Mohon tunggu...
Humaniora

'Semprot' Pegiat Legalisasi Ganja, Henry Yoso: Statement Anda Menyesatkan Anak Bangsa!

18 Agustus 2017   01:43 Diperbarui: 18 Agustus 2017   02:13 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum DPP Granat Henry Yosodiningrat - Foto: Youtube Kompas TV

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Nasional Anti Narkotika (DPP GRANAT) H. KRH. Henry Yosodiningrat, SH. geram bukan main dengan Organisasi yang menamakan dirinya Lingkar Ganja Nusantara (LGN). Pasalnya, mereka (LGN) gencar berkampanye melegalkan ganja.

"Saya khawatir sekali jika organisasi LGN ini terus melegalkan ganja. Saya yakin organisasi ini mempunyai komunikasi dengan beberapa organisasi di luar yang mempunyai kegiatan serupa dengan dalih melakukan penelitian," kecam Henry saat dialog dalam sebuah Program Talkshow "Kata Netizen" di Kompas TV, Kamis (17/8/2017) malam.

Dikatakan Henry, LGN sering membandingkan dengan Amerika yang katanya melegalkan ganja. "Kalian ngerti gak berapa jumlah negara bagian di Amerika? Sebagian besar negara bagian di Amerika menolaknya. Terakhir negara bagian Vermont parlemennya menolak. Kemudian membandingkan lagi dengan Belanda, jadi warga negara Belanda saja sana, jangan tinggal di negeri ini. Jangan hancurkan bangsa ini dengan kampanye melegalkan ganja kalian," geram Henry kepada Pegiat Lingkar Ganja Nusantara (LGN) Singgih Tomi Gumilang yang menjadi lawan bicaranya.

Kegeraman Henry bermula dari pertanyaan "konyol" Pegiat LGN Singgih kepada Henry Yoso yang menentang ganja. "Tolong bantu kami dengan data, kalau ganja menyebabkan kematian? Menanggapi itu, Henry Yoso terperanjat kaget.

"Astagfirullahaladzim. Telat! Kemana aja anda selama ini? Orang yang menyalahgunakan, menghisap ganja itu bisa berdampak halusinasi. Disorientasi ruang dan waktu. Ibu kandungnya dikira perempuan seksi lalu diperkosa. Kok bisa Anda minta tunjukkan dengan saya. Kemana aja lo selama ini?" kesal Henry kepada pertanyaan "konyol" LGN.

"Hati-hati ya, statement anda nanti bisa menyesatkan anak bangsa. Sangat berbahaya! Dan kalian musuh saya pertama. Kalian berhadapan dengan saya," geram Henry dengan nada emosi yang meninggi.

Kembali ke topik utama dialog, "Merdeka dari Narkoba", yang mengulas rentetan penangkapan sejumlah artis yang terjerat kasus Narkoba. Henry dalam kesempatan talkshow ini menegaskan, salah satu "penjajahan bentuk baru" yang melanda negeri ini dalam beberapa waktu terakhir, adalah dalam wujud darurat narkoba.

"Apakah kita sudah merdeka dari narkoba? Saya katakan, kita sekarang masih terjajah. Bahkan penjajahannya lebih biadab dari penjajah kolonial belanda 350 tahun. Tidak pernah terjadi dalam sehari 50 orang anak bangsa yang meninggal gara-gara narkoba. Bayangkan, jika setiap hari, selama 350 tahun sudah habis bangsa kita. Kita dijajah oleh kejahatan narkotik ini setiap hari setidaknya 50 orang anak bangsa meninggal karena peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba termasuk ganja," cetus Henry sambil menunjuk ke arah Pegiat Lingkar Ganja Nusantara di sampingnya dengan ekspresi emosi.

Henry mempertanyakan sponsor pendanaan organisasi LGN yang gencar berkampanye melegalkan ganja. LGN membantah jika didanai dari asing. Mereka mengaku hanya penggalangan dana dari masyarakat. Henry pun meminta masyarakat untuk tidak mendonasikan dana untuk kampanye dari LGN. "Menggalang dana dari masyarakat untuk melegalkan ganja. Saya minta rakyat jangan ada yang mau!" pinta Henry.

Ditambahkan Henry, hidup ini pilihan. Mereka tahu, kalau pakai akan begini. Kalau tidak akan begini. "Ada satu lagi, ketololan (artis pemakai Narkoba-Red), yaitu, mereka gak cerdas. Kalau mereka cerdas gak mungkin pakai. Karena sudah tahu mudharatnya."

Henry menjelaskan, bukan rahasia lagi untuk mudah mendapatkan barang haram tersebut di Negara ini. "Ibarat kita mencari teh botol bagi mereka yang sudah mengenal itu. Terdapat dimana -mana dan mudah didapat," imbuh Henry,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun