Mohon tunggu...
salahudin tunjung seta
salahudin tunjung seta Mohon Tunggu... Administrasi - Individu Pembelajar

Mohon tinggalkan jejak berupa rating dan komentar. Mari saling menguntungkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Millennials, Jangan Cuma Asal Muda

12 Desember 2018   17:54 Diperbarui: 14 Desember 2018   11:46 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : www.merdeka.com

Pemuda dan politik menjadi dunia yang (seperti) dipersatukan, mungkin untuk era saat ini sebuah mobilisasi dari anak muda dalam kancah perpolitikan dikarenakan latarbelakang bonus demografi dengan melunjaknya jumlah manusia berusia produktif, para pemuda diharapkan menjadi subyek dalam proses kemajuan negara. 

Partai Politik mulai berebut massa pemuda, dengan harapan memperoleh efek electoral sehingga dapat mendapatkan kursi di legislatif. "Berebut millineal" itulah kondisi partai saat ini, beberapa partai bahkan mengklaim sebagai partainya anak muda dengan mengisi jabatan-jabatan partai dengan anak-anak muda.

Secara historis memang tak menjadi istimewa untuk saat ini melihat kondisi pemuda seakan-akan berduyun-duyun terjun dalam dunia politik. Sebagian besar, para tokoh-tokoh Indonesia memulai tenggelam dalam dunia politik sejak ia masih cukup muda, seperti Soekarno, siapa tak kenal sang proklamator. 

Soekarno memulai mengenal politik adalah sejak umur sekitar 15 tahun ketika mondok di rumah H.O.S Tjokroaminoto. Sebagai Pimpinan organisasi islam terbesar saat itu, Tjokroaminoto banyak membagikan ilmunya kepada seorang Soekarno muda, bahkan Soekarno dikatakan meniru gaya Tjokro dalam berpidato yang saat itu dijuluki sebagai Singa Podium. 

Tak diragukan lagi kost Tjokro merupakan "rumah ideology", bagaimana tidak, dari rumah tersebut melahirkan tokoh sekaliber Bung Karno sebagai pendiri PNI sekaligus Proklamator, Semaun dengan ide Komunismenya dan Kartosuwiryo seorang tokoh DI/TII. Bisa dibayangkan, sungguh demokratis kehidupan mondok dibawah bangunan milik H.O.S Tjokroaminoto tersebut.

Melanjutkan pendidikan Tekniknya, Bung Karno berpindah ke Bandung. Di Tanah Priangan itu, Soekarno lebih mendalami dan tertarik dengan politik. Dalam biografi karya Cindy Adams, dikatakan bahwa Bung Karno lebih menghabiskan banyak waktu di perpustakan mendalami buku-buku politik. Ide Politiknya pun yaitu Marhaenisme dikatakan lahir di Tanah Pasundan. 

Tidak ujug-ujug, seorang Soekarno menjadi Soekarno yang kini walaupun sudah tidak berada ditengah-tengah kita, tetapi namanya selalu dielu-elukan oleh masyarakat Indonesia dan Dunia.

Politik itu tempat perjuangan, tidak sedikit yang dikorbankan, waktu, biaya, pikiran, tak lain dan tak bukan adalah untuk kehidupan bangsa dan negara. Politik menuntut kedewasaan, baik dalam sikap maupun dalam pikiran serta gagasan, maka terjun dalam dunia politik sangat diperlukan adanya persiapan yang matang, karena dalam politik kita melihat semua adalah kawan padahal nyatanya ada namanya lawan.

 Pemuda alias para millineal merupakan suatu nilai lebih, namun bukan soal umur. Apabila hanya soal "umur" yang ditawarkan dalam politik, sungguh miris. Oleh karena itu kita harus memahami soal pemuda, soal millineal. Kita harus melihat pemuda sebagai seorang yang tidak dibatasi umur, kita harus melihat pemuda sebagai jiwa, sebagai ide dan gagasan. 

Sejatinya pemuda adalah anti-kemapanan, maksudnya adalah pro-perubahan, memiliki pemikiran yang terbuka dan progresif revolusioner. Itu merupakan modal seorang pemuda, modal dasar. Oleh karena itu, seorang Tokoh penggagas Merdeka 100%, anti perundingan, Tan Malaka pernah menuturkan bahwa "Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda".

Sekarang, berapa banyak mantan aktivis yang turun menjadi politikus, bergumulan lumpur politik praktis bak kuda nil yang menemukan kubangan baru. Tidak sedikit tentunya, tetapi berapa banyak yang sungguh-sungguh masih memelihara idealismenya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun