Mohon tunggu...
salman imaduddin
salman imaduddin Mohon Tunggu... Sales - Komunitas Ranggon Sastra

Control by eros

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Senyum Sepi Sang Api

22 Mei 2020   06:26 Diperbarui: 22 Mei 2020   06:58 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kala itu aku hampir mati di wadah bambu yang kering
aku tak puas dengan atap wadah ini
aku melepaskan diri ke taman suci
membakar jantung dan seluruh isi wadah ini
tapi sial
sebagai api aku justru membakar tubuhku
terbayang hangus hariku kelam
lalu malam pengap yang mulai menghantui
aku masih api. namun api yang redup
aku memasai
aku tak mampu menjadi api yang menggelora lagi
kucoba bakar berbagai wajah penuh amarah  di hadapanku
sudah lemah, upayaku membabi buta
mereka tertawa
menggila menyiramiku dengan keringat suci
aku hampir mati
dan ku temui kau salah satunya
api di wajahmu tersenyum padaku
mengisahkan kepedihan di jantungmu. tak henti kubaca sepi di senyum itu
wajah-wajah tersontak menatap kita dan seketika kau membunuh mereka dengan matamu
kau memanggilku kemudian merangkulku
wajahku memerah bersama api-apiku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun