Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Money

Mendongkrak Sumber Devisa Masa Depan

14 Agustus 2017   21:11 Diperbarui: 15 Agustus 2017   15:19 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tantangan Komoditas Perkebunan

Subsektor perkebunan telah membuktikan dirinya sebagai subsektor yang dapat diandalkan dibandingkan subsektor pertanian lainnya. Atas dasar itu, subsektor perkebunan sebenarnya layak mendapat prioritas dalam pembangunan khususnya dalam distribusi pembangunan.

Perhatian ini sangat diperlukan khususnya bagi komoditas perkebunan yang telah menjadi sumber devisa seperti karet, kopi, lada, panili dan sebagainya. Secara agregat, nilai neraca perdagangan produk perkebunan Indonesia mengalami surplus. Namun demikian masih perlu dilakukan upaya-upaya khusus untuk terus meningkatkan produksi dan daya saing produk-produk di pasar internasional baik untuk kegiatan ekspor maupun untuk subsidi impor.

Selain perspektif komoditas perkebunan sebagai komoditas ekspor sebagai penghasil devisa, disisi penawaran kegiatan agribisnis komoditas tanaman perkebunan secara umum melibatkan banyak masyarakat petani sejak dari perbanyakan bibit, penanaman, perawatan, panen, pasca panen hingga ke pemasaran. Dengan demikian pertumbuhan produksi dalam negri selain diharapkan mampu memenuhi permintaan dalam negeri, juga secara ekonomi berarti meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada gilirannya mampu menggerakkan perekonomian regional dan nasional serta menambah devisa negara.

Salah satu komoditas perkebunan yang menghasil devisa adalah tanaman lada dan tanaman ini merupakan salah satu komoditas ekspor tradisional serta merupakan produk tertua dari rempah-rempah yang diperdagangkan di pasar dunia. 

Dewasa ini pemanfaatan lada tidak terbatas hanya sebagai bumbu penyedap masakan di rumah tangga dan penghangat tubuh saja, akan tetapi juga telah berkembang untuk berbagai kebutuhan industri, misalnya industri makanan dan industri kosmetik. Dengan bertambahnya jumlah penduduk akan menyebabkan permintaan lada semakin meningkat, hal ini bisa kita lihat dari perilaku konsumsi manusia dan beranekaragam jenis makanan yang ditawarkan. Lada juga baik digunakan sebagai bahan untuk memperlambat proses perubahan mutu pada minyak, lemak dan daging. Disamping yang terkenal adalah dibuat sebagai minyak lada atau oleoresin.

Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan perkebunan antara lain : (1) Sebagian besar produsen perkebunan adalah perkebunan rakyat yang dikelola secara swadaya murni, kecuali teh. Oleh karena itu pertumbuhan produktivitas kebun jadi lambat, terutama pada perkebunan rakyat. Adapun hal ini disebabkan oleh teknologi yang diterapkan masih tradisional dan banyak tanaman sudah berumur tua dan rusak. Kualitas teknologi yang diterapkan petani mengalami kemunduran sejak krisis, karena mahalnya harga pupuk dan ketiadaan modal. Ketiadaan modal menyebabkan kegiatan peremajaan tanaman tua semakin sulit, yang menyebabkan produktivitas kebun makin rendah. (2) Kualitas hasil masih rendah karena sebagian besar produk yang dihasilkan adalah produk prinmer dan bagi petani tidak ada insentif harga untuk perbaikan mutu hasil. (3) Harga di tingkat petani umumnya rendah karena kurang efisiennya sistem pemasaran hasil, rendahnya mutu hasil dan terikatnya petani pada tengkulak pelepas uang (rentenir). (4) Maraknya penyerobotan tanah dan produksi perkebunan milik perkebunan besar (PBN dan PBS) oleh penduduk di sekitar kebun yang mengaku (claim) bahwa kebun itu adalah miliknya yang prosedur pembebasannya tidak adil. Hal ini dapat mengganggu kegiatan usaha perkebunan besar yang sudah ada dan mengambat masuknya investor baru. (5) Sistem kelembagaan ekonomi petani masih sangat lemah baik dalam kegiatan pengadaan input, usahatani, pengolahan maupu pemasaran hasil.

Potensi Devisa Komoditas Lada

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama lada dan mempunyai peranan penting dalam perdagangan lada dunia. Pasokan lada Indonesia berasal dari Provinsi Bangka Belitung yaitu Lada Putih dengan sebutan Muntok White Pepper dan dari Provinsi Lampung Lada hitam sebagai Lampung Black Pepper.

Kontribusi Lada (Hitam dan Putih) Indonesia di pasar dunia selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan. Kontribusi ekspor lada Indonesia pada kurun waktu 2007-2012 berkisar antara US$ 132.495.000 sampai dengan US$ 423.469.000. Tahun 2000 Indonesia masih menempati posisi nomor 1 dunia, namun sejak Vietnam mengembangkan lada secara intensif, posisi Indonesia di pasar dunia menjadi turun. Penurunan ini juga disebabkan melemahnya daya saing akibat rendahnya produktivitas dan mutu lada nasional.

Saat ini, posisi Indonesia berada pada urutan ketiga dunia negara eksportir lada (putih dan hitam) setelah Vietnam dan Brazil. Untuk lada putih, meskipun saat ini Indonesia masih merupakan pengekspor utama di dunia, namun posisinya terancam oleh Vietnam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun