PAREPARE, SULSEL -- Walikota Parepare, H Sjamsu Alam akhirnya membeber sejumlah kelemahan Fachruddin Andi Umar selama menjabat Direktur PDAM.
Ada tiga persoalan utama di perusahaan tersebut selama dipimpin Andi Ampa, sapaan akrab Fachruddin. Ketiganya adalah pelayanan yang tidak maksimal, tidak mensejahterakan karyawan dan tidak ada kontribusi perusahaan terhadap kas daerah.
Hal ini sangat bertentangan dengan Permendagri nomor 2 tahun 2007 pasal 5 ayat 5, dimana direksi terbukti tidak mampu meningkatkan kinerja PDAM dan pelayanan kebutuhan air minum kepada masyarakat setiap tahunnya. Direksi dinilai gagal dalam melaksanakan tugas yang diamanatkan.
''Yang sering muncul keluhan dari Direktur PDAM sendiri. Seperti biaya listrik yang tinggi sehingga tidak ada keuntungan. Juga kurangnya pompa yang berfungsi sehingga tidak bisa memberikan pelayanan maksimal kepada pelanggan. Seharusnya masalah ini ada solusinya dari seorang direksi dalam rangka meningkatkan kinerja,'' kata Walikota dalam keterangan persnya usai buka puasa bersama di Hotel Satria Wisata, Sabtu (4/8).
Permasalahan yang terjadi di tubuh PDAM selama ini, diakui Sjamsu Alam sangat tidak rasional lagi karena tak pernah ada solusi penyelesaianya. Karena itu diapun akan segera mengevaluasi kepemimpinan Direktur PDAM yang sudah menjabat selama tiga periode.
Terpisah, Direktur IKRA Parepare, Uspa Hakim menyayangkan sikap walikota yang hingga saat ini belum mengambil langkah tegas untuk memutuskan apakah Andi Ampa masih dibutuhkan untuk menahkodai PDAM atau sudah seharusnya diganti. Apalagi dugaan penyimpangan keuangan yang nilainya ratusan juta saat ini tengah diproses penyidik Kejaksaan Negeri Parepare.
Uspa juga mempertanyakan klaim adanya keuntungan sekitar Rp 298 juta yang diperoleh PDAM, setelah kasusnya mencuat ke permukaan. Padahal sebelumnya dikatakan perusahaan selalu merugi. Lalu kemana uang tersebut?
''Walikota tidak perlu takut dalam mengambil sikap. Ada banyak kejanggalan yang terjadi selama kepemimpinan Direktur PDAM sekarang. Untuk apa dipertahankan jika perusahaan selalu merugi, karyawan ribut karena kesejahteraannya tidak diperhatikan. Yang lebih parah lagi, masalah pelayanan tak pernah kunjung selesai,'' terang Uspa. (smr/bkm)