Dalam rentang waktu kurang dari sebulan, aku telah mengunjuginya tiga kali. Bahkan kayaknya, di pekan keempat aku akan kembali menemuinya.
Setiap ziarah itu berlangsung spontan, mengalir begitu saja, nyaris tanpa agenda persiapan. Dan entah mengapa, setiap rencana berlangsung nyaris tanpa kendala yang berarti.
Dan pada setiap ziarah, aku mengalami pengalaman spritual yang berbeda dari kunjungan sebelumnya. Setiap sua terasa sebagai jumpa baru, yang seolah tak pernah didahului pertemuan sebelumnya.
Keintiman rasa itu terus bergerak dengan grafik menaik. Ibarat menanjak ke puncak yang tanpa puncak. Karena setiap puncak kontan menjadi lereng. Karena sesampai di puncak, seolah tercipta puncak baru.
Dan di setiap puncak, aku melakoni momentum, dengan cara menerobos dan menerabas norma dan etika. Saat dua raga dan dua jiwa berada pada jarak yang tak berjarak. Pada batas yang berpembatas.
Mungkin inilah yang disebut raga dan jiwa yang terleburkan menjadi tunggal rasa. Satu hasrat menjalani petualangan polos, seperti bayi yang bergerak tanpa memperhitungkan risiko.
Pada setiap jumpa, berdalih tentang menikmati momentum hidup dan kehidupan. Mengalir mengikuti rasa, sampai waktu yang belum terbayangkan akan berujung di mana, kapan dan bagaimana.
Syarifuddin Abdullah I Kamis, 22 Juni 2017 / 28 Ramadan 1438H.