Mohon tunggu...
Hani Yamashita
Hani Yamashita Mohon Tunggu... -

Penulis buku " Japan Aftershock, Kisah-kisah Berani Menghadapi Tsunami" bersama Junanto Herdiawan. Buku kedua, Aishiteimasu. Tinggal di Jepang. Kumpulan artikel sendiri dapat di baca\r\nhttp://oeng34.blogspot.jp/\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tragedi Terowongan Sasago, Jepang

3 Desember 2012   06:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:15 1701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_227297" align="aligncenter" width="350" caption="Sumber: Kyodo News"][/caption] Terowongan Sasago di Jepang mendadak terkenal sejak kemarin, 2 Desember 2012. Lokasi tepatnya di kota Otsuki, perfektur Yamanashi. Terkenal bukan karena kebaikan melainkan karena adanya kecelakaan yang fatal terjadi. Terowongan Sasago runtuh dan merenggut korban jiwa yang tak sedikit. Asap mengepul menandakan kondisi gawat darurat terjadi di dalam terowongan Sasago ini. Terowongan Sasago, terowongan sepanjang 4, 784 kilometer berada sekitar 80 kilometer arah barat kota Tokyo. Terowongan Sasago ini menghubungkan kota Tokyo dengan kota Nagoya. Tragedi tragis runtuhnya terowongan Sasago terjadi pukul 8 pagi ( pukul 6 pagi waktu Indonesia). Penyebabnya pun tak jelas, mendadak atap dari terowongan ambruk dan menimpa mobil-mobil yang sedang melakukan perjalanan menggunakan terowongan Sasago. Tragis ! Upaya penyelamatan segera dilakukan untuk meminimalkan penderitaan para korban. Kesibukan di hari minggu yang ceria terpecahkan dengan suara mobil polisi, mobil pemadam kebakaran, ambulance, traktor, bahkan helikopter dokter. Tak terhitung suara mobil yang berlalu lalang.Tragedi ini pun mengundang banyak " nyamuk " pers. Terlihat puluhan wartawan dalam dan luarnegeri bertahan di atas bukit demi menyaksikan tragedi ini. Penutupan jalan segera di lakukan untuk mempercepat upaya bantuan. Cuaca musim dingin saat itu cukup dingin, apalagi Yamanashi merupakan daerah pegunungan. 7  jam setelah terjadi tragedi terowongan Sasago, dilakukan konferensi pers. Pimpinan Central Nippon Expressway ( Chuo Expressway), Takekazu Kaneko, operator tol, secara resmi melakukan permohonan maaf dan menjelaskan kejadian tersebut kepada pihak mass media Jepang dan luarnegeri. Penyebab ambruknya terowongan Sasago itulah yang belum mampu dijelaskan secara baik. Terkesan mengambang, tak ada kejelasan yang pasti. Korban jiwa memang berjatuhan. Hingga pagi hari, 3 Desember 2012, total korban jiwa mencapai 9 rang. 2 orang luka. Menyedihkan ! Ada satu kendaraan berisi 5 orang penumpang yang di temukan meninggal dunia dalam kondisi terbakar. Saya mengikuti berita ini cukup terhenyak.  Ada beberapa kejanggalan yang terjadi. Katakanlah terowongan Sasago sudah cukup berumur. Dioperasikan tahun 1977, artinya sudah lebih dari 30 tahun. Bisa dipahami bahwa faktor umur terowongan Sasago cukup berperan. Tetapi bukankah juga sudah dilakukan rutin pemeriksaan layak pakai terowongan Sasago. Setiap 5 tahun sekali pasti dilakukan pemeriksaan reguler, ini pasti juga sudah dilakukan bukan ? Catatan menunjukkan pemeriksaan reguler terakhir dilakukan pada bulan September 2012. Artinya 2-3 bulan sebelumnya tragedi terjadi. Pemeriksaan pun lancar, artinya tak ada masalah pada struktur terowongan Sasago. Bukankah berulangkali sudah ada peringatan dari pihak ilmuwan, masyarakat untuk merenovasi infrastruktur yang sudah berumur? Kenapa harus menunggu jatuh korban jiwa ? Pihak pemerintah dan pihak Chuo Expressway adalah pihak yang paling bertanggungjawab dalam kasus terowongan Sasago ini. Sangat mengecewakan sekali !

News photo
News photo
sumber gbr: Kyodo News http://www.japantimes.co.jp/text/nn20121203a1.html Ada sekitar 20 terowongan yang sama strukturnya dengan terowongan Sasago. Ini harus di perhatikan sekali keselamatannya. Jangan sampai seperti keledai yang terperosok ke dalam kubangan untuk ke dua kalinya. Pemerintah Jepang tersentak dengan tragedi ini dan keesokan hari, 3 Desember 2012 segera dilakukan pemeriksaan darurat ke banyak terowongan lain terutama 20 terowongan tersebut. Di Jepang, jumlah terowongan ada ribuan, lebih dari 1500 terowongan. Hal yang wajar  karena memang struktur geografis Jepang yang berbukit dan penuh dengan pegunungan. Sedikit tanah datar. Terowongan pun bukan hanya terowongan pendek, biasanya panjangnya pasti mencapai ratusan meter. Jutaan mobil menggunakan terowongan sebagai salah satu alternatif tercepat untuk memperpendek jarak yang di tempuh. Salah satunya, saya. Saya membayangkan seandainya terjadi tragedi ini, amat sangat susah untuk menyelamatkan diri. Hanya keajaiban saja yang bisa terjadi pada saat mobil tertimpa atap terowongan yang begitu berat. Pada saat pengemudi melalui terowongan, susah dan tak mungkin bisa mengamati apakah atap terowongan akan ambruk atau tidak ? Pasti pengemudi hanya akan konsentrasi untuk secepatnya bisa melewati terowongan yang panjang itu. Sangat disayangkan 9 korban jiwa dan 2 korban luka dalam tragedi terowongan Sasago. Nyawa yang sudah hilang tak akan kembali walau bagaimanapun juga. Pelajaran yang sangat berharga bagi para Chuo Expressway. Nyawa itu tak tergantikan. Lebih baik merenovasi daripada terjadi kasus runtuhnya atap terowongan bukan ? Salam hangat dari Jepang, Hani Yamashita Sumber: dari berbagai mass media Jepang ( Yomiuri Shimbun, NHK, Kyodo News, Asahi Shimbun).

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun