Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Mengenang TVRI: Hiburan Anak-anak

4 April 2015   23:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:32 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_407821" align="aligncenter" width="624" caption="Logo TVRI/Kompas.com"][/caption] Masa sekolah dasar saya dimulai tahun 1977, di sebuah desa yang belum terjamah aliran listrik.  Satu sarana hiburan elektronik yang banyak terjangkau adalah siaran radio.  Itu dengan menggunakan tenaga baterai.

Bagaimana dengan media telivisi?  Hanya segelintir orang yang memiliki.  Mudah ditebak, mereka adalah para PNS atau pemilik toko yang ada di desa.  Apakah teve berwarna?  Oh, belum sampai ke situ.  Semua dipastikan masih hitam putih dengan bentangan layar tabung kaca 12 inci.  Karena ketiadaan aliran listrik, pilihan energi untuk menghidupinya yang ada cuma satu: mengunakan tenaga accu (biasa dibaca aki).

Terlahir dari keluarga yang waktu itu hidup minim, tidaklah memungkinkan orang tua untuk membeli benda ajaib yang disebut tivi.  Satu yang biasa saya dan teman-teman yang sama-sama tidak memiliki televisi di rumah, yaitu melakukan nomaden dari satu rumah ke rumah lain setiap hari.

Kami membiasakan untuk tidak menonton  di satu tempat, tapi berkeliling agar si empunya rumah tidak bosan dengan kedatangan kami yang rombongan.  Kendatipun masih anak-anak, tapi rasa malu dan peka terhadap sikap orang lain sudah tertanam.

Sebagai anak-anak, tontonan yang kami kejar di awal petang yaitu film kartun.  Tayangnya pukul 17.30 selepas Berita Nusantara.   Sebagian besar film anak-anak berbentuk animasi dengan gambar yang masih sederhana, tetapi teramat sangat menghibur kami anak-anak desa.

Ada Batman and Robin, Scooby Doo, Flash Gordon dan lain-lain, yang saya ingat , pada akhir cerita selalu tertulis:  Production Hanna Barbera.

Saat paling menggelisahkan adalah menunggu rampungnya Berita Nusantara itu.  Durasi berita  tiga puluh menit, dengan materi siaran sebagian besar tentang pembangunan di daerah, yang tentu saja tidak menarik bagi anak sekolah dasar.

Belum lagi dengan pembaca berita yang sudah “tua”, namanya Pak Sam Amir.  Mungkin pada waktu itu sudah lebih lima puluh tahun.  Beliau senang berlama-lama membaca teks berita dan sesekali menatap ke depan, menambah kejenuhan penantian kami.

Tapi sekarang saya maklum, waktu itu belum ada teknologi teleprompter yang menyajikan teks berita secara berjalan.   Jika dipikir kembali, News Anchor jaman dulu sebenarnya lebih sulit, ketimbang sekarang.

Tiga puluh menit yang kami tunggu untuk menikmati film kartun di TVRI benar-benar memuaskan kami.  Satu yang kami senangi, tidak ada spot iklan yang mengganggu tontonan kami.  Hingga maghrib datang, kami kembali ke rumah dengan semangat untuk belajar dalam temaram lampu teplok  atau petromak.

[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Si Unyil dan Tokoh-tokoh Lainnya/Hiburan.Kompasiana.com"]

[/caption]

Minggu adalah spesial bagi kami.  Hiburan yang mampu menyedot animo kala itu adalah Film Boneka si Unyil.  Tidak ada tokoh yang tidak menghibur, dari Unyil, Ucrit, Usrok dan Pak Raden serta Pak Ogah, bahkan boneka yang berkarakter orang gila pun tetap bisa menghibur.

Di era delapan puluhan, lakon si Unyil benar-benar dahsyat mengguncang jagat hiburan anak Indonesia.   Walaupun bentuk boneka dan ceritanya sederhana, tetapi justru ini yang menjadi kekuatan produksi PPFN ini.  Pesan yang dikemas dalam cerita bisa mudah dimengerti anak-anak.  Jika ceritanya seru, maka tak ayali hal itu menjadi trending topic keesokan harinya di sekolah.

Film Boneka si Unyil tidak saja memberi nuansa hiburan bagi anak-anak.  Ketenarannya telah mampu mengusik para pencari peruntungan bisnis dengan menjual kaos bergambar si Unyil dan kawan-kawan.  Buku tulis dan souvenir pun tak ketinggalan menjadi tokoh-tokoh dalam Film Boneka si Unyil sebagai gambar hiasannya.

Oh, indahnya masa anak-anak itu.  Kesederhanaan dan kebersamaan sebagai anak desa untuk sejenak mencari hiburan, harus berpayah-payah ke sana-kemari  mencari sejengkal lantai untuk lesehan.  Menanti tayangan TVRI yang  memang disediakan utuk anak-anak di jam sebelum kami belajar ataupun hari libur.

Walaupun deretan kesenangan itu kami dapat,  sering pula harus menanggung kecewa karena di layar kaca televisi tertulis: MAAF,  GANGGUAN BUKAN DARI TELEVISI ANDA. Itu artinya sama dengan "Mengusir Halus" kami.

Sampai di sini dulu teman-teman. Salaaaaaaaaam……

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun