Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jokowi Pindahkan Pusat Pemerintahan

17 September 2014   21:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:25 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Maksud hati ingin menulis tentang sejarah Istana Negara, begitu membuka situs resmi kepresidenan Indonesia (www.presidenri.go.id) dan membaca tentang sejarah Istana putih yang berdiri megah itu, hati dan nurani kebangsaan saya agak terganggu. Istana negara yang sangat dibanggakan itu ternyata tempat kediaman dan pusat pemerintahan penjajah Belanda. Para gubernur jenderal menetap dan menjadikan Istana itu sebagai tempat menyusun dan menjalankan penjajahan terhadap bumi Indonesia tercinta.Oh, no...

Bahkan disebutkan di situs resmi itu," Banyak peristiwa penting yang terjadi di Istana Negara. Diantaranya ialah ketika Jendral de Kock menguraikan rencananya kepada Gubernur Jendral Baron van der Capellen untuk menindas pemberontakan Pangeran Diponegoro dan merumuskan strateginya dalam menghadapi Tuanku Imam Bonjol. Juga saat Gubernur Jendral Johannes van de Bosch menetapkan sistem tanam paksa atau cultuur stelsel"

Istana Negara berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan negara, diantaranya menjadi tempat penyelenggaraan acara - acara yang bersifat kenegaraan, seperti pelantikan pejabat - pejabat tinggi negara, pembukaan musyawarah, dan rapat kerja nasional, pembukaan kongres bersifat nasional dan internasioal, dan tempat jamuan kenegaraan.

Sejak masa pemerintahan Belanda dan Jepang sampai masa pemerintahan Republik Indonesia, sudah lebih kurang 20 kepala pemerintahan dan kepala negara yang menggunakan Istana Negara sebagai kediaman resmi dan pusat kegiatan pemerintahan Negara.

Istana Negara sebagai tempat terhormat bagi seorang presiden Indonesia, Kepala negara dan kepala pemerintahan berkantor dan melakukan aktifitas kenegaraannya. Menerima tamu negara sahabat. Istana kepresidenan yang harusnya punya sejarah heroik dan membanggakan. Istana yang sejarahnya bukan sebagai tempat pemimpin bangsa asing yang menjajah bumi Indonesia ini.

Mungkin ketika presiden pertama, Soekarno menempati Istana itu dikarenakan keuangan negara yang sangat terbatas. Atau karena tak ada tempat yang memungkinkan untuk berkantor.Alasan itu masih bisa kita terima , tapi sekarang Indonesia sudah merdeka sepenuhnya dan mampu membangun pusat atau kompleks pemerintahan yang jauh lebih modern dari hasil dari keringat sendiri, hasil dari uang sendiri. Alangkah sedihnya bangsa ini bila istana negara , istana kepresidenannya adalah bekas kantor penjajah.

Mungkin, kita harus mengingatkan kebanggaan kita yang merdeka tanpa bantuan dan campur tangan bangsa lain. Kita merdeka oleh usaha dan perjuangan kita. Oleh darah dan nyawa pejuang kita. Naif sekali bila hingga saat ini kita masih menggunakan bangunan peninggalan penjajah.

Bangun Komplek Pemerintahan Terpadu

Saya kembali teringat wacana pemindahan pusat pemerintahan dari Jakarta, Ketika itu jakarta sedang dihadang banjir besar dan persoalan kemacetan yang semakin parah. Rasanya , pas sekali . Pemerintah pusat saat ini harus bercita cita dan menganggarkan dana untuk membangun kompleks pemerintahan  yang  berjiwa nasionalisme kebangsaan. Dana yang dibutuhkan memang besar, mungkin ratusan milyar. Tapi itu jauh lebih baik ketimbang nanti anak cucu kita kembali membaca sejarah istana kepresidenan yang ternyata bekas istananya gubernur jenderal Belanda.

Kompleks pemerintahan terpadu akan memudahkan koordinasi antar  kementerian dan lembaga negara. Bila perlu markas pusat TNI dan Kepolisian pun berdiri dalam komplek pemerintahan tersebut. Selain memudahkan koordinasi juga akan menghemat biaya transportasi, pengawalan hingga mengurangi kemacetan di sekitar komplek pemerintahan tersebut. Karena begitu Presiden membutuhkan laporan dari menteri dan staffnya. Mereka bisa segera datang. Malah lebih bagus dengan jalan kaki. Rasanya ini bukan impian tapi sebuah cita cita yang harus segera diwujudkan. Semoga Jokowi, adalah presiden yang membuat sejarah. Berhasil memindahkan pusat pemerintahan .

Jadikan Museum dan Pusat Kebudayaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun