Mohon tunggu...
Salmon Salmay
Salmon Salmay Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Kacamata Penulis sebagai Masyarakat

11 Februari 2017   02:06 Diperbarui: 11 Februari 2017   02:14 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kurang lebih 6 bulan terakhir, masyarakat Indonesia atau lebih tepatnya penduduk Jakarta disuguhkan panggung politik yang cukup besar bertemakan Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta periode 2017-2022 dengan aktor-aktor politik yang juga telah cukup lama namanya berlalu-lalang di panggung politik Indonesia. Semakin kemari, semakin menuju hari utamanya, semakin "memanas" pula situasi panggung politik yang dimana kita, masyarakat sebagai penontonnya pun ikut terbawa suasana karena kampanye, media, isu-isu politik, dan sebagainya yang mengrepresentasikan pihak-pihak dalam Pilkada 2017. Suasana yang "memanas" membawa kita sebagai masyarakat yang seharusnya lebih netral sebagai penonton, dan lebih bijak dalam menelan semua informasi tiap calon pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur, tapi malah masyarakat umumnya ikut terprovokasi dengan isu-isu yang menyerang salah satu Paslon (pasangan calon) yang menurut mereka lebih baik dari yang lain. Isu-isu muncul itu pun juga dijadikan senjata bagi setiap masyarakat ataupun tim sukses pendukung salah satu Paslon.

Mengapa demikian? Pilkada 2017 sejatinya merupakan Pemilihan Umum bagi Kepala Daerah dengan visi dan misi yang dimana jelas tujuannya adalah untuk rakyat. Visi dan Misi setiap Paslon harus terlihat jelas dan terstruktur demi membangun masyarakat di suatu daerah menuju kemajuan, bukan lagi perkembangan. Namun, untuk beberapa kalangan yang "mungkin" tidak melihat kebenarannya, visi dan misi ini dianggap hanya omong kosong belaka karena Paslon ini memiliki tujuan khusus dalam menjabat sebagai kepala daerah. Kemungkinan ini muncul karena mata dan telinga sebagian masyarakat telah tertutup oleh doktrin-doktrin dari beberapa pihak demi keuntungan pribadi. Adapun isu-isu yang menghiasi panggung politik dan "bumbu-bumbu" penambah "rasa panas" dijadikan sebagai senjata paling ampuh dalam menjatuhkan lawan politik di Pilkada 2017 ini.

Layaknya masyarakat, Penulis juga bukan pakar politik dalam menganalisa detail-detail politik dalam Pilkada 2017. Namun sebagai masyarakat awam, Penulis punya cukup pengetahuan walau hanya sekedar membahas politik di warung kopi.

Pilkada DKI Jakarta 2017 dilakukan serentak bersamaan dengan pemilihan kepala daerah di beberapa daerah lain di Indonesia. Namun bisa dilihat bahwa Pilkada DKI Jakarta 2017 adalah yang paling disorot dari berbagai sisi dan media. Dalam beberapa survey ala mahasiswa, penulis menemukan bahwa beberapa masyarakat di luar Jakarta, mereka mengetahui banyak tentang Pilkada DKI Jakarta 2017, mereka "berapi-api", namun sayangnya mereka tidak mengetahui calon pemimpin di daerah mereka periode 2017-2022. Inilah salah satu contoh dimana masyarakat bisa dibilang ikut "memanas" dalam Pilkada DKI 2017.

Dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, diisi oleh 3 urut Paslon (Pasangan Calon) Gubernur dan Wakil Gubernur. Di nomer urut  satu (1) diisi oleh pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni. Lalu ada pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat mengisi nomer urut dua (2).  Dan yang terakhir mengisi nomer urut tiga (3) adalah Anies Baswedan dan Sandiaga Salahudding Uno.

Seperti yang kita tahu, Paslon nomer urut satu bukan merupakan orang baru dan sembarangan di pemerintahan DKI Jakarta maupun Indonesia. Menyandang nama Yudhoyono dan merupakan putra pertama, bukan berarti Agus adalah sosok "anak kemaren sore". Meskipun beberapa masyarakat yang bukan pendukungnya mengklaim bahwa dia belum bisa berbuat banyak jikalau bukan SBY ayahnya. Namun harus jujur dan diakui bahwa Agus merupakan prajurit TNI yang cukup dipandang dilihat dari pengalaman, pangkat, dan pendidikannya. Dan Sylviana Murni, kira-kira kurang lebih 30 tahun mengabdi sebagai pegawai pemerintahan, kurun waktu yang tentunya bukan main-main jika berbicara tentang pengalaman dan hasilnya dalam ikut membantu membangun pemerintahan yang sampai sekarang.

Paslon nomer dua yaitu Basuki sebagai calon Gubernur dan Djarot sebagai Wakil Gubernur. Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok, juga bukan merupakan orang baru di dunia pemerintahan. Sejak 2004, Ahok mengabdi bagi negara dan 28 Oktober lalu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2014-2016 menggantikan Joko Widodo yang terpilih menjadi Presiden Indonesia. Hasil kerja yang memuaskan diperlihatkan oleh Ahok selama masa jabatannya sebagai Gubernur dilihat dari pembangunan-pembangunan dan relokasi di beberapa tempat. Dan wakilnya Djarot Saiful Hidayat, merupakan politisi yang mungkin bagi beberapa orang awam seperti penulis tidak begitu mengenalnya sampai pada saat beliau berbicara di debat Pilkada dengan pembawaanya yang tenang dan luar biasa, terlihat bahwa ia telah memahami benar untuk menjadi salah seorang kandidat Wakil Gubernur.

Anies Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno merupakan Paslon nomer urut tiga dan yang terakhir. Kita tahu bahwa seorang Anies Baswedan, selama masa jabatannya di pemerintahan, cukup banyak pula gebrakan yang dibuatnya untuk kemajuan bangsa dan negara. Anies bukan merupakan orang baru apalagi orang sembarangan, intelegensi dan wibawa yang ia punya dalam debat Pilkada dan kampanye yang ia lakukan membuatnya terlihat meyakinkan sebagai calon Gubernur berikutnya. 

Anies merupakan tokoh positif di masyarakat karena dianggap merupakan orang yang pro-rakyat, dan jelas hal ini membuktikan bahwa kinerja Anies dalam pemerintahan tidak sembarangan. Dan Sandiaga Salahuddin Uno atau Sandiaga Uno, adalah seorang pebisnis dengan predikat orang ke-29 terkaya se-Indonesia menurut salah satu sumber. Karir pendidikannya pun tidak bisa dibilang enteng, karena beliau merupakan salah satu lulusan terbaik di universitas ternama di luar negeri. 

Meskipun pebisnis, kemampuan membenahi dan mengembangkan perusahaan sehingga membuatnya seperti sekarang, merupakan sesuatu hal yang luar biasa. Perekonomian yang telah diluar kepala merupakan keungulannya sebagai calon Wakil Gubernur berikutnya dalam memajukan DKI Jakarta periode 2017-2022.

Kita masyarakat telah mengetahui dan menelan semua informasi yang layak dibagikan dan "sekiranya" tidak layak dibagikan seputar Pilkada DKI Jakarta 2017. Mari kita lihat sampai pada hari ini, dimana panggung debat Pilkada telah selesai beberapa jam yang lalu. Ketiga Paslon memiliki Visi dan Misi yang sangat baik bagi kemajuan DKI Jakarta berikutnya. Namun memasuki Minggu Tenang yang disediakan untuk Pilkada serentak pada tanggal 15 Februari 2017, kiranya membuat kita lebih bijak dan dengan pikiran terbuka memilih siapa yang terbaik diantara yang baik untuk memimpin dan mengarahkan kita sebagai masyarakatnya kearah maju dan lebih baik lagi. Untuk DKI Jakarta yang lebih baik! Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun