Mohon tunggu...
Ryan Andin
Ryan Andin Mohon Tunggu... lainnya -

---

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Makna Hujan

22 Agustus 2010   10:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:48 1962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12916534651049242986

(Sementara hujan, sementara itu kita tak pernah saling berucap. Satu kata pun, tidak!)

Harusnya hujan mampu melunturkan mekarnya kebencianmu? Harusnya hujan mampu mengurainya, menggantinya dengan benih cinta seperti dulu.

(Dulu, menapaki taman bersama sehabis hujan adalah hal yang biasa, menikmati sepasang sunrise dan sunset selalu kita impikan, gelak tawa mewarnai hari ke hari kita serta guyonan khas yang membuat kita selalu ingat: tidak ada kebencian yang memakan rasa di antara kita, tidak ada perbedaan bahwa ternyata aku lebih berharga dari kamu atau kamu lebih penting dari saya yang membutakan kita. Itu dulu!)

Untuk itu harusnya hujan ada (bersama dengan teriknya matahari sebagai pasangannya). Untuk itu aku ada, membaginya dengan kamu. Merenungi ketaksamaan sebagai hal biasa, dan menjadi luar biasa saat kita memadukan perbedaan itu dalam satu genggaman tangan. Untuk itulah harusnya hujan ada. Ia menjadi memori penyembuh sakti atas luka di hati kita. Berharap kenangan dengan hujan lantas bisa menyuburkan kembali kuncup rasa sayang itu dan mengibaskan kebencian. Yah, harusnya kita memaknai hujan seperti itu. Berharap ia menyemaikan napas baru, napas yang membawa kita kembali dekat.

Apa hujan sebenarnya hanya mampu mengisi deraian bunya-bunyian yang tak mampu keluar dari mulut kita? Apa hujan hanyalah momentun yang serasa pas, kita memendam semuanya lewat diam? Seolah hujan turun tanpa arti. Jatuh ke bumi, lantas hilang di padang. (Tapi hujan kan tidak begitu. Seperti semua yang lain, tidak ada yang terjadi begitu saja. Apa pun itu, ia selalu punya tujuan termasuk hujan).  Apa hujan hanyalah sebentuk duka atas ketidakmampuan kita merangkai kembali simpal-simpul yang pernah lepas.

Entahlah, hujan ini menggambarkan apa atau ia hanyalah hujan saja. Hanya sekedar. Dan entahlah, akan berapa banyak kata entah lain untuk menggambarkan hujan. Namun dari seluruh yang entah itu, ada satu yang masih sering kuingat kau lafal dari mulutmu yang  dulu slalu tersenyum itu, yaitu ini,

Hujan adalah tetesan-tetesan air mata bahagia langit yang tuntas memendam rindunya pada tanah”

.

Bogor dan hujan akan turun lagi, 22.08.10

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun