Mohon tunggu...
Rusmini Bintis
Rusmini Bintis Mohon Tunggu... -

Pecinta Kebenaran

Selanjutnya

Tutup

Politik

Manfaat PKS untuk Diriku

25 Maret 2013   02:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:16 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13641526661203730844

Tanpamu... aku berantakan Tanpamu... aku tiada penerang Tanpamu... tidak ada wasilah dalam perjuangan Tanpamu... aku jauh dari Tuhan “Engkau pahlawan”, itulah kalimat yang mewakili perasaan hati ini akan keberadaan PKS. Bagaimana tidak, sejak Juli 2005 yang lalu aku mulai mengenal sosok jelmaan itu. Ya..., kak Ismal. Beliau yang kini sudah tiada karena kangker otak yang dideritanya. Beliau sosok yang kali pertama mengajarkanku tentang perintah menutup aurat. Beliau pula sosok aneh yang kali pertama aku temui dengan tampilan jilbab besar. Wajah almarhumah kak Ismal bening dengan kulitnya yang putih, kala ia berjalan nampak tinggi nan semampai. Dengan gaya kacamata yang khas dan tutur katanya begitu santun. Pasca pengajian di Musholla Al Hijrah, masih ku ingat tatkala ia dengan lihai bercerita tentang jilbab dan aurat. Darinya aku mengetahui tentang hukum dan alasan Allah menyuruh menutup aurat bagi perempuan. Seiring waktu berjalan aku terus menghadiri pengajian keputrian kala itu. Satu bulan kemudian pada Agustus 2005, Allah mengantarkanku tergabung dalam sebuah pengajian yang lebih sedikit orangnya, walau diriku adalah anak bawang dengan usia yang sangat muda dibandingkan yang lain, namun perlakuan temen- temen ngaji dan sang murobbi (guru ngaji) begitu well came. Ya.., aku betah dalam pengajian hingga tamat SMK. Dari sosok- sosok tangguh para murobbi, tak jarang mereka menyelipkan motivasi indahnya jadi mahasiswa dan aktivis dakwah di kampus. “Banyak teman yang baik- baik dan membuat cerdas” begitu pesan mereka. Dari mereka aku jadi termotivasi untuk kuliah, kalau mau jadi orang besar kudu kuliah. Biar bisa terus ngaji dan berdakwah. Gayung bersambut, niatan hati terealisasi. Dua bulan sebelum UN, aku memperoleh kesempatan untuk lanjut S1 dari program PPA (Pengembangan Prestasi Akademik) bagi siswa yang berprestasi. Optimisme di awal kuliah sangat kuat untuk menjadi seorang aktivis di kampus sebagaimana yang diceritakan para murobbi. Hingga aku mengikuti tiga ormas yang semuanya berlebel ormas Islam yang ada sistem ngajinya. Walau pada realisasinya aku hanya mengikuti di satu pengajian karena jenjang pengkaderan terpusat. Namun secara kegiatan dan kepengurusan mengikuti ketiga lembaga tersebut. Pasca kampus hingga kini, aku masih berbaris rapi dalam deretan pengajian. Malam ini..., sengaja mataku terjaga untuk merenungi manfaat mengaji dalam hidupku. Ah..., sederas apapun cucuran air mata haru yang melinang, tak akan sanggup mewakili betapa indahnya hidup dengan tarbiyah (ngaji). Tanpa mengaji, bisa jadi dulunya pacaran kelewatan hingga hamil sebagaimana kebanyakan remaja sekarang. Membuang janin dalam got sampah, tanpa peduli mau dibawa kemana hidup ini. Tidak kuliah dan menjadi pekerja sekelas pembantu rumah tangga. Aku berfikir, kalau saja tidak ada kak Ismal dan para kakak morobbi yang dulu mengajarkanku, lalu bagaimana cara Allah menegurku atas salahku, mengajariku atas kebodohanku, mengarahkan hidupku. Itulah mengapa aku juga termotivasi menjadi sosok seperti mereka, menularkan rasa indah ini agar semakin banyak yang merasai. Ketika masih awal-awal menjadi mahasiswi, keluarga sering protes karena padatnya aktivitas organisasi hingga sangat jarang pulang kampung, padahal hanya cukup 2 jam perjalanan. “Emang kamu digaji”. Cetus seorang kepadaku, “Tidak” jawabku. “Karena guru ngajiku juga tidak digaji uang tunai, aku ngajinya pun gratiss tidak bayar. Masak aku minta bayaran? Toh manfaatnya untukku, soal gaji Insya Allah nanti kelak di akhirat”. Jawabku sekenanya untuk merasionalkan keadaan. Ya, bagiku tergabung dalam dunia dakwah adalah hal yang tidak rasional. Karena cinta akan menuntut segalanya. Hingga pikiran, tenaga, materi dan apa saja yang dipunya terasa ringan diberikan demi kekasih. Soal dakwah adalah soal cinta. Cinta kepada ummat ini, agama ini, kemuliaan bangsa ini. Mengaji mengajarkanku agar menjadi pribadi yang tidak egois. Tidak hanya berfikir dan mengejar ambisi aku harus kaya raya, hidup senang dan keluarga bahagia. Tidak, tidak hanya sampai disitu. Tema dalam berfikir dan bertindak tidak melulu ‘aku’, tapi juga ‘ummat’. Aku ada untuk ummat. Aku yang butuh dakwah sebagai bukti cintaku pada Allah dan Rasulullah. Betapa aku sangat Rindu menatap wajah Nya, bercengkrama dengan Rasulullah dan para sahabat/ sahabiyah. Setelah aku pahami, bahwa ngaji yang selama ini ku ikuti adalah program dari PKS, maka selayaknya pula aku memberikan loyalitasku padanya. Setelah apa yang telah dilakukan PKS padaku, kini gantian apa yang dapat aku berikan pada PKS. Bukan tentang jasa, namun lagi-lagi karena cinta. Bagiku, PKS adalah partai yang on mission. Ia memiliki tahapan yang dapat diejawantahkan dalam realita. Acuan geraknnya sama sebagaimana misi Rasulullah dan para sahabat menyebarkan dakwah. Tidak saklek saat keadaan buntu, melainkan penuh dengan ide brilian untuk mensiasati keadan agar kebenaran akan menang. Ijtihad pada qiadah dakwah merefleksikan kearifan strategi kemenangan. Cinta bukan berarti membenarkan segalanya akan kekasih. Namun tatkala salah diingatkan, kalau benar didukung. Karena PKS adalah jama’ah manusia bukan malaikat. “Karya Nyata”. Ya... itulah bukti cinta. Maka tidak ada cara lain bentuk syukur atas segala keindahan dakwah ini kecuali bengan ‘karya semampunya’ bukan semaunya. Karya dengan prestasi untuk menaikkan izzah dakwah, karya dengan keloyalitas pada jama’ah. Benar kata Ustadz Rofiq “Karunia terbesar bagi seorang anak manusia adalah kemauan berdakwah secara totalitas”. Semoga kita terjaga dalam keistiqoimahan. AmiiN... Tak kan terhenti kecuali oleh kematian. Allahu Akbar... [caption id="attachment_234517" align="alignnone" width="143" caption=""][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun