Mohon tunggu...
RuRy
RuRy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Demak Jawa Tengah

Orang biasa dari desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Empuk Koyok Watu", Falsafah Jawa Sarat Makna

30 April 2017   19:52 Diperbarui: 30 April 2017   20:14 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perkataan sarat makna empuk koyok watu tidak langsung diartikan secara harfiah. Sebab, dalam kenyataannya tidak ada watu empuk (batu lunak). Semua batu pasti keras. Habya saja, empuk koyok watu dalam hal ini merupakan penggambaran tentang sesuatu yang terlihat remeh, sepele, dan lemah, tetapi mempunyai kemampuan luar biasa. Seseorang yang kelihatannya tidak mempunyai kemampuan apa pun ternyata bisa melakukan banyak hal yang tidak bisa dikerjakan orang lain.

Hal tersebut ibarat bangunan yang mungkin terlihat rapuh atau kurang kokoh, tetapi ternyata bisa bertahan sampai puluhan tahun. Bangunan yang terlihat kurang kokoh tersebut sebenarnya terbuat dari bahan-bahan bermutu, memenuhi standard keamanan, dan diskontruksi secara tepat. Model bangunannya mungkin terkesan buruk, tidak menarik, kuno. Namun, bangunan itu tegak berdiri hingga berpuluh-puluh tahun.

Dalam kehidupan sehari-hari, orang cenderung tertarik, terpikat, atau terpesona oleh gemerlap dunia. Kilau dunia terlihat begitu indah dan memikat, tetapi kenyataannya belum tentu demikian. Sesuatu yang terlihat menarik belum tentu membuat orang-orang terpikat. Dengan kata lain, sesuatu yang kelihatannya kuat belum tentu benar-benar sekeras baja.

Banyak orang yang tertipu oleh fatamorgana dunia. Kalaupun tidak tertipu, minimal mereka terpesona oleh penampilan. Sebagai contoh, terpikat oleh penampilan dan tutur kata orang yang kelihatannya alim, penuh perhatian, serta peduli terhadap sesama. Banyak orang yang tidak tahu bahwa sosok yang berpenampilan bersih tersebut sebenarnya mempunyai agenda tersembunyi, menyimpan pamrih di relung hati, serta kehendak yang tidak sehat.

Akibat terpikat sesuatu yang sebenarnya laknat, akibatnya bisa fatal atau paling tidak menimbulkan rasa bersalah dan penyesalan. Tokoh yang diagungkan sebagai sosok yang hebat dan peduli itu ternyata hanya uwong sing golek-golek (orang yang mencari kesempatan mencari keuntungan pribadi). Joka sudah tertipu, seseorang bisa kehilangan banyak materi, dianggap antek orang yang sebelumnya dianggap pahlawan, serta menyesal secara berkepanjangan karena mengidolakan tokoh yang tidak layak dipuja.

Perumpamaan empuk koyok watu memberikan peringatan kepada manusia agar tidak meremehkan orang lain yang secara fisik dan penampilan. Berpenampilan sangat sederhana atau bahkan memiliki strata sosial-ekonomi rendah bukan berarti orang tersebut tidak memiliki kemampuan apa pun. Boleh jadi orang itu sebenarnya kaya, tetapi selalu berpenampilan sederhana.

Kita tidak sepatutnya menyepelekan orang yang berpenampilan sederhana, apa adanya, atau sangat bersahaja. Di balik penampilan sederhana bisa saja tersimpan potensi diri yang mengagumkan. Tidak semua orang suka menonjolkan kelebihannya. Ada orang yang suka menyembunyikan kemampuan, kebaikan, dan berbagai potensi diri terhadap orang lain. Ia lebih suka diam dan menjauhi berbagai hal yang bertujuan memberitahu orang lain mengenai kemampuan dirinya.

 

Ahmad Rury

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun