Mohon tunggu...
Ryan Agatha Nanda Widiiswa
Ryan Agatha Nanda Widiiswa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Amatiran yang hanya bisa Mengkritisi tanpa Solusi

Selanjutnya

Tutup

Money

"Banjir" Modal Asing, Positifkah?

1 Juni 2013   20:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:40 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Mungkin sudah banyak diantara kita mengetahui bahwa Indonesia sedang menggapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tentunya membuat banyak investor asing untuk datang.Pada tulisan kali ini,saya ingin sedikit mengomentari tentang kejadian “banjir” modal asing yang ada di Indonesia dari kacamata saya yang masih sangat awam.Karena mungkin sudah terlalu banyak bermunculan komentar positif tentang “banjir” investor asing di Indonesia terutama dari pihak pemerintah,maka saya ingin mencoba melihatnya dari kacamata “negatif”. Hehe Semoga bisa menjadi bahan masukan positif dan juga penambah wawasan ,walaupun  dari kacamata awam seperti saya.Amin

Pertumbuhan ekonomi kita 6,02 persen hingga bulan Mei,Inflasi hingga bulan Mei seperti yang di katakan BI mencapai 5,30% ,suku bunga Bank Indonesia berada di level 5,75 % , dan suku bunga pasaran deposito berkisar antara 4,0 – 5,0% (Contohnya BCA yang menetapkan 4,5 – 5,0 persen dan Bank Danamon sebesar 5,0% ).Dari beberapa hal diatas dapat dikatakan perekonomian kita sedang “di genjot” apabila dilihat dari perbedaan suku bunga pasar dan inflasi,walaupun pertumbuhan ekonomi kita berada di bawah target BI pada kuartal pertama 2013.Seperti yang kita ketahui pada akhir 2012 pertumbuhan ekonomi kita mencapai 6,23% berada di peringkat 2 dunia setelah China pada peringkat pertumbuhan ekonomi.Melihat hal diatas tentu saja memberikan efek pada peningkatan jumlah kelas menengah di Indonesia,seperti yang ada pada data Bank Dunia, tahun 2003 jumlah kelas menengah di Indonesia hanya sebesar 37,7%, tapi pada 2010 mencapai 134 juta jiwa atau 56,6%.Fantastisnya pada akhir 2012, BI mengatakan jumlah kelas menengah di Indonesia merangkak naik mencapai angka 60% penduduk atau sekitar 151 juta jiwa.Bukankah ini merupakan fakta positif bagi perekonomian kita??? tapi kita semua harus berhati hati karena bisa saja Indonesia masuk ke dalam jebakan lobang konsumtif atau sering disebut middle income trap .Dengan angka 151 juta jiwa kelas menengah bisa saja menjadi sebuah hal “berbahaya” ,karena meningkatnya angka kelas konsumtif untuk produk luar negeri apabila tidak dibarengi dengan meningkatnya kualitas SDM dan produk dalam negeri.Apalagi pada tahun 2015 kita akan menghadapi perdagangan bebas ASEAN (Asean Economic Community),tentu saja bisa menjadi ancaman serius apabila tidak ada persiapan yang dilakukan pemerintah kita mengingat jumlah kelas menengah kita paling banyak diantara negara ASEAN lainnya.Apalagi menurut McKinsey Global Institute pada September 2012, bertambahnya pendapatan akan meningkatkan kelas konsumen Indonesia menjadi 90 juta orang pada 2030. Angka itu melebihi negara manapun kecuali Cina dan India,tentu saja bisa menjadi hal positif maupun negatif apabila tanpa persiapan yang matang untuk menuju “Perdagangan Bebas Dunia”.

Dengan meningkatnya jumlah kelas menengah kita yang menjadi salah satu kelas menengah terbesar di dunia tentu saja mengundang minat investor asing di Indonesia.Bahkan “Manusia terkaya didunia versi Forbes”, Carlos Slim,menyatakan tempat investasi pling menarik di dunia saat ini adalah di Amerika Latin dan Indonesia.Pengamat investasi asal Australia,John Coombe di acara Milken Institute Global Conference yang bertemakan Indonesia: The Emerging Secret mengatakan bahwa Indonesia adalah tempat paling tepat untuk investasi karena pasar yang besar dengan penduduk muda yang banyak (konsumtif).Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi menyinggung kehadiran investor asing dengan mengatakan bahwa sebagian besar investor asing datang ke Indonesia hanya mengincar pasar Indonesia yang besar dan bukan untuk produksi ekspor ke luar negeri.

Fakta di lapangan pun sepertinya mendukung adanya “banjir” investor asing di Indonesia,seperti yang dikatakan oleh Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito bahwa kepemilikan saham investor asing di pasar modal dalam negeri mencapai 58% hingga akhir Maret 2013 lalu.Terundangnya investor asing di pasar modal bukan tanpa alasan, kenaikan angka kapitalisasi modal di IHSG mencapai rekor angka tertinggi pada 5340 dan mencatatkan peringkat kedua di dunia dibawah Jepang dengan angka pertumbuhan kapitalisasi pasar modal sekitar 16% .Tentu saja Indonesia menjadi surga investasi bagi investor asing,apalagi menurut catatan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) jumlah keseluruhan investasi di Indonesia didominasi oleh pemodal asing,dengan perbandingan 78% pemodal asing dan 22% untuk pemodal dalam negeri.Bukankah angka yang sangat timpang bukan??tentu saja bukan hal yang sehat melihat perbandingan ini karena seharusnya paling tidak modal dalam negeri bisa sedikit bernafas di negeri sendiri.Terus dimana sisi bahaya nya modal asing?? Berikut akan saya paparkan pemikiran dari seorang Ekonom favorit saya,Paul Krugman (Peraih Nobel Ekonomi) tentang efek “banjir” modal asing yang diambil dari salah satu tulisannya tentang kebijakan ekonomi.

Paul Krugman :

“Apabila terjadi kondisi dimana sebuah negara sangat menarik bagi investor asing,maka terjadi kenaikan arus modal yang masuk kedalam negara tersebut.Bersama arus modal masuk,orang asing membeli lebih banyak aset di negara tersebut.Manakala modal tersebut masuk,hampir sebagian besar digunakan untuk membangun industri baru apalagi jika terjadi di negara berkembang.Perusahaan investor asing akan membangun pabrik,mereka akan membeli perlengkapan impor.Arus investasi bisa menyulut terjadinya lonjakan domestik,yang berakibat menurunnya permintaan impor.Apabila negara tersebut menggunakan nilai tukar mengambang,maka arus modal masuk meningkatkan nilai mata uang.Skenario yang terjadi akan cenderung membuat harga produk dalam negeri itu meningkat dan terdepak dari pasar ekspor,dan imporpun akan mengalami peningkatan.”

Kita dapat lihat bahwa setidaknya “banjir” modal asing menurut Paul Krugman dapat membuat mata uang menguat yang pada jangka panjang menendang produk dalam negeri dari pasar domestik maupun ekspor.Sepertinya kita juga butuh sebuah contoh situasi sebuah negara yang terjadi “banjir” modal asing.

Belajar dari Pengalaman Meksiko

Selama era 1980 an tak ada yang mau berinvestasi di Meksiko dan negeri tersebut mengalami surplus perdagangan.Tetapi terjadi “titik balik” besar pada tahun 1989,investasi asing mengucur masuk di tengah optimisme baru perihal prospek Meksiko di masa revolusi industri.Sebagian uang itu di belanjakan untuk peralatan impor bagi pabrik pabrik baru di Meksiko,dan memicu menguatnya nilai “Peso” dan pada jangka panjang membuat “Peso” melambung terlampau tinggi.Sehubungan menguatnya Peso,membuat mengahambat ekspor dan mendorong banyak sekali konsumen Meksiko membeli impor.Pada akihirnya dapat disimpulkan bahwa Meksiko pun terlempar dari pasaran ekspor dan juga barang domestiknya pun kalah “bersaing harga” dengan produk impor,terutama buah buahan,sayuran dan bahan pokok makanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun