

Bahkan biasanya mereka akan membela mati matian bahwa Ahok tidak melakukan penistaan agama dengan dalih dan alasan yang seringkali tidak rasional dalam dimensi agama dan etika. Meski terdapat banyak kelompok dan aliran sebenarnya perbedaan utama dalam pemilihan pemimpin muslim dan non muslim tersebut mengerucut pada dua kelompok diantaranya kelompok Ahlus Sunnah Wal jamaah dan kelompok Moderat. Perseteruan umat muslim saat pemilihan pemimpin muslim sebenarnya lebih didominasi perseteruan pemahaman tafsir Quran dari dua kelompok tersebut. Perseteruan dua kelompok besar umat muslim itu saat ini terjadi di berbagai aspek sosial dan politik. 

Perseteruan terselubung itu sudah meinginfiltrasi berbagai organisasi islam, partai politik dan pemerintahan. Organinasasi Islam terbesar seperti Muhamadiyah dan NU tidak terlepas dari pengaruh dua kelompok besar ini. Hal itu tampak dari pemilihan ketua umum organisasi tersebut. Perseteruan yang tampak kasat mata tersebut saat pemilihan ketua NU kelompok Moderat memenanginya sedangkan oraganisasi muhammadiyah kelompok Ahlus Sunnah Wal jamaah berhasil meraih ketua dan wakilnya dari Islam moderat. Bahkan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2010-2015 Din Syamsuddin mengingatkan PP Muhammadiyah periode lima tahun ke depan agar pandai-pandai memimpin organisasi umat Islam terbesar kedua itu karena potensi bahaya yang mengancam, potensi bahaya tersebut di antaranya datang dari kelompok liberal. 

Tanpa disadari ke dua kubu tersebut membuat friksi friksi kecil dalam organisasi Islam tersebut. Friksi kelompok besar itu juga tampak di tubuh Muhamadiyah dilihat dari perbedaan mensikapi penistaan agama. Kubu Kelompok Ahlussunah Wal Jama'ah seperti Din Syamsudin Mantan mantan ketua MuhamadiayahdanKetua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsudin, menganggap Ahok telah menista agama Islam dan meminta kepolisian memproses secara hukum terkait pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang menyebut Surat al-Maidah 51. Menurut dia, kasus tersebut sebenarnya tidak memerlukan delik aduan karena termasuk kategori menodai kesucian kitab agama islam. Sedangkan kelompok moderat dalam Muhamadiyah seperti Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Ahmad Syafi’i Maarif (Buya Sya’fi’i) malah memuji setinggi langit Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun