Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

In Memoriam: Mustafa Nuri LAS

15 Agustus 2017   08:54 Diperbarui: 15 Agustus 2017   09:01 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dkomentasi pribadi dari akun Facebook Salahuddin Sofu

Pada 11 Agustus 2017, seorang teman mengabari: KH Mustafa M Nuri LAS wafat pada Jumat pagi, 11 Agustus 2017, sekitar pukul 08.00 WITA di Makassar.

Oleh karena posisi sedang berada di Erbil Irak, dalam persiapan menuju Doha Qatar, saya langsung menunaikan shalat gaib dan berdoa tulus untuk almarhum. Artikel ini saya olah dalam penerbangan dari Erbil-Doha, dan diupload pertama kali (di akun Facebook) ketika sedang transit di Doha, Qatar.

Dan sungguh banyak kenangan berkesan dari sosok dan kepribadian seorang Mustafa Nuri, yang pernah menjabat Dekan Fakultas Adab IAIN Alauddin.

Beliau termasuk guru yang memposisikan dirinya benar-benar sebagai seorang guru. Bahkan mungkin bisa disebut: orang yang mewakafkan dirinya untuk menjadi guru.

Mungkin karena itulah, Pak Mustafa (begitu kami biasa akrab memanggilnya ketika itu) begitu kuat memancarkan sinar keikhlasan.

Bahkan dalam posisi tertentu, karena sentuhan keikhlasannya itu, minimal ketika mengajar, Pak Mustafa sering terlihat lugu.

Dan ada cerita yang menarik. Mudah-mudahan ini bukan bagian dari ujub:

Seorang teman jebolan mahasiswa Fakultas Adab di IAIN Alauddin Makassar, bercerita, ketika belajar di Mesir, Mustafa Nuri mengakui berkali-kali mengikuti tes untuk menjadi penyiar di Radio Cairo Seksi Bahasa Indonesia (semacam BBC Bahasa Indonesia). Entah mengapa, beliau tidak pernah lolos.

Ketika akhirnya beliau mendengar bahwa saya menjadi penyiar Radio Cairo sejak 1989 sampai akhir 1991, beliau bercerita kepada beberapa orang tentang apresiasinya kepada seorang muridnya yang sukses menjadi penyiar Radio Cairo.

Tentu saja, saya bangga. Padahal sejujurnya, dan ini bukan basa-basi, tingkat penguasaan bahasa Arabnya Pak Mustafa Nuri, kalau dijejer dengan semua pakar bahasa Arab di Indonesia, mungkin beliau termasuk the best ten pada level nasional.

Selain itu, gagal berkali-kali menjadi penyiar di Radio Cairo bukan semata karena faktor penguasaan bahasa Arab. Tapi yang juga menentukan volume suara. Nah suara Pak Mustafa memang sangat lembut. Sehingga memberi kesan: mungkin selama hidupnya, Pak Mustafa mungkin tidak pernah bisa berteriak dan membentak. Dan jika pun marah, kemarahannya tetap akan disampaikan dengan suara yang tetap santun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun