Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Blok Masela: Bukan Kalah dan Menang, Ini untuk NKRI!

28 Maret 2016   21:29 Diperbarui: 6 April 2016   11:36 1708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: cdn.sindonews.net/"][/caption]Pada 23 Maret lalu, di Entikong, Kalimantan Barat, Presiden sudah memutuskan bahwa Blok Abadi Masela yang diklaim sebagai ladang gas terbesar di dunia dengan kandungan terbukti 10,7 TCF (Trillion Cubic Feet) akan dibangun di darat  atau onshore.

Keputusan ini dianggap memenangkan keinginan salah satu pihak yang di dukung penuh oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman terhadap pihak lain, yakni Kementerian ESDM itu sendiri, yang didukung oleh Inpex dan Shell selaku pengelola Blok Masela. Beragam spekulasi muncul bagai supporter di ring tinju. Tapi apakah hanya sesempit itu pengertian “kalah” dan “menang”? yang jika salah satu “menang” lalu lantas bisa happy-happy?

Apa itu Offshore dan Onshore?
Sebelumnya mari kita sama-sama kembali kepada definisi apa itu pengertian offshore dan onshore dalam hal pembangunan kilang LNG (Liquid Natural Gas) ini. Banyak yang berkomentar tetapi ujungnya bertanya, bedanya apa sih offshore dan onshore?

Offshore LNG adalah proses pengambilan gas alam (feed gas) yang berada di bawah laut dan mengolahnya menjadi LNG dalam satu lokasi (eksplorasi, produksi hingga proses pencairan gas alam) untuk memperpendek rantai supply. Lokasi dalam hal ini menggunakan kapal besar yang dinamakan FLNG (Floating Liquid Natural Gas) di mana semua hal yang berkaitan dengan pabrik LNG ada dalam satu kapal.

Skema ini menjadi pilihan kementrian ESDM, SKK Migas dan juga Kontraktor Inpex/Shell karena dengan kapasitas 7,5 MTPA (Million Ton Per Annum), FLNG Masela merupakan FLNG yang terbesar di seluruh dunia, selain karena belum ada negara manapun yang menggunakan FLNG. FLNG yang masih dalam proses konstruksi adalah FLNG Prelude di Australia, itupun dengan kapasitas 3.5 MTPA saja, alias setengahnya. Tak heran jika Kementerian ESDM dan SKK migas sangat berambisi untuk membangun FLNG. Terlepas dari politis, FLNG Masela dengan nilai 14.8 Milliar USD adalah proyek mega prestius.

Skema FLNG ini sudah mewacana sejak 2004 selepas forum LNG di Qatar dan tertera dalam POD (Plan of Development) pengembangan Blok Masela. Sebagai catatan, INPEX sudah beroperasi di Masela sejak tahun 2000 pada blok Abadi 1, lalu POD 1 disetujui tahun 2008 pada saat Kabinet SBY dengan skema offshore, dan mereka juga yang mengajukan revisi POD 1 pada September 2014 untuk meningkatkan kapasitas Blok Masela dari 2.5 MTPA menjadi 7.5 MTPA.

Sedangkan skema darat OLNG (Onshore Liquid Natural Gas) adalah skema pengolahan LNG konvensional dimana feed gas diambil dari dalam laut menggunakan kapal terapung yang disebut FPSO (Floating Production Storage and Offloading) lalu dialirkan melalui pipa sepanjang ±160 Km menuju pabrik LNG yang dibangun di darat. Skema ini adalah skema umum yang ada di Indonesia, seperti di Bontang dengan PT Badak NGL atau Arun NGL.

Jika berbicara darat, maka juga berbicara lahan. Seperti ini pula yang terjadi pada OLNG dimana pemerintah membutuhkan ±800 hektar lahan dalam status bebas.

Setelah mencermati beragam kebutuhan dalam eksplorasi dan produksi LNG Blok Masela, alangkah sempit jika kita hanya menggangap ini proses ‘kalah’ dan ‘menang’, apalagi happy-happy.

Kembali ke Awal dan Tujuan Keputusan
Dengan adanya keputusan Presiden, maka tentu saja itu merubah skema POD yang sudah diajukan oleh Inpex, mengubah skema artinya bekerja lagi dari awal. Berikut kurang lebih tahapannya:
[caption caption="Figure 1. Block Abadi Masela. Sumber: Salis Apriliyan (CEO Badak LNG) 2016"]

[/caption]Berbagai tahapan ini tentu saja membutuhkan waktu yang tidak sebentar, hampir sembilan tahun hingga LNG bisa berproduksi dan siap dijual (Salis Apriliyan, 2016). Nah pertanyaan berikutnya, ke mana penjualan tersebut?

Anggaplah proyek OLNG Masela selesai pada 2025 (9 tahun dari sekarang). Pada tahun itu, menurut kajian McKinsey (2014), Indonesia mengalami defisit gas hingga 3 MTPA sedangkan dunia akan mengalami surplus gas seperti yang terjadi pada minyak hari ini, hitungan secara logika, Indonesia akan kesulitan untuk bersaing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun