Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Kita Telah Dilahirkan Pagi

25 Juni 2019   05:29 Diperbarui: 25 Juni 2019   20:53 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pagi hari. (dokumentasi pribadi)

Kita telah dilahirkan pagi, dari rahimnya yang wangi seorang ibu pertiwi. Embun adalah air ketuban kehidupan yang telah menghidupkan kita menjadi anak-anak bangsa yang pantang menyerah. Kita telah di azankan Subuh yang mengantarkan kepada kehidupan baru. Subuh adalah ayah kita yang selalu membangunkan rindu. Rindu kepada-Nya, sebagai bayi yang lahir setiap pagi terasa haus ingin menyusui dari susu Ibu Pertiwi yang tak pernah lelah melayani.

Pagi adalah kekuatan, ketika matahari menyinari hingga mengenai sendi-sendi kehidupan yang mulai terganggu karena kepentingan. Karena matahari kita beranjak dari berbaring hingga berdiri, untuk meraih harapan yang telah menjadi mimpi bukan sekedar hayalan tanpa tepi.

Kita telah dilahirkan pagi, tanpa pembukaan. Tanpa rasa sakit Ibu Pertiwi. Tanpa ngeden berkepanjangan. Tanpa darah, tapi embun yang selalu membuat pagi basah. Karenanya jangan pernah ada lagi marah, apa lagi fitnah. Setiap pagi kita lahir, lepaslah tanpa beban bak air mengalir. 

Sungailiat, 25 Juni 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun